Share

Bab 138

Author: TnaBook's
last update Last Updated: 2025-12-04 07:00:46

Pagi itu, Aditya bangun dengan perasaan yang berbeda dari biasanya. Senyum kecil terus menghiasi wajahnya, bahkan saat ia sedang sibuk merapikan dasi di depan cermin kamarnya.

Bayangan Nayla, dengan senyuman lembutnya dan tatapan matanya yang hangat, terus bermain di benaknya. Meskipun ia tahu ada tembok besar yang memisahkan mereka yaitu status sosial, pekerjaan, dan calon tunangan Nayla, tapi kedekatan yang perlahan terjalin membuat harapan kecil itu tumbuh lagi di hatinya.

Nyonya Selly, yang tengah sibuk menyiapkan sarapan di dapur, memperhatikan anak semata wayangnya itu dengan penuh tanda tanya. Biasanya, Aditya akan berangkat kerja dengan wajah datar, bahkan terkadang terlihat murung. Namun, hari ini berbeda. Aditya tampak lebih bersemangat dari biasanya.

"Tumben sekali kamu kelihatan bahagia hari ini, Dit," ujar Nyonya Selly sambil menuangkan teh ke cangkir. Tatapan matanya tajam, seolah mencoba membaca pikiran Aditya.

Aditya yang sedang me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Godaan sang tante   TAMAT

    "Untuk itulah aku ajak kamu makan malam. Biar kamu nggak sumpek di rumah terus," seloroh Dirga. Dia tidak tahu kalau di belakangnya ada Aditya yang membuat Nayla gundah seketika. Tatapan Nayla kembali mengarah pada meja Aditya. Sepertinya Aditya dan Ratna bersiap pergi dari situ. Tatapan mereka berdua beradu dan Nayla merasakan Aditya begitu dingin padanya. Membuat hatinya mencelos sakit. "Kamu kenapa sih? Ngelihatin siapa dari tadi?" tanya Dirgal penasaran dan langsung menoleh ke belakang. Namun ia hanya melihat sebuah meja yang kosong karena Aditya dan Ratna baru saja pergi. "Aku nggak ngelihatin siapa-siapa." Nayla mengerucutkan bibirnya karena sifat posesif Dirga dan rasa kesalnya sama Aditya.

  • Godaan sang tante   Bab 143

    Sore itu, Aditya pulang dari kantor dengan pikiran yang masih dipenuhi oleh berbagai urusan pekerjaan. Namun, langkahnya terhenti sejenak ketika melihat deretan sepatu tamu di depan pintu rumahnya. la merasa heran, karena tidak mengingat adanya rencana kunjungan hari ini. Saat memasuki ruang tamu, Aditya disambut oleh pemandangan yang tak terduga. Di sana, duduklah keluarga Ratna. Pak Darman, Bu Sari, Ratna, dan bahkan Nenek Hamidah. Mereka semua tersenyum hangat ke arahnya. Nyonya Selly segera bangkit dan mendekati putranya. "Aditya, lihat siapa yang datang! Keluarga Ratna dari Bandung," ujar Nyonya Selly dengan antusias. Aditya tersenyum sopan dan menghampiri tamu-tamunya. la menyalami Pak Darman dan Bu Sari dengan hormat, lalu beralih ke Nenek Hamidah. "Nenek, senang sekali bisa melihat Nenek di sini, Nenek tidak usah pulang ke Bandung lagi, Nenek tinggal di

  • Godaan sang tante   Bab 142

    "Aditya tersenyum kecut. la penasaran pria seperti apa yang Nayla sukai. Nayla mengaminkan dengan tatapan yang sulit terbaca. Namun satu hal yang Aditya sadari ialah kalau tatapan Nayla padanya sedikit berbeda malam itu. Sedikit hangat dan. membuat jantungnya berdebar kencang. Namun tentu saja Aditya tidak mau gegabah menyimpulkan sesuatu yang belum pasti hasilnya. Bisa saja itu hanya perasaannya dan pada kenyataannya Nayla mencintai pria lain yang bukan dirinya. Malam itu, setelah percakapan panjang, Nayla merasa sedikit lebih tenang. la mengucapkan terima kasih kepada Aditya dan kembali ke rumah. "Siapa pria yang Nayla sukai?" gumam Aditya saat berada. dalam perjalanan pulang. "Kalau saja aku bisa mengatakan perasaanku padanya," gumamnya pelan. Namun, ia takut jika kej

  • Godaan sang tante   Bab 141

    "Aditya... maaf mengganggumu malam-malam begini," ujar Nayla dengan suara pelan, hampir berbisik. Kedua mata indahnya memandang lelaki tampan yang memakai jaket hitam dengan celana jeans yang kini duduk di depannya itu. Aditya tampak cemas karena malam-malam harus menemui Nayla. la takut terjadi apa-apa sama perempuan cantik itu. "Tidak apa-apa. Ada apa? Apa Bu Nayla baik-baik saja?" tanya Aditya, nada khawatir langsung terasa dari suaranya. "Please jangan panggil aku Bu, panggil saja Nayla. Kita tidak sedang bekerja sekarang." Nayla merasa terganggu dengan panggilan Aditya yang terlalu formal dan menggelitik telinganya.. Pandangannya beradu dengan tatapan Aditya yang lembut. Perempuan itu mengerjapkan matanya dan kembali menyesap coklat hanya di depannya. "I-iya maaf Nayla. Ada apa kamu memanggilku

  • Godaan sang tante   Bab 140

    "Nayla, akhirnya kamu datang lagi ke sini! Kami sudah rindu sekali," ucap Nyonya Wulan sambil menggenggam tangan Nayla dengan lembut. "Terima kasih, Tante," jawab Nayla dengan sopan, meski dalam hati ia merasa sedikit canggung, la tahu betul, kunjungannya malam ini pasti akan diiringi dengan pembicaraan tentang pernikahan yang terus-menerus menghantuinya akhir-akhir ini. Tuan Arman, yang sejak tadi duduk di ruang tamu, menyambut Nayla dengan senyuman hangat. "Ayo duduk, Nayla. Kita makan malam bersama. Tante Wulan sudah memasak makanan kesukaanmu." Mereka pun duduk di meja makan besar yang sudah dipenuhi berbagai hidangan lezat. Suasana makan malam terasa hangat dan akrab. Dirga sesekali melontarkan candaan kecil yang membuat Nayla tersenyum, meski senyumnya terasa dipaksakan. Di tengah-tengah makan malam, Nyonya Wulan membuka pembicaraan yang membuat Nayla terkejut. "Nayla, Tante ingin tahu...

  • Godaan sang tante   Bab 139

    Nyonya Selly tersenyum melihat Aditya yang akhirnya menuruti keinginannya."Gitu dong Dit, Mama nggak ada maksud apa-apa kok Mama hanya ingin menjalin silaturahmi dengan keluarga Ratna yang telah banyak menolong keluarga kita." Kata-kata Nyonya Selly terdengar lebih lembut dari sebelumnya."Iya Ma." Aditya hanya mengangguk.Aditya telah menyelesaikan sarapannya. la bersiap untuk berangkat ke kantor, tapi sebentar itu sebuah ide tiba-tiba terlintas di pikirannya."Ma, kenapa kita nggak bawa Nenek ke sini saja? Mama kan bisa ngurusin nenek dengan tangan sendiri."Nyonya Selly menghela napas kasar. "Bukannya Mama nggak mau Dit, tapi nenek kamu itu susah sekali dibujuk. Dia bilang nggak betah tinggal di kota karena udaranya panas. Dia lebih memilih tinggal sendirian di Bandung."Aditya mengatupkan bibirnya bingung."Tapi nanti Mama coba bujuk lagi deh. Siapa tahu nenekmu luluh hatinya dan mau tinggal sama kita di sini."

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status