Godaan sang tante

Godaan sang tante

last updateLast Updated : 2025-03-22
By:  TnaBook'sOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
6 ratings. 6 reviews
51Chapters
9.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Semua berawal dari Revan yang sedang mencari pekerjaan. Melalui temannya, ia yang merupakan seorang mahasiswa, mendapati sebuah lowongan pekerjaan sebagai sopir pribadi. Namun ketika ia melamar... tanpa diduga, lelaki itu mendapatkan suatu hal yang lebih menarik dari sebuah pekerjaan, yaitu menjadi simpanan tante-tante!

View More

Chapter 1

Bab 1 Jadi Selingkuhan

"Gimana Van? Apa lo cocok tinggal di sini?" tanya Badru, teman Revan yang memberitahu tempat kos sederhana ini pada Revan.

"Lumayan sih, rapih dan bersih. Sekarang tinggal cari kerja sampingan nih. Lo ada channel gawean nggak buat gue?" tanya Revan.

"Gue denger dari anak-anak, ada lowongan sopir pribadi. Gajinya lumayan, kerjanya juga nggak ribet. Yang penting lo bisa bawa mobil dan punya SIM."

"Sopir pribadi? Buat siapa?" tanya Revan dengan nada penasaran.

"Katanya buat orang kaya di kawasan elit. Lo bisa sambil kuliah juga, soalnya mereka fleksibel asal lo bisa diandalkan," jawab Badru sambil menyulut rokoknya.

Revan terdiam sejenak, mempertimbangkan. Ia memang butuh pekerjaan, dan menjadi sopir sepertinya tak terlalu buruk. Ia juga punya SIM A, jadi syarat itu tak jadi masalah.

"Oke, gue mau coba," ujar Revan akhirnya. "Lo tahu alamatnya?"

Badru menyerahkan secarik kertas kecil dengan alamat yang tertera. "Ini, gue dapet dari kenalan gue. Coba aja, siapa tahu mereka cocok sama lo."

"Thanks Dru, besok gue coba ke sana deh." Revan memasukan kertas tersebut ke dalam tas ranselnya yang sudah lusuh.

Revan baru saja menyewa kamar kecil di sudut gang yang cukup nyaman untuk ukuran kantong mahasiswa semester empat sepertinya.

Namun, Revan tahu betul, uang tabungannya tak akan bertahan lama. Ia butuh pekerjaan sampingan secepat mungkin.

Keesokan harinya, Revan berdiri di depan sebuah gerbang tinggi berwarna hitam. Rumah yang menjulang di baliknya sangat megah, dengan taman luas dan deretan mobil mewah di garasi. Ia sempat merasa ragu, namun akhirnya memberanikan diri menekan bel di samping gerbang.

Tak lama kemudian, seorang pria paruh baya dengan seragam security menghampirinya. "Ada perlu apa, Mas ?" tanyanya dengan ramah.

"Saya mau melamar jadi sopir pribadi. Katanya ada lowongan di sini," jawab Revan dengan sopan.

Si penjaga memandang Revan dari ujung kepala hingga kaki, lalu mengangguk.

"Tunggu sebentar, ya. Saya kasih tahu Bu Elma dulu." Security itu bergegas masuk ke dalam rumah besar itu.

"Bu Elma?" gumam Revan pelan menyebut calon bosnya itu.

Ia membayangkan wanita bernama Elma itu adalah sosok seorang wanita paruh baya yang angkuh, seperti bos-bos besar pada umumnya.

Tak berapa, security rumah itu kembali lagi dan menyuruh Revan masuk ke dalam.

"Mari ikut saya, Bu Elma sudah menunggu," ujarnya mengajak Revan masuk.

"Silakan tunggu di sini, Mas," ujar security,

menunjuk ke sebuah sofa di ruang tamu yang luas.

Revan duduk dengan hati-hati, merasa asing di tempat semewah ini. Tak lama kemudian, suara langkah sepatu hak terdengar, dan seorang wanita muncul. Rambutnya yang hitam tergerai rapi, wajahnya cantik dengan aura kharismatik yang begitu kuat. Ia mengenakan setelan kerja elegan

Elma mempunyai bentuk tubuh yang aduhai dengan melon besar yang menghiasi penampilannya. Pikiran Revan yang kotor telah membayangkan jika ia bisa memainkan melon segar itu. Pasti nikmat rasanya.

"Ehem...!"

Dehaman Elma membuyarkan lamunan Revan dan membuat pria itu sedikit gugup.

Elma duduk di depan Revan, menatapnya dengan dingin namun penuh wibawa.

Kesan pertama yang Revan rasakan saat melihat calon majikannya itu adalah cantik dan seksi. Tubuhnya terlihat cukup sin tal dan padat. Sungguh sangat beruntung pria yang jadi suaminya. Namun ia juga merasa kalau Elma ini adalah wanita yang galak dan tegas membuat Revan sedikit merinding.

"Kamu yang melamar jadi sopir pribadi?" tanyanya langsung, suaranya tegas. Ia memandang Revan dari ujung kepala hingga kaki.

"Iya Bu, nama saya Revan," jawab Revan dengan sopan.

"Kamu tinggal di mana sekarang?"

"Saya baru pindah ke kos-kosan di daerah Tebet, Bu. Dekat kampus saya."

"Oh jadi kamu mahasiswa?" Elma sedikit terkejut dengan status Revan yang seorang mahasiswa.

"Iya, Bu. Saya kuliah semester empat di jurusan Ekonomi," jawab Revan dengan santai.

Elma mengangkat alisnya. "Mahasiswa sambil kerja? Bukannya itu berat?"

"Mungkin berat, Bu. Tapi saya sudah terbiasa membagi waktu. Saya harus kerja untuk membiayai kuliah saya."

Elma menatapnya beberapa detik, mencoba membaca kesungguhan di wajah pemuda itu.

"Pernah jadi sopir sebelumnya?" lajut Elma.

"Belum, Bu. Tapi saya punya SIM A, dan saya sering mengemudi untuk keluarga atau teman. Saya juga cepat belajar." "Oke. Bagaimana dengan jadwal saya? Kadang saya butuh sopir pagi-pagi sekali, kadang malam hari. Kamu bisa fleksibel?"

"Selama saya tahu jadwalnya lebih awal, saya bisa atur, Bu. Kuliah saya kebanyakan pagi atau siang, jadi saya bisa bekerja di luar jam itu."

"Tanggung jawabnya besar. Kalau saya ada acara penting, saya tidak mau ada kesalahan. Kamu yakin bisa diandalkan?"

"Saya yakin, Bu. Saya selalu serius dengan pekerjaan saya."

Elma kembali memandangi Revan, kali ini dengan sorot mata yang lebih lembut, seolah melihat sesuatu yang menarik.

"Baiklah, saya beri kesempatan. Tapi ini masa percobaan. Kalau kamu tidak bisa memenuhi ekspektasi saya, kamu harus mundur."

"Terima kasih, Bu. Saya akan bekerja keras." Revan tersenyum sumringah. Ia senang karena langsung diterima bekerja.

Elma mengangguk, lalu berdiri. "Besok pagi jam tujuh kamu sudah harus di sini. Pakaiannya harus rapi dan jangan terlambat."

"Siap, Bu." Revan mengangguk mantap.

Revan berangkat lebih awal, pukul tujuh kurang, agar tidak terlambat sampai di rumah Elma. Ia mengenakan pakaian serba hitam yang rapi dan menyesuaikan diri dengan seragam sopir pribadi yang diberikan. Setelah menghindari kemacetan, ia akhirnya tiba di rumah Elma tepat pukul tujuh pagi.

Begitu sampai, ia disambut oleh penjaga yang membukakan gerbang untuknya.

"Mas Revan langsung masuk saja Mas, Ibu sedang sarapan di ruang makan," ujar security itu.

"Maksudnya saya di suruh masuk langsung ke ruang makan?" tanya Revan masih bingung.

"Ya, tadi Bu Elma bilang begitu." Security itu mengangguk.

"Baiklah kalau begitu." Revan akhirnya melangkahkan kakinya menuju ruang makan rumah itu. Namun sebelum ia masuk lebih dalam terdengar suara orang yang sedang berbincang.

Revan menghentikan langkahnya dan memilih menunggu untuk sedikit menguping.

"Mas, aku ingin bercerai." Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut Elma saat dia dan Aditya sedang sarapan pagi itu.

Aditya terdiam sejenak, seolah mencerna kalimat itu. Ia tidak menyangka kalau Elma akan mengatakan hal tabu itu.

"Bercerai?" Aditya mengulang kata itu dengan nada datar, seolah tak merasa terkejut.

"Ya, jangan tanya alasan kenapa aku minta cerai,

tanpa aku jelaskan kamu pasti sudah tahu alasannya kan?" cecar Elma yang sudah muak sekali dengan pernikahan ini.

Baginya pernikahan ini seperti neraka karena Aditya sama sekali tidak pernah menganggapnya sebagai istri.

Lelaki itu malah lebih sering menghabiskan waktunya dengan Arumi, kekasih gelap Aditya.

Aditya hanya tersenyum tipis. Ia menatap sejenak wajah Elma yang masam.

"Jangan macam-macam El, kamu juga pasti tahu kalau kedua keluarga kita tidak akan mengizinkan perceraian ini. So, lebih baik kita jalani saja pernikahan ini dengan santai. Toh aku juga membebaskan kamu untuk mencari lelaki lain yang kamu sukai."

Kata-kata itu seperti tamparan keras bagi Elma.

Hatinya mendidih mendengar nada dingin suaminya.

"Apa maksudmu, Mas?" Elma menahan napas, mencoba mengendalikan emosinya yang mulai meledak.

"Kamu suruh aku selingkuh seperti kamu dan Arumi ?" lanjut Elma dengan kesal.

"Jangan bawa-bawa Arumi! Ini urusanku dengan kamu, tidak ada hubungannya dengan Arumi." Emosi Aditya memuncak dan seketika selera makannya rusak.

Pria itu bangkit dari duduknya dan menyambar tas kerjanya.

"Mau kemana kamu Mas, kita belum selesai!" Elma melihat Aditya bersiap pergi.

"Malas aku berdebat sama kamu, jadi lebih baik aku berangkat kerja saja." Aditya menjawab sambil berjalan keluar.

"Kenapa kamu begitu egois, Mas?" Elma tak bisa menahan amarahnya lagi.

Namun teriakan Elma tidak mendapatkan balasan apapun dari Aditya. Pria itu berjalan dengan tergesa-gesa menuju mobilnya yang sudah terparkir di depan rumah megah milik Aditya dan juga Elma.

Elma merasa seperti ada sesuatu yang patah di dalam hatinya. Dia tahu dia telah mencoba, berusaha bertahan, tetapi di hadapan suaminya yang semakin asing, dia merasa seperti wanita yang tak lagi dihargai.

"Mas, kita tidak lagi saling memahami. Aku merasa sendirian, bahkan saat kita tinggal di rumah yang sama.

Aku lelah menunggu perubahan yang tak kunjung datang," ujar Elma, suaranya perlahan melemah.

Revan yang sedang menguping menatap miris ke

arah wanita cantik yang tampak sakit hati itu. Namun kehadirannya segera diketahui oleh Elma.

"Ngapain kamu di situ?" tanya Elma dengan suara tegas. Tak ada lagi raut kesedihan di wajahnya. Elma begitu cepat mengubah suasana hatinya.

"Em... maaf Bu, saya disuruh security untuk ke sini."

Revan terlihat canggung dan berjalan menghampiri Elma.

Elma terdiam sejenak seperti sedang memikirkan sesuatu. Tak berapa lama wanita itupun mendongak dan menatap wajah Revan.

"Apa kamu sudah punya pacar?" tanya Elma tiba-tiba.

"Me-memangnya kenapa Bu?"

"Em, tapi tidak masalah kalaupun kamu punya pacar.

Begini Revan..." Elma bangun dari duduknya dan berjalan mengelilingi Revan yang masih berdiri terpaku.

"Aku akan kasih kamu uang yang sangat banyak asal kamu mau jadi selingkuhanku."

"Apa?"

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
TnaBook's
mohon dukungan nya ya. ...
2025-05-30 20:31:27
1
user avatar
muhamad ali nur
dibawa masuk kedalam cerita rasa nya wkqkwk
2025-05-30 20:05:12
2
user avatar
Darmadi Ibrahim
Penulisan kata katanya bagus. Kalimatnya juga bagus alami. Ceritanya mengalir wajar seperti beneran. Apalagi cewek ceweknya menjalani hidup bebas membuat pembaca ingin hidup muda lagi. Cuma pada waktu Revan bersama bu Elma berada di puncak hanya berdua dansa biasanya perempuan yg seperti itu sdh ga
2025-05-16 18:46:27
3
user avatar
Darmadi Ibrahim
penyajian kata atau kalimatnya bagus dan wajar. Sehingga ceritanya berjalan seperti apa adanya....alami. Cukup bagus.
2025-05-16 18:37:48
1
user avatar
Opik supriatna Supriatna
bikin penasaran
2025-05-13 14:14:32
1
user avatar
Hairul Hafizh Mohd Ishak
Asyik bacaan bukunya.
2025-05-07 14:55:56
1
51 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status