Gardena yang terpaksa memilih rumah kontrakan tua yang sepi di sudut kota, demi menghemat biaya hidup usai bercerai dari suaminya yang tergoda dengan wanita lain--tak menyangka jika mereka malah bakal bertetangga dengan banyak makhluk halus. Bahkan, kedua anaknya malah terlibat dalam sebuah permainan yang sangat menyeramkan dengan bisikan Hoom Pim Pah Alaiom. Gambreng! "Ayo kembali ke sang pencipta...."
Lihat lebih banyak"I don't understand you, man, the rogues are attacking much more often and stronger than usual, and yet you still won't allow female fighters", Jake was telling him, frustrated."
You killed us with training like we aren't the strongest pack, imagine how strong would we be if girls could fight too?"
"Are you having a problem with the way I train my pack, Jack?" Kayden asked him in a very serious tone.
Although they were friends forever, he didn't allow anyone to tell him what to do, and if anyone talked to him the way Jack did just now, he wouldn't be alive anymore.
"You know that's not what I meant", Jake said.
"I allow Omegas to train, I treat them good, all, which you can't find in most of the packs", Kayden said.
"Yeah, just not the women, even Ella wants to train, but you won't allow it!" Jake told him.
"I need to train her myself at home", he mumbled to himself.
"You know my rules, and what you do in your free time is none of my business", Kayden said.
He didn't need to raise his voice, he was already cold and solid, because his face had no expression other than seriousness, and Jack didn't remember when was the last time he saw him smile.
"Now, come on, we have work to do, new warriors need to be trained!" He stood up and walked out of the office.
Jake just shook his head while he followed him, he would never understand this man, he thought, but even after so much time, he didn't give up.
He wasn't always that serious and cruel, as the other pack's called him, no.
Once he was different, but his life changed in one moment, and he became cold and distant.
He closed up his heart, changed the rules, and killed every enemy that stood up against him, gaining the title of the cruelest Alpha in the country.
Everyone was scared of him, except Jack, he knew the truth, and the fact that his friend was there somewhere, in the shell he created around him.
Alpha Kayden, the ruthless of all.
"Blake, please, you know don't like seeing you in bruises, even if it is for the pack's best warrior", Alora told his younger brother.
Blake smiled, chewing a pancake she made him.
Their father died as a pack warrior, defending their mother, and she couldn't stand that, knowing that her brother was one of them too.
A mother was a human, but their father was a werewolf, and her mate.
He was the best warrior in the Black Moon Pack, and he died defending the same pack.
They lived far from the pack, in their own house, where both of them grown up.
Alora was a human too, and she was thankful for that.
She was working as a doctor and didn't want to have anything with that mean Alpha of them, but as a werewolf, Blake was one of them, more than she would ever be, and she understood that.
She didn't like it, but she accepted it, just like the fact that he was living there now.
"Come on, sis, I know you're free today, come and see me, you haven't been there in a while", Blake told her.
"And see your ass kicked as if I don't have that enough at my job", Alora rolled her eyes.
"I bet Ella would love to see you", he played on the heart card.
She laughed hard.
"I can't believe you're doing this" " she told him, although it was a long time since she saw Ella, she visited Alora usually when she went into town.
She sighed, biting her lips, whenever she was nervous and thinking.
"I'll think about it", she said, gaining a big smile from him.
"Hold on!" Alpha Kayden ordered while Blake was fighting with the other warrior.
Blake was exhausted but okay, while the other one had likely broken arm, but Kayden insisted that he keep fighting, and Blake knew that.
They would fight until one of them fainted or gave up from exhaustion.
Only then, Alph Kayden would stop the fight.
Alora couldn't believe her eyes, while she was standing afar and looking at what was going on.
She knew that things had changed but now she knew how ruthless the Alpha was.
Who would say?
While he was standing in front of the fighting ground, shirtless, covered in sweat, with his short light brown hair and piercing green eyes, he looked like an Adonis himself.
The rage was growing inside her and she decided to put an end to this nonsense.
Even though she knew that werewolves heal fast, she couldn't think that Blake could be in the same place as the other one.
A gentle breeze was blowing, carrying all sorts of scents around as usual, but something made Alpha Caiden look in her direction.
His face paled and his fists clenched, while she was walking toward him.
Her blond hair was on her shoulder, carried by the wind, and her green eyes were full of rage, together with tears.
Her small but perfect body tempted him to take her there and now.
For the first time in ten years, he felt something like that, and it was the death of him.
The only thing he didn't want to happen.
He didn't want his mate to show up, not now not ever again, and what the worst part was, she was a human.
But, he couldn't imagine what she was capable of, even though she was human.
She was angry walking toward him and she didn't care that every look was now on her.
She was a woman on a man's ground, which was forbidden.
"You, Alpha, what the hell are you think you doing?" She asked him in an angry tone.
He looked at her, from head to toe, and his eyes stayed on hers.
His face didn't show any expression.
He had great self-control, life taught him itself.
"Yes, I'm talking to you", Alora said, pointing her finger at his bare chest, but she was confused for a moment, feeling tingling in her body.
What the hell was that?!
Astari, melihat mobil Syahreza yang ke luar dari pintu gerbang rumahnya. Dia lalu kembali duduk, dan Nunung meneruskan tugas untuk menyisir rambut majikannya. "Mas Prana itu..." Suara Astari tercekat. "Sebenarnya yang duluan naksir Dena, Nung. Waktu zaman kuliah. Cuma duluan diserobot Hendra. Kau tahu, Nung? Mas Prana itu selalu memuji Dena. Dia bilang wanita itu cantik sekali, seperti bunga kaca piring yang disinari cahaya matahari. Katanya kelak ingin punya anak perempuan secantik itu. Kau tahu rasanya mendengar itu, Nung? Mas Prana bahkan tak pernah memujiku sama sekali..."Nunung tak menjawab, dia terus menyisir rambut majikannya sambil menatap wajah Astari di cermin."Ketika dia berusaha menolong wanita itu, aku mencoba berdamai dengan hatiku. Sebab makin kularang, dia ternyata makin berusaha untuk selalu berada di samping wanita itu. Mengirimmu bersama Yusuf, sebenarnya hanya upaya menjaga keyakinanku jika mereka tidak berselingkuh..."Nunung terlihat menunduk, sambil melepas h
Bagaimana mungkin ada ponsel yang bisa aman disembunyikan dalam sebuah gaun? Namun Sesco mengatakan, dia memang sempat mendesain korset pada gaun yang bisa menempel dengan ketat."Jangankan ponsel, pistol juga bisa nyelip itu. Eike terinspirasi dengan Mbah-Mbah zaman dulu yang suka menyelipkan barang berharga di bagian kutang atau stagennya..." kata Sesco, sambil memamerkan gaun hijau brokat besar, dengan korset hitam yang hampir menyentuh bagian dada."Gaun ini jadi bau dan lembab, seperti pernah disiram air. Ada banyak helaian rambut pirang!"Syahreza terdiam memandang ponsel Iphone 6 Plus itu. Sudah ketinggalan zaman untuk era Iphone jenis terbaru. Tapi dia ingat, itu jelas ponsel milik Julianna. Dia tak melupakan casing warna pink. Julianna beberapa kali mengeluarkan barang itu dari tas coklatnya. Lalu, di mana tasnya?"Kita cas dulu itu ponsel, jika benar itu milik Julianna. Oh, eike sedikit terkejut dengan penemuan ini. Tetapi Pak Syahreza, bisakah kita merahasiakan ini? Soalnya
Syahreza membuka lemari yang penuh gaun tua, dia sempat menahan diri untuk menggesernya, karena beberapa waktu lalu sempat berusaha menutupi lempeng besi yang menuju ruangan bawah tanah. Namun dia berpikir, kapan lagi bisa ke tempat itu? Sebab Prana sudah tidak lagi berkenan untuk membongkar misteri masa lampau itu. Tapi dia sudah sedikit membongkar beragam arsip dan catatan lampau yang masih terhimpun rapat di perpustakaan nasional. Terutama tentang misteri dari data-data "yang konon kabarnya", mitos sekian abad yang sulit diterima nalar, sehingga tak ada satupun ahli yang berminat untuk mengungkapnya, namun catatan tentang legenda tersebut kadang tercantum pada batu-batu, serat kayu dan kulit hewan peninggalan abad silam."Kita akan ke bawah lagi."Zulfan tak menjawab, hanya bantu menggeser lemari dan membuka lempeng besi. Dia sudah semakin paham soal misteri lain dari rumah ini, setiap bertemu Syahreza, mereka kadang mengulas tentang kasus pembunuhan, juga soal ruangan misterius y
Masuk!Itulah keputusan Syahreza dan Zulfan saat mulai menuruni tangga. Sepi pastinya, juga menyeramkan. Mereka mulai mengarahkan senter melewati lorong panjang, sebelum menemukan tangga yang menuju pintu di bawah ranjang tempat dulu kamar Dena berada. Pintu-pintu jendela rumah itu terbuka, membuat cahaya matahari bebas masuk. Syahreza mengelilingi setiap kamar, sebelum memasuki ruang perpustakaan. Sementara Zulfan berdiri mematung menatap 2 lukisan: Dewa dan Dewi."Apa itu, Pak?" Tanyanya bingung.Satu lukisan dewa itu bertangan empat, bermata tiga, lehernya berkalung ular kobra. Ini seperti wujud lukisan Dewa Siwa, Sang Dewa Pelebur, versi keyakinan orang India. Siwa, merupakan satu dari tiga dewa utama dari satu kesatuan Trimurti dalam keyakinan agama Hindu, selain Brahma dan Wisnu. Sementara penganut Hindu Bali, memuja Dewa Siwa atau Btara Guru di Pura Dalem, sebagai dewa yang diyakini mampumengembalikan manusia dan makhluk hidup lainnya ke unsur asalnya, yakni Panca Mahabhuta,
Zeta mengirimkan email padanya, usai satu minggu dia kembali ke Paris, tanpa Leonard. Karena pria itu ditahan polisi, dengan tuduhan kasus percobaan upaya penipuan dan pemerasaan kepada Sesco. Kasus ini terungkap dari pengakuan Doza Fahmi, sekutu Alya Dildo. Saat mengantar Zeta di bandara, Sesco yang begitu patah hati, meminta Zeta untuk menyelidiki sesuatu. Lalu hal tersebut, diungkapkan Zeta pada Syahreza: Wanita itu datang ke Rumah Mode Sesco Paris yang belum launching. Dia mengaku bernama Lane, teman Leonard. Aku melihat dia begitu gugup, saat kuberitahu tentang kasus penangkapan Leonard di Indonesia. Dia pamit terburu-buru, namun aku bisa mengikutinya. Dia menuju Hotel Prince de Galles, tempatnya menginap, sebelum tergesa-gesa membawa tasnya seperti hendak pergi. Seorang pria tampan, berwajah khas Amerika Latin tampak menjemputnya di lobby, mereka berciuman bibir. Kemudian mereka naik taksi menuju suatu tempat. Aku terus mengikuti mereka dengan taksi juga, sampai mereka berhen
Tapi niat baik itu, justru ditanggapi Leonard dengan sangat emosional. Pria yang sedang mempersiapkan kepulangannya ke Paris bersama Zeta itu, malah mengamuk tidak karuan. Pribadinya yang selama ini terkesan lembut dan sopan, malah mendadak berubah mengerikan."Salope!" Leonard meneriaki Sesco dengan kasar, hingga tega menyebutnya: JALANG. Belum puas, segala barang dia lempar ke arah Sesco yang cuma bisa pasrah itu."Aku masih di sini, mencoba untuk berdamai dengan Si Pemerasmu. Tapi kau malah mengembalikan gaun-gaun itu! Apa... apa kau tidak berpikir soal Paris Fashion Week? Soal masa depan Rumah Mode Sesco Paris? Aku masih di sini, Sesco. Tapi kau malah mengambil keputusan sepihak!""No... Leonard, baby... yey tidak mengerti. Ini situasi darurat. Kita harus...""Harus apa?! Kita sudah menyusun rencana yang luar biasa, lalu kau seenaknya menghentikannya di tengah jalan?""No! Bukan begitu. Yey tidak mengerti. Lupakan soal gaun itu. Eike masih bisa ngetop dengan karya eike sendiri. S
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen