Share

bab 81

Yesa mengeluarkan dompetnya, Agam langsung merampas dompet tersebut.

“Loh Mas, kok ambil lebih? Bukannya Bakso satu porsi sama teh dingin Cuma 30 ribu? Kamu kenapa ngambil 50?”

“Untuk bensin,” jawabnya santai.

“Jangan pelit gitulah sama Suami! Kamu itu hidup sama aku! Jadilah wanita penurut dan mandiri. Memangnya kamu mau jalan kaki sambil dorong sepeda motor?”

Yesa menggeleng lemah.

Agam membayar pesanan mereka lalu beranjak pulang kembali ke rumah.

Di rumah tersebut Yesa masih terlihat canggung karena belum terbiasa, orang-orang rumah jarang mengajaknya duduk bersama untuk sekedar mengobrol. Setelah selesai berdagang jam 8 pagi, penghuni rumah kembali ke kamar masing-masing untuk istirahat, karena sejak dini hari jam 2 sudah berkutat di dapur untuk memasak bahan makananan yang nanti akan di jual, dan mereka akan menjualnya setelah shubuh. Itu sudah menjadi rutinitas bagi Agam dan keluarganya.

Agam sibuk dengan motor kesayangannya, sedangkan Yesa aktif di group kepenulisannya, dia sa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status