Elang dan Indira kini berada di apartement Elang yang tak jauh dari rumah sakit. Baru beberapa hari yang lalu mereka tinggal di sana dengan keadaan Elang yang tak baik-baik saja. Indira ikut membantu mengurus Elang, namun keduanya masih belum bicara tentang apa yang terjadi.
“Aku mau bicara,” kata Elang tiba-tiba ketika Indira sedang membereskan meja makan.
Keduanya baru saja selesai sarapan, wajah Elang masih saja memar hanya saja sudah jauh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Pria itu belum masuk kembali bekerja, tak mungkin bekerja dengan keadaan wajah seperti itu. Indira meninggalkan mejanya dan duduk di depan Elang.
“Aku sudah memikirkan semuanya beberapa hari ini tentang kita. Tapi sebelum itu kamu sekarang udah tahukan alasanku kenapa nggak mau memberitahu pria itu? Aku bukan mau melindingi Chacha karena hal lain. Aku hanya mau menyelamatkan Chacha dari Andrew, aku tahu pria itu akan melakukan hal gila pada Chacha. Sekarang kamu pahamkan
“Ya, aku pikir kau akan menemuinya Tuan. Dia membutuhkanmu, sepertinya hal itu benar melihat bagaimana dia sangat serius mengatakannya,” kata pria itu membuat Andrew tertawa. Lalu Andrew menuangkan alkoholnya itu kembali ke dalam gelas miliknya.“Aku tidak akan menemuinya,” tegas Andrew.“Tapi kenapa Tuan? Sebaiknya kau menemuinya dan meminta maaf padanya. Aku tahu kau menyesal dan mencintainya. Aku juga tahu bahwa dia juga sangat mencintaimu dan membutuhkanmu. Bagaimana dia tak mau pulang, itu sudah cukup membuktikan,” kata pria itu membuat Andrew menatapnya tajam.“Kau berani memerintahku?” tanya Andrew tajam membuat pria itu terdiam. “Aku tak akan menemuinya, sampaikan saja padanya kalau aku tak punya waktu untuk menemuinya. Bilang kalau dia harus bersitirahat supaya cepat pulih dan anak-anak sudah merindukannya.”“Kau yakin tak mau menemuinya Tuan?” tanya pria itu memastikan membuat Andrew kembali menatapnya tajam. Pria itu akhirnya menurunkan pandangannya dan tak berani menatap A
“Apakah dia sudah datang?” tanya Chacha pada sekretaris Andrew itu. Chacha meminta perawat memanggil pria itu ketika keadaannya sudah kembali jauh lebih baik.“Belum nyonya, kau harus kembali beristirahat. Jangan menunggunya sehingga membuatmu lelah,” kata pria itu membuat Chacha menghela napasnya.“Tanyakan di mana keberadaannya, aku sudah memberinya waktu,” kata Chacha.“Dia akan datang sebentar lagi, mungkin sedang di jalan,” kata pria itu membuat Chacha berdecak. Lalu tiba-tiba Chacha mengeluarkan sebuah pisau bedah membuat pria itu terkejut bagaimana Chacha mempunyai benda kecil tersebut. “Apa yang mau kau lakukan nyonya?” tanya pria itu panik.“Kau jelas tahu apa yang bisa kulakukan dengan ini bukan?” tanya Chacha sambil menyunggingkan senyum liciknya membuat pria itu semakin mendekat dan Chacha mengangkat pisau itu dekat dengan lehernya. “Kalau kau berani mendekat dan mengambil pisaunya sebelum hal itu terjadi kau tak akan bisa melihatku lagi,” ancam Chacha.“Jangan lakukan hal
“Lupakan saja,” elak Chacha. Namun pria itu masih saja tak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Chacha.“Sudah sampai,” kata pria itu membuat Chacha yang dari tadi sibuk dengan pikirannya sendiri sadar.Chacha tersenyum dan melihat rumah yang sangat di rindukannya itu. Bernard turun dari mobil untuk membuka pintu untuk Chacha. Setelah terbuka Chacha turun dari mobil dan melihat sekelilingnya. Chacha benar-benar rindu rumah tersebut beserta dengan orang-orang yang ada di dalamnya.“Kalau kau membutuhkan sesuatu kau bisa memanggilku,” kata Bernard saat Chacha sudah mulai berjalan sehingga membuat wanita itu menoleh.“Apa Andrew memintamu untuk melakukan hal itu? Apa mulai dari sekarang kau akan bersamaku? Apa kau yang akan menjadi pengawal dan supir pribadiku?” tanya Chacha dan Bernard menganggukkan kepalanya. “Aku tak menyangka kalau Andrew akan meminta langsung hal itu padamu. Aku pikir dia tak akan
Ke esokkan harinya Agrata terbangun dari tidurnya dan tak menemukan ada Chacha lagi di samping Adelicia. Sedangkan Adelicia masih tidur dengan terlelap, Agrata melihat jam masih pukul enam pagi. Agrata turun dari tempat tidur dan berjalan keluar untuk mencari Chacha. Agrata ingin tahu apa yang dilakukan wanita itu bangun sepagi itu. Namun Agrata tak menemukan Chacha dimanapun.“Apa kau ada melihat Mommy Adel?” tanya Agrata pada pelayan di rumah.“Tidak, bukannya kalian tidur bersama?”“Dia sudah tidak ada di kamar,” jawab Agrata dengan gelisah.“Mungkin dia sudah kembali ke kamarnya, coba lihat ke kamarnya,” kata pelayan tersebut membuat Agrata langsung saja berlari menuju kamar Chacha.Entah mengapa tiba-tiba perasaannya tak enak, pria itu merasa aneh dengan Chacha yang tiba-tiba menghilang. Terutama mengingat pembicaraan mereka tadi malam. Agrata mengetuk pintu kamar tersebut.“Bibi,&rd
Selama tiga hari tak sadarkan diri, akhirnya Chacha kembali sadar membuat Andrew yang dengan setia selama tiga hari itu berada di sisi Chacha sangat senang. Pria itu sudah memanggil dokter dan Chacha sudah langsung diperiksa. Setelah dokter memeriksa dan meninggalkan mereka, Andrew menggenggam tangan Chacha membuat wanita itu bingung.“Kenapa kau ada di sini?” tanya Chacha.“Untuk menemanimu,” jawab Andrew pelan.“Kenapa kau harus menyelamatkanku? Bukankah kau tak mau lagi bersama denganku?” tanya Chacha membuat Andrew menghela napasnya panjang.“Jangan bicara omong kosong. Istirahatlah, kau baru saja sadar,” kata Andrew mengalihkan.“Apakah harus dengan cara seperti ini dulu supaya kau mau menemuiku? Apakah aku harus mati dulu supaya kau mau bertemu denganku?” tanya Chacha membuat Andrew kesal.“Berhenti bicara seperti itu, aku tak menginginkanmu mati. Kenapa kau harus melakukan hal ini? Kenapa kau harus melakukan hal bodoh?” tanya Andrew marah.“Kau pergi meninggalkanku, kau mengakhi
“Kau tetap ingin menikah denganku?” tanya Andrew balik.“Kenapa tidak? Jangan bilang kau ragu padaku. Kau meragukanku? Kau takut kalau aku kembali selingkuh di belakangmu?” tanya Chacha balik dan Andrew menggelengkan kepalanya.“Bukan. Aku pikir kau akan ragu menikah denganku karena takut kembali kusakiti,” kata Andrew membuat Chacha berdecak.“Aku sudah mengatakannya padamu, kalau aku percaya padamu. Kau janji akan berubah, maka aku percaya kau tak akan melakukan hal itu kembali padaku. Aku percaya padamu Andrew, jadi jangan ragu. Aku ingin menikah denganmu secepatnya,” kata Chacha dengan serius. Andrew menatap manik mata Chacha untuk mencari kebohongan, namun ia tak menemukan hal itu. Andrew mengecup bibir Chacha dengan tersenyum.“Terima kasih Baby,” ucap Andrew pelan.“Peluk aku, aku sangat merindukanmu,” kata Chacha manja membuat Andrew tertawa. Pria itu langsung saja meme
“Bagaimana dok, apakah semuanya aman?” tanya wanita paruh baya itu kepada Elang yang baru saja memeriksa keadan suaminya yang sedang terbaring di atas bangkar.“Keadaan Bapaknya sudah sehat, kalau besok keadaannya masih stabil seperti ini sudah boleh pulang. Besok pagi saya kembali datang untuk memeriksa keadaan Bapak, tetap seperti ini ya Pak. Pola makannya tolong dijaga, pikirannya juga,” kata Elang memberi arahan.“Baik dok, terima kasih,” balas pasiennya itu.“Baik, saya permisi,” kata Elang berpamitan. Pria itu keluar dari ruangan tersebut beserta perawat yang mendampinginya. “Apa saya ada kunjungan lagi?” tanya Elang sambil menuliskan resep obat kepada pasien yang baru saja dikunjungi itu.“Untuk hari ini selesai dok. Dokter juga nggak ada jadwal praktek, tapi untuk penanganan besok akan ada cukup padat. Apa mau digeser ke hari ini saja?” tanya perawat tersebut.“Tidak, tetap lakukan seperti yang sudah ada. Hari ini saya mau pulang cepat ke rumah ingin bertemu dengan anak-anak, j
“Adelicia pasti senang kita bisa pulang bersama seperti ini,” kata Chacha dengan semangat sambil menggenggam tangan Agrata yang ada di sampingnya.Kali ini Andrew harus mengalah pada anak sulungnya, kini perannya tergantikan oleh Agrata. Chacha lebih memilih bersama dengan Agrata duduk di belakang. Sedangkan Andrew harus berada di depan bersama Bernard. Hanya dengan Chacha, Andrew mau mengalah sampai seperti ini.Hal yang tak pernah dilakukannya pada siapapun, hanya Chacha yang mampu membuat Andrew untuk duduk di depan. Andrew hanya akan duduk di depan kalau pergi dengan Chacha berdua saja tanpa menggunakan supir, selain itu pria itu tak akan duduk di depan. Tapi kali ini ia harus berada di depan dan membiarkan Agrata bersama dengan Chacha di belakang.“Berhenti menatapku seperti itu, kau tak terima aku duduk di sini?” tanya Agrata sarkas pada Andrew membuat Bernard harus menahan diri untuk tidak tertawa. Selain Chacha yang berani pada An