Beranda / Urban / Godaan Ibu Kos Cantik / 187. Konsekuensi dini hari yang panas

Share

187. Konsekuensi dini hari yang panas

Penulis: Harucchi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-10 06:32:16

Dimas meneguk saliva kuat-kuat. Di tengah kebingungannya, Karina menarik leher Dimas hingga pria itu jatuh ke pelukannya. Wanita itu lalu berbisik dengan suara seraknya yang memancing rasa haus dalam diri Dimas,

“Aku mau kamu, Dim.”

Dimas membeku.

Dia tak perlu menjawab. Karena desakan bagian tubuhnya di bawah sana sudah sangat jelas memberi jawaban. Sesuatu dalam diri Dimas berteriak bahwa dia seharusnya tetap menghormati Karina sampai dirinya menjadi pasangan sah.

Tetapi …

Pandangannya menelusuri Karina yang rebah di depannya: mata yang menatap sayu, mulut terbuka dengan napas terengah-engah, ditambah piyama yang tersingkap sampai atas hingga menyebabkan bagian bulat di balik bra itu menyembul sebagian.

Dimas, lagi-lagi meneguk ludah.

“Dim ….” Karina kembali berbisik, kali ini dengan wajah memohon—bahkan setengah merengek, yang sungguh sangat sulit Dimas tolak.

Dan suara bisikan itu, tak ayal merontokkan seluruh pertahanan terakhir Dimas. Tangannya bergerak melucuti satu per satu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Godaan Ibu Kos Cantik   194. Tawaran jadi Direktur Teknologi

    PRAANG!!!Agus, secara tiba-tiba menampar cangkir yang dipegang Dimas hingga cairan hitam itu menyebar di lantai dan sebagian menyiprat ke baju dan celana Dimas. Dimas refleks bangkit karena rasa panas yang menusuk. Pecahan cangkir berhamburan di lantai. Dan Agus, tampak syok menatap semua kekacauan itu dengan mata melebar. Tangannya mencengkeram kedua sisi rambut ikalnya. Sementara ekspresinya kini seperti orang yang baru tersadar dari sesuatu yang akan menghancurkannya.Dimas menatap reaksi Agus dengan pikiran yang tajam mencerna. Dari bagaimana Agus bereaksi, dan bagaimana Agus tampak seperti orang yang ketakutan, dia kini paham. Satu kesimpulan berbahaya muncul di kepalanya.“Lo barusan mau bunuh gue?” Dimas menyerang tajam. Tekanan suaranya kentara menyimpan amarah.Agus masih mematung dengan ekspresi yang sama. Tatapan kosong, mulut terbuka.Sementara itu, Dimas gemetar. Matanya nyalang menatap Agus penuh kebencian. Tangannya perlahan-lahan mengepal.Bagaimana jika barusan dia

  • Godaan Ibu Kos Cantik   193. Undangan mencurigakan dari Agus

    [ Agus : Mas, ada waktu luang? Apa sampeyan bisa mampir ke kosan? Saya mau sampaikan sesuatu ] Dimas menatap chat Agus dengan kening berkerut dalam.Agus yang selama ini tak mengacuhkannya, tiba-tiba menghubungi kembali? Apa dia mau berterima kasih karena uang sepuluh juta yang Dimas titipkan pada Jimmy?“Kar.” Dimas beralih pada Karina yang sedang mengumpulkan sampah kardus dan sterofoam di sekitar lantai kamar. Mereka baru saja merakit keranjang bayi yang sempat dibeli di Mall beberapa waktu lalu. Dimas sengaja memasangnya di kamar kedua. Rencananya, supaya dia dan Karina bisa tetap punya waktu pribadi. Walau ide itu ditentang keras Karina. Katanya, dia lebih suka bila mereka tidur bersama bayi di ranjang yang sama.“Kenapa Dim?”“Agus minta aku datang ke kosan.”Karina terdiam sejenak. “Kamu mau coba datang?”“Aku datang aja?”“Aku juga nggak yakin Dim. Mungkin Agus cuma mau minta maaf.”Iya. Dari kalimat dalam pesan Agus, tidak terasa nada kebencian. Bisa saja Agus memang ingin

  • Godaan Ibu Kos Cantik   192. Cukup jadikan kenangan

    Sudah seminggu sejak terakhir Martha memberi kabar tentang status gugatan cerai Karina. Dimas yang khawatir meminta Karina kembali menghubungi Martha. Maka sore itu, di sofa ruang tengah, Dimas duduk bersisian dengan Karina sambil melakukan panggilan ke nomor Martha.“Halo, Martha?” suara Karina samar bergetar. Dimas meraih tangannya, mencoba menenangkan.“Ya, Karina? Maaf belakangan aku sibuk, ada sesuatu yang sedang kuurus jadi beberapa kali aku cancel kunjunganku ke Pengadilan. Maaf ya. Tapi, dua hari lalu, aku sempat desak pihak Pengadilan untuk minta penyelesaian.”“Terus jawaban mereka apa?” Karina menyahut cepat. Tatapan Dimas menyipit tajam, seolah mengumpulkan fokus untuk mendengar.“Mereka bilang … mereka harus bekerja sesuai prosedur. Tapi, aku bisa paham kalau sebenarnya, ada tembok besar yang nggak bisa mereka tembus.”Berengsek. Dimas mengurut dahi. Bahu Karina merosot turun. Dimas yang sadar dengan tatapan Karina yang berkaca-kaca lekas mengusap punggung wanita itu.Pan

  • Godaan Ibu Kos Cantik   191. Bunuh Dimas

    [ Katanya waktu itu mau pinjem uang buat berobat Ibumu, Gus? Pakai. Nggak usah diganti. ] Agus mematung menatap kertas kecil yang terselip di dalam amplop itu. Matanya melebar dalam kebingungan luar biasa. Ditatapnya segepok uang dengan label sepuluh juta rupiah itu. Batinnya berperang antara kebutuhan uang untuk operasi Ibu, dengan … harga dirinya. Betapa malu rasanya jika dia menerima uang dari Dimas, orang yang dia perlakukan dengan dingin dan tak acuh. Belum lagi, kata-katanya pada Dimas waktu itu—ketika Dimas datang ke kamarnya untuk memberi penjelasan perkara hubungannya dengan istri Pak Reno. Saat itu, Agus yang terlampau trauma dan sakit hati dengan kejadian serupa, sama sekali tak bisa menerima orang sekotor Dimas. Iya, apa lagi namanya kalau bukan kotor? Istri orang lain dengan bejatnya dipacari sampai hamil. Benar-benar menjijikan. Ah, bodohnya. Alih-alih menolak karena malu, seharusnya dia menolak karena tak sudi. Kenapa juga dia pertimbangkan menerima uang da

  • Godaan Ibu Kos Cantik   190. Perang batin

    “Aku lagi mikir mau jadi pihak ketiganya Kak Jimmy sama calonnya. Biar kayak Mas.”Dimas hampir tersedak napasnya sendiri. Buru-buru dia menoleh ke arah Melia.“Kamu ngomong apa Mel? Ngaco kamu!” Dimas menggeleng, tak habis pikir dengan isi kepala Melia.“Kenapa aku nggak boleh? Mas aja boleh sama istri orang. Ya kan?” Dimas mengusap rambutnya ke belakang seraya menghembuskan napas berat.“Melia. Jangan asal ngomong. Urusan Mas sama Karina itu rumit. Bukan sesuatu yang bisa ditiru!”“Tapi dunia tuh kejam. Masa aku baru jatuh cinta langsung patah hati.” ketus Melia sambil melipat lengan di depan dada.Dimas menelan pahit kata-kata Melia. Iya, memang. Bahkan masalah yang dia alami sendiri bukan lagi perkara sesimpel jatuh cinta-patah hati. Tetapi, sudah melibatkan nyawa kecil di dalam perut Karina.“Mel, Mas tanya. Jimmy-nya mau sama kamu? Kan nggak. Dia udah mau nikah. Kamu nggak ada peluang.” Sekilas, Dimas menemukan Melia menatap sengit ke bawah sambil mengembungkan pipi.“Pokoknya,

  • Godaan Ibu Kos Cantik   189. Mau jadi pihak ketiga

    “Mana? Ibu mau ketemu sama pacarmu. Coba lihat.” Debaran di dada Dimas kontan berdetak kencang. Satu hal yang dia syukuri, kehamilan Karina saat ini belum terlalu terlihat. Atau mungkin tidak juga—siapa tahu, Ibu, sebagai sesama perempuan, punya insting yang kuat. Belum sempat Dimas memberi aba-aba, Melia sudah mengayunkan tangannya ke arah Karina. “Kak! Sini!”Karina yang kebingungan lalu beralih menatap Dimas, seolah memohon izin. Dimas menghela napas berat, lalu mengangguk dengan mata terpejam. Dia lekas mengoper ponsel Melia pada Karina yang akhirnya berjalan mendekat.Di depan layar dengan wajah Ibu muncul sepenuhnya, Karina tersenyum lembut. Lalu menyempatkan diri menyelipkan rambutnya ke balik telinga. Gerakan tangan Karina yang gemetar sempat terlihat oleh Dimas. Dan sejujurnya, mengetahui kegugupan Karina bertemu Ibu membuatnya sedikit tersentuh. Rasanya, seperti hari besar mereka benar-benar di depan mata.“Selamat siang, Bu. Saya Karina.” Karina menyapa dengan suara hang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status