Jika seorang pria sudah memiliki sifat buaya darat Secantik apapun wanitanya, penggoda tetap saja menjadi pemenang. Lalu kenapa justru pria seperti buaya darat itu yang kerap di cintai?! Padahal orang yang tulus selalu ada di dekatmu.
View MoreMarisa dan Gery duduk di depan meja kerja di ruangan Bu Retno, dosen pembimbing mereka di kampus. Bu Retno adalah seorang dosen killer yang sangat bawel, galak dan pemarah. Salah sedikit saja bisa menjadi malapetaka untuk setiap mahasiswa yang dibimbingnya.
Siang itu Marisa dan Gery adalah mahasiswa terakhir yang mendapat giliran menghadap Bu Retno untuk mengambil berkas yang dibutuhkan dalam praktek kerja lapangan mereka. Marisa dan Gery adalah mahasiswa tingkat akhir di kampus mereka yang harus mengikuti program praktek kerja lapangan untuk kelulusan kuliah mereka. Setumpuk berkas tersusun sedikit berantakan diatas meja Bu Retno. Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang dan Marisa merasa perutnya sudah kelaparan. "Marisa! Gery! Kalian berdua ditempatkan kerja di Perdana Enterprise. Sebuah perusahaan besar di daerah Bekasi yang bergerak dibidang ekspor dan impor. Mulai Senin kalian bisa bekerja disana sebagai karyawan biasa. Kalian harus bekerja serius dan sungguh-sungguh! Kalian membawa nama baik kampus ini! Ingat! Bekerja itu berdasarkan butuh! Bukan betah! Kalian membutuhkan rekomendasi bagus dari perusahaan Perdana Enterprise untuk barometer kelulusan kalian!" kata Bu Retno. "Ya Bu," jawab Marisa dan Gery berbarengan. "Sedikit saja kalian membuat kesalahan dan perusahaan itu tidak berkenan memberikan rekomendasi baik untuk kalian, maka Ibu pastikan kalian akan menambah masa kuliah kalian di kampus ini selama beberapa tahun lagi!" "Ya Bu," "Kabar baiknya yang Ibu terima adalah pihak perusahaan akan memberikan kalian gaji intensif selama tiga bulan kalian bekerja disana! Termasuk uang makan dan bonus." Sampai disini mata Gery langsung berbinar! "Hari Sabtu kalian tetap masuk kerja. Pada hari Minggu kalian bisa beristirahat dan mengevaluasi diri. Cukup sekian saja petunjuk dari Ibu. Ada pertanyaan?" kali ini Bu Retno mengajukan pertanyaan. "Saya ada pertanyaan, Bu!" ujar Gery. "Ya, Gery. Ada apa?" "Bagaimana dengan gaji bulanan yang akan saya terima? Apakah ibu ada bocoran nominalnya?" Marisa menghela nafas putus asa mendengar pertanyaan Gery. Bisa-bisanya Gery mengajukan pertanyaan konyol seperti itu kepada Bu Retno?! Yang ada bukan jawaban yang akan diterima Gery melainkan kuliah panjang diluar jam pelajaran! Mata Bu Retno berkilat sadis dibalik kacamata besar dan tebalnya! "Apa kata kamu, Gery?! Belum apa-apa kamu sudah berani menanyakan berapa besar nominal gaji yang akan kamu terima?! Belum mulai bekerja kamu sudah berani itung-itungan?! Keterlaluan! Kamu membutuhkan rekomendasi bagus dari perusahaan Perdana Enterprise! Itu yang terpenting! Gaji intensif urusan belakangan! Tunjukan dulu kinerjamu baru kamu berpikir masalah gaji! Bla... bla... bla..." dan masih banyak lagi yang Bu Retno tegaskan panjang lebar kepada Gery. Urusan pun menjadi panjang! Andai di dunia ini ada mesin waktu, pasti Gery akan kembali ke masa beberapa menit lalu dimana dia mengajukan pertanyaan konyol itu! Kalau sudah begini, Marisa juga kena imbasnya karena harus ikut mendengarkan kuliah panjang dari Bu Retno! "Ya Tuhan..! Urusan pun jadi panjang! Mana aku sudah lapar sekali...!" keluh Marisa di dalam hatinya. Marisa mencoba menghela nafas dan membiarkan omelan Bu Retno sebagai angin lalu. Masuk telinga kiri dan keluar telinga kanan. Sementara Gery hanya bisa mengangguk-angguk takut. Setelah 20 menit memarahi Gery, akhirnya Bu Retno pun berhenti karena sudah mulai terbatuk-batuk. "Mengerti kamu, Gery?! Uhuk uhuk uhuk!" "Ya Bu, saya sangat mengerti..." ucap Gery memelas. "Ada yang ingin ditanyakan lagi?! Mungkin kamu, Marisa?!" Bu Retno kali ini melirik Marisa. "Tidak, Bu." kata Marisa cepat. "Kalau begitu, ini sudah Ibu siapkan berkas lamaran kalian yang harus kalian lengkapi dengan foto, biodata, dan materai. Silahkan kalian pelajari dirumah! Hubungi Ibu jika ada yang kalian tidak pahami!" Bu Retno memberikan satu map untuk Marisa dan satu map lagi untuk Gery. "Terima kasih Bu!" kata keduanya. "Sama-sama!" "Kami pamit keluar Bu," kata Marisa. "Ya, silahkan! Semoga sukses!" Marisa dan Gery pun keluar dari ruangan Bu Retno. Keduanya menghela nafas lega setelah sampai didepan ruangan. "Alhamdulillah... Bisa keluar juga kita dari sarang macan!" ucap Gery dengan penuh rasa syukur. "Kamu juga yang cari masalah! Nanya kok konyol gitu?! Kita jadi terjebak lama di ruangan Bu Retno! Perut aku udah laper banget!" tukas Marisa. "Iya, maaf! Untuk nebus kesalahan aku, gimana kalau siang ini aku yang traktir makan siang?" tanya Gery. "Hm..." Marisa tersenyum. "Boleh juga, aku mau!" "Mau makan apa?" "Ketoprak Mang Epep!" "Hayuk! Gas!" Gery pun merangkul Marisa menuju lokasi jajanan di kampus mereka yang terletak didepan gedung kampus. Ya walaupun ada kantin di dalam yang terjamin kebersihan makanannya, terkadang jajanan luar lebih nikmat. Nikmat di lidah juga ringan dikantong. Gery dan Marisa adalah kawan lama sejak keduanya sekolah di SMA yang sama, hingga kini keduanya telah menjadi mahasiswa tingkat akhir di kampus yang sama pula. Keduanya juga adalah mahasiswa pendatang dari Bogor yang kuliah di ibukota. Mereka tinggal di kos-kosan kecil dengan bekal uang saku seadanya. Kini keduanya hampir merampungkan kuliah mereka dan berkesempatan menjalani praktek kerja lapangan di Perdana Enterprise mulai Senin lusa. Sampai di warung ketoprak Mang Epep, Gery memesan dua porsi ketoprak pake lontong-menu makan siang favorit Marisa. "Mang! Pesen dua porsi gak pake lama!" seru Gery. "Ok! Siap Ger!" seru Mang Epep seraya menghentikan kegiatannya yang sedang bermain game FF di HP Android nya yang selalu terhubung dengan alat charger. "Gak salah dulu Mang Epep diberi nama Epep sama keluarganya!" ucap Gery pada Marisa selama menunggu pesanan ketoprak mereka tiba. "Kenapa?" tanya Marisa heran. "Epep namanya, FF mainan favoritnya! Klop kan?" Marisa tertawa sambil menutup mulutnya. "Kamu ini Ger! Ada-ada aja!" "Lho! Bener kan?!" Pesanan ketoprak pun tiba. "Ini pesanan nya, Ger!" kata Mang Epep. "Makasih Mang!" ucap Gery. "Amang lanjut main FF dulu ya?!" "Main game terus! HP nya udah gak bisa jauh dari colokan juga!" tukas Gery. "Iya, batrenya udah jelek! Kudu beli yang baru! Kemaren nanyain di konter Mang Cue, mahal!" keluh Mang Epep. "Nabung dong Mang!" "Nabung kan buat ngirimin istri Amang di kampung, Bi Geuis!" "St..! Udah kita makan dulu! Jangan berisik!" kata Marisa. Marisa dan Gery pun makan bersama dengan lahap karena mereka memang sudah sangat lapar. "Aku udah gak sabar pengen praktek kerja lapangan di perusahaan Perdana Enterprise itu, Ger," ujar Marisa excited. "Iya, aku juga! Mudah-mudahan CEO nya ramah dan royal!" kata Gery. "Amin..." Marisa dan Gery sangat bersemangat untuk menjalani praktek kerja lapangan mereka. Jalan menuju masa depan yang cerah seolah sudah terbentang luas dihadapan mereka. Tanpa mereka tahu apa yang sedang menanti mereka di Perdana Enterprise!Pagi itu Marisa menyempatkan diri untuk beres-beres kos-annya. Sudah lama sekali Marisa tidak pernah beres-beres rumah. Mungkin hanya sesekali Marisa bisa menyapu kos-annya itu selama bekerja di Perdana Enterprise. Sekarang Marisa berkesempatan untuk mengepel, mengelap kaca, dan juga mencuci gorden.Semalam Andro masih rutin menelepon Marisa. Bahkan mereka sampai berjam-jam bertelepon ria. Andro sebenarnya ingin sekali bisa melakukan video call dengan Marisa. Tapi Marisa menolak karena alasan HP nya sudah mau lowbat. Padahal batu HP nya penuh.Entah kenapa selama seminggu lebih Andro pergi ke Turki. Selama itu pula perasaan Marisa semakin mengambang. Marisa tidak pernah merasakan kerinduan seperti yang Andro rasakan. Yang ada justru semalaman tadi Marisa mengingat-ingat Indra!Bagaimana sekarang keadaan Indra? Apakah dia marah dan membenci Marisa? Bisakah Indra memimpin metting tanpa bantuan Marisa? Bagaimana hubungan Indra sekarang dengan Kayla? Dan apakah Indra sudah berbaikan denga
Marisa akhirnya pulang ke kos-annya dengan perasaan tidak menentu. Walaupun mungkin keputusannya untuk resign dari Perdana Enterprise adalah satu keputusan yang salah, tapi setidaknya Marisa merasa lega karena sikap Gery sudah mulai melunak.Sepulangnya Marisa, Gery membereskan gelas bekas ngopi ke dapur. Gery juga sekalian mencucinya lalu kemudian mengambil wudhu untuk melaksanakan shalat isya. Namun saat Gery kembali dari dapur, Gery kaget melihat ada Fero ada di ruang tamunya yang kecil."Fero?!" seru Gery."Ger. Aku mau bicara sebentar" kata Fero."Aku shalat isya dulu!""Oke, aku tunggu"Gery segera melaksanakan shalat isya dan kemudian menemui Fero di ruang tamu. Gery merasa heran, ada apa Fero malam-malam begini datang ke kos-annya?! Bukankah tadi motor Fero terlihat ada di depan rumah Mbak Niki?! Sudah lama sejak Fero putus dengan Marisa, sejak saat itulah Gery juga tidak lagi dekat dengan Fero."Ada apa, Fer?" tanya Gery."Aku mau bicara sebentar sama kamu, Ger" jawab Fero."
Gery pulang dari kantor sebelum adzan Maghrib. Setelah menunaikan shalat Maghrib, Gery berencana untuk mencari makan malam. Tapi saat Gery keluar dari kos-annya, Gery terperangah melihat Marisa sudah ada di teras depan dengan membawa rantang susun stainless."Ger" sapa Marisa dengan senyuman manis yang membuat hati Gery meleleh seketika."Ada apa?!" tanya Gery dingin, masih berusaha jaim karena masih menyayangkan keputusan Marisa yang memilih resign dari Perdana Enterprise."Aku tadi masak, kita makan malam bersama yuk?!" kata Marisa."Aku mau cari nasi goreng di depan" kata Gery.Marisa mendekati Gery seolah mencegat agar sahabatnya itu tidak meninggalkan rumah. "Jangan beli nasi goreng dong, Ger! Kan aku udah sempetin ke pasar, masak buat kita makan malam. Udah lama kan kamu gak aku masakin?!""Masak apa emangnya kamu?! Itu sampe pake rantang susun segala!" Gery mulai melonggarkan sedikit jaim nya."Aku masuk dulu dong, masa aku buka rantang nya di teras""Ya udah! Ayo masuk" Gery m
Bertolak belakang dengan Indra, Marisa melewati hari Senin itu dengan santai dan tanpa adanya masalah sama sekali. Memang pada awalnya Marisa masih memikirkan bagaimana keadaan Indra, bagaimana metting pagi itu, bagaimana suasana kantor setelah keputusannya untuk resign dan masih banyak hal yang Marisa pikirkan.Tapi menjelang siang, justru Marisa merasa hatinya lebih tenang, lebih plong dan lebih nyaman. Tidak ada lagi beban pekerjaan kantor yang menumpuk, juga tidak ada lagi omelan dan kebawelan Indra yang selalu jadi santapan Marisa sehari-hari.Rasanya sudah lama sekali perasaan Marisa tidak pernah merasa senyaman ini. Soal bagaimana masa depan kuliahnya, Marisa menyerahkan sepenuhnya kepada Allah SWT. Siapa tahu Indra bisa bermurah hati memberi nilai bagus untuk PKL Marisa selama tiga bulan kurang satu minggu di Perdana Enterprise. Bukankah Allah SWT maha membolak-balikkan hati manusia?Kalaupun misalnya Indra tidak memberikan nilai bagus untuk PKL nya, toh Marisa masih bisa meng
Baru saja Indra selesai menghabiskan makan siangnya yang di pesan secara delivery, pintu ruangannya tiba-tiba terbuka dengan paksa dan ternyata Kayla yang muncul disana dengan di ikuti Bella yang tampaknya tidak berhasil melarang Kayla untuk memasuki ruangan CEO.Indra langsung bangkit berdiri dan wajahnya menampakkan raut kekesalan! "Kurang ajar! Berani sekali kamu masuk secara tiba-tiba kedalam ruangan saya!" bentak Indra begitu melihat Kayla yang ada di depan pintu ruangannya."Kita perlu bicara berdua, Pak Indra!" kata Kayla tegas."Maaf, Pak Indra. Saya sudah melarang Kayla untuk masuk kedalam ruangan Anda karena saya belum meminta izin dari Anda, tapi Kayla memaksa untuk masuk" kata Bella segera membela dirinya sebelum di salahkan oleh Indra."Saya tahu, sekarang kamu pergi saja dari sini! Saya yang akan menangani Kayla!" kata Indra."Baik, Pak" kata Bella dan langsung meninggalkan ruangan CEO.Sementara Kayla segera memasuki ruangan CEO dan berdiri tepat di hadapan Indra. Wajah
Indra menatap tajam kearah Herman. "Kamu tidak merasa kalau kamu sudah berbuat salah?! Mengkhianati saya dengan membocorkan tentang keberadaan saya pada Sofie sehingga dia datang ke apartemen dan membuat kekacauan disana?!" hardiknya!Herman kaget sekali mendengar kata-kata Indra. "Jadi karena ini Pak Indra memecat ku?! Karena Bu Sofie membawa-bawa nama ku dalam masalahnya bersama Pak Indra?! Dasar Bu Sofie tidak bisa di percaya! Padahal dia sudah berjanji untuk tidak menyebutkan kalau aku yang telah memberikan informasi mengenai keberadaan Pak Indra!" batin Herman."Saya tidak membutuhkan seorang pengkhianat seperti kamu! Yang bisa dengan mudah membocorkan rahasia saya pada orang yang sudi membayar kamu! Berapa banyak jumlah uang yang Sofie berikan pada kamu sehingga kamu berani mengkhianati saya!" Indra kembali menghardik Herman."Maafkan saya, Pak Indra. Tapi saat itu saya tidak bisa menolaknya! Bu Sofie tampak sangat sedih dan mendesak saya untuk memberitahukan keberadaan Anda! Ka
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments