SENTUHAN TUAN CEO DI RUANG RAPAT

SENTUHAN TUAN CEO DI RUANG RAPAT

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-10-24
Oleh:  Nola N.Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
10Bab
13Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Elara hanya seorang sekretaris biasa yang ambisius, berjuang meniti karier di perusahaan multinasional demi melunasi utang keluarga. Ia tahu betul aturan main di dunia korporat: profesionalisme adalah perisai terbaik. Namun, perisainya hancur berkeping-keping di hari ia harus bekerja lembur bersama Ares Dirgantara, Tuan CEO yang terkenal dingin, tampan bagai pahatan, dan—yang paling berbahaya—memancarkan aura dominasi mutlak. ​Ares melihat Elara bukan sekadar karyawan. Di mata gelapnya, Elara adalah tantangan, sebuah gairah terpendam yang harus ia klaim. Semuanya bermula dari sebuah rapat malam yang panjang, ketika meja mahoni mewah itu menjadi batas terakhir sebelum Ares melanggar setiap kode etik. ​Satu sentuhan tak terduga di ruang rapat gelap itu mengubah segalanya. ​Elara kini terperangkap dalam permainan kekuasaan dan nafsu yang ditetapkan oleh Ares. Ia harus memilih: menyerah pada pesona gelap sang CEO dan mempertaruhkan seluruh masa depannya, atau melawan obsesi Tuan Ares yang semakin membakar, bahkan ketika seluruh tubuhnya merespons setiap sentuhan terlarang itu. ​Mampukah Elara bertahan dari jerat hasrat yang ia temukan di bawah bayangan kota, tepat di jantung kantor yang seharusnya menjadi tempat teraman?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Keputusan di ujung jurang

​Elara menatap layar monitor di ruang tunggu rumah sakit dengan pandangan kosong. Jantungnya berdenyut mengikuti irama garis datar pada mesin ECG ibunya.

​Rasio biaya operasi vs sisa tabungan: 15:1.

​Ayahnya telah meninggal dua bulan lalu, meninggalkan tumpukan utang dan ibunya dengan kondisi jantung kritis yang membutuhkan operasi bypass segera. Elara, dengan gaji asisten pribadi direktur pemasaran di Chandra Group, tahu ia berada di ambang kehancuran. Ia butuh keajaiban, atau setidaknya, sebuah keajaiban uang.

​"Nona Elara?"

​Seorang dokter muda menghampirinya, wajahnya menunjukkan simpati yang tulus. "Kami tidak bisa menunda lebih lama, Nona. Jantung Ibu Elara memburuk. Kami butuh uang muka hari ini juga. Setidaknya setengah dari total biaya."

​Dunia Elara seolah runtuh. Setengah dari total biaya. Lima ratus juta. Ia tidak memilikinya.

​Elara bangkit, bergegas ke kantornya, Lantai 30, tanpa peduli ia terlambat. Ia langsung menemui Direktur Pemasaran, Pak Herman, pria tua yang baik hati, yang sudah ia layani dengan setia selama dua tahun.

​"Pak Herman, saya mohon, saya butuh pinjaman. Sebesar apa pun," pinta Elara, tanpa basa-basi. Ia tidak pernah memohon, tapi kali ini ia putus asa.

​Pak Herman menghela napas panjang di balik mejanya. "Elara, saya tahu kondisi ibumu, dan saya turut prihatin. Tapi pinjaman dari perusahaan sebesar itu mustahil. Apalagi untuk level staf seperti kamu."

​Harapan Elara meredup. Ia menunduk.

​"Namun..." Pak Herman menjeda, suaranya mengecil. "Ada satu jalan."

​Elara mendongak cepat, matanya memohon. "Apa pun, Pak."

​"Tuan Ares. Dia... dia sedang mencari cara untuk melunasi utang masa lalu perusahaan dan dirinya sendiri. Dia bisa melunasi semua utangmu. Bukan pinjaman, Elara. Tapi... kesepakatan."

​Napas Elara tercekat. Ares Dirgantara? CEO Chandra Group. Pria yang dielu-elukan, ditakuti, dan terkenal kejam dalam urusan bisnis dan pribadi.

​"Kesepakatan apa?" tanya Elara, tenggorokannya tercekat.

​Pak Herman melihat jam tangannya dengan gugup. "Aku sudah atur. Dia menunggumu di ruang rapat utama Lantai 45. Sekarang juga. Jangan tanya aku detailnya. Tapi jika kamu putus asa, dia adalah jawabanmu. Ambil atau tinggalkan, Elara. Jangan sia-siakan kesempatan ini."

​Elara tidak berpikir dua kali. Ia tidak punya waktu untuk moralitas. Ada nyawa ibunya yang dipertaruhkan. Ia meraih tasnya dan bergegas menuju lift eksklusif.

​Lantai 45 terasa dingin dan sunyi. Elara berjalan menuju ruang rapat utama. Aroma parfum maskulin yang mahal sudah tercium dari luar pintu. Ia mengetuk.

​"Masuk," suara Ares yang dalam dan berwibawa langsung menyambutnya.

​Elara masuk. Ruangan itu gelap, hanya menyisakan lampu sorot kecil di atas meja marmer panjang. Ares sudah duduk di ujung meja, siluet tubuh tingginya terlihat menawan dengan setelan jas dark grey. Dia tidak menatap Elara. Dia hanya fokus pada segelas whiskey di depannya.

​"Duduk, Elara Putri," perintah Ares.

​Elara duduk di kursi terdekat. Jantungnya berdebar kencang, bukan karena ketakutan, tapi karena harapan yang mematikan.

​Ares meletakkan gelasnya, lalu akhirnya mendongak. Mata birunya yang dingin menusuk Elara. Tatapan itu menelanjangi Elara, membuat Elara merasa semua kelemahannya terlihat.

​"Herman sudah menjelaskan situasimu. Ibumu sakit. Utangmu banyak," kata Ares, nadanya datar, seolah membahas laporan keuangan. "Aku benci orang yang datang padaku dengan masalah. Tapi aku suka orang yang bisa memberikan solusi."

​Ares mengeluarkan sebuah amplop tebal dari saku jasnya dan melemparkannya ke atas meja. Amplop itu meluncur pelan, berhenti tepat di depan Elara.

​"Di dalamnya ada cek. Jumlah yang cukup untuk menutupi semua biaya ibumu, dan utang-utangmu. Tentu saja, itu bukan gratis," lanjut Ares, menyeringai tipis.

​Elara menatap amplop itu, kemudian ke wajah Ares. "Apa yang Anda inginkan, Tuan?"

​Ares bersandar di kursinya, memasang ekspresi predator. "Aku ingin kau menandatangani dua kontrak. Pertama, kau menjadi asisten pribadiku, bekerja eksklusif hanya untukku. Kedua, untuk malam ini. Malam ini, kau bukan asisten. Kau akan menjadi pelarianku."

​Kata "pelarian" itu terasa seperti tamparan. Elara tahu apa maksudnya. Ares menginginkan tubuhnya, sebagai imbalan atas nyawa ibunya. Keputusan itu salah, sangat salah, tetapi Elara mengingat tatapan mata ibunya di rumah sakit.

​"Saya... saya tidak bisa, Tuan. Ini tidak profesional," tolak Elara, meskipun suaranya bergetar.

​Ares hanya tertawa kecil, tawa yang menusuk. Ia meraih gelas whiskey dan menyesapnya. "Profesional? Apa profesionalitasmu bisa membayar operasi jantung? Kau datang ke sini mencari nyawa, Elara. Dan aku menawarkan nyawa ibumu, dengan imbalan satu malam."

​Ares mencondongkan tubuhnya ke depan, tatapannya membakar. "Aku tidak memaksamu, Elara. Tapi ingatlah, jika kau pergi sekarang, ibumu mungkin tidak akan melewati hari esok."

​Elara menatap amplop tebal yang berisi keselamatan ibunya. Ia menatap Ares, yang gairah dinginnya kini terpampang jelas. Ia menarik napas dalam-dalam, mengubur harga dirinya jauh di dalam.

​"Baik, Tuan Ares. Saya setuju. Satu malam," Elara berbisik, memejamkan mata, membiarkan jurang itu menelannya. delapan malam. Gedung Chandra Group menjulang gagah di tengah gemerlap Jakarta yang tak pernah tidur. Di lantai tiga puluh, Elara masih sibuk di mejanya. Jemarinya menari lincah di atas keyboard, menyelesaikan presentasi terakhir yang diminta oleh Direktur Pemasaran. Udara dingin dari pendingin ruangan terasa menusuk kulit, tapi Elara sudah kebal. Lembur adalah sahabat karibnya sejak setahun bekerja di sini, demi gaji yang cukup untuk cicilan rumah sakit ibunya dan biaya sekolah adiknya.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
10 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status