LOGINLeon menatap Monica dengan acuh lalu berkata, "Aku menyukai semua yang ada pada Dona,"
jawaban Leon membuat Dona semakin gemetar. Dia takut kalau pihak Monica akan semakin membencinya atau melakukan hal yang diluar batas wajar membulinya. Sedangkan Monica dan kedua orang tuanya tentu saja sangat murka dengan ucapan Leon. "Apa yang kamu lihat darinya, Leon?" teriak Monica. "Dona cantik juga menarik perhatianku," jawab Leon santai. "Bedebah gila. Bisa-bisanya kamu diperdaya oleh wanita penggoda seperti itu," balas Pak Malik sambil matanya melotot. "Masih muda tentu saja cantik. Tapi kecantikan saja bisa pudar seiring waktu," ucap Bu Wati. "Kecantikan memang bisa pudar. Tapi wanita yang bisa mendampingi lelaki, melayani sepenuh hari walau dia capek bekerja itu sangat luar biasa," sahut Leon santai. Kalimat yang Leon lontarkan barusan adalah sindiran untuk Monica dan keluarganya. Selama ini, Monica selalu lalai menjalankan tugasnya sebagai Istri.Semua orang berlari ke arah kamar Dona. Tapi saat pintu akan dibuka ternyata terkunci. Semua menjadi panik karena Dona juga tidak menjawab panggilan. Hanya suara bantingan barang dari dalam kamar Dona. "Dona, buka pintunya, Nak," ucap Bu Ambar yang sangat khawatir dengan Ambar. "Bagaimana ini tidak ada jawaban. Hening dari dalam sana," ucap Bu Lastri. Bu Ambar semakin panik dan khawatir berkali-kali mengetuk pintu dan mencoba membuka pintu dari grendel tapi tidak ada jawaban. Membahas semua orang panik. "Somad, jika terjadi apa-apa dengan anakku. Kamu harus tanggung jawab," ucap Bu Ambar sambil menunjuk wajah Pak Somad dengan jari telunjuknya. ".Anak jangan dimanja, dobrak saja pintunya. Dia hanya merajuk supaya keinginanya dituruti," balas Pak Somad. "Turunkan egomu Somad. Anakmu bisa gila karena ulahmu. Sudah dibully diluaran sana. Eh kamu malah tambahin bebannya lagi. Anakmu sudah tidak perawan, sudah pernah keguguran. Masih untung pria itu mau tanggung jawab!" seru Bu Las
Dona menganggukkan kepalanya dia sangat serius dengan ucapannya. Kalau sampai Ayahnya kasar Dona tak segan melapor ke polisi agar ada efek jera. "Walau Ayah adalah orang tuaku kalau sudah keterlaluan memukul dan menyakiti aku akan lapor polisi," jawab Dona. "Anak tidak berlaku beraninya kamu mau memenjarakan Ayah sendiri. Apa kamu tahu kalau Ayah melakukan semua ini demi kebaikanmu," ucap Pak Somad geram. "Demi kebaikan tapi menyakiti mental dan tubuhku!' seru Dona. Pak Somad hendak menampar Dona lagi. Lalu Leon menggenggam tangan pak Somad. Terjadi keributan di sini, Pak Somad melawan dan ingin meninju Leon. Tapi Pak Somad kalah tenaga. Akhirnya dia kualahan melawan Leon. "Brengsek, kamu sudah merusak ketentraman keluargaku!' seru Pak Somad."Pak, semua sudah digariskan sama Tuhan. Aku tidak sengaja merusak ketentraman keluarga Pak Somad. Jika memang kedatanganku ini hanya membuat Pak Somad tidak nyaman. Maka aku tidak akan datang lagi," ucap Leon. 'Jadi kamu menyerah hah?" t
Pak Somad menampar Dona dengan keras, kesabarannya sudah habis. Dona terlalu mencintai Leon dan tidak bisa berpikir dengan jernih. Untuk apa mencintai seorang Leon yang hanya bermodal janji manis saja.“Kamu sudah dibesarkan tapi malah membuat malu orang tua!” seru Pak Somad.“Pak, tenanglah. Jangan buat emosi Dona terguncang lagi. Bisa-bisa Dona gila karena Pak Somad yang terlalu keras,” bujuk Leon karena tak tega melihat Dona yang dihukum oleh Pak Somad denga pukulan.“Jangan campuri urusanku yang mendisiplinkan putriku. Jika bukan karenamu putriku yang berkelakuan baik ini tidak akan membangkang!” seru Pak Somad.“Tapi tidak dengan memukul juga. Kasihan, apa Pak Somad lupa kemarin habis memeriksakan Dona ke psikiater?” tanya Leon.“Halah itu hanya kecapekan saja. Karena terlalu lelah banyak yang mencemoohnya. Putriku tidak gila!” jawab PaK Somad.“Dona memang tidak gila tapi Pak, dia mengalami depresi. Kalau di rumah juga di keras seperti ini takutnya Dona akan semakin depresi,” uc
Pak Somad mengepalkan tangannya kesal, Leon benar benar keterlaluan. Untuk apa dia mengatakan hal yang sengaja memprovokasi Pak Somad. "Apa kamu ingin aku hajar hah!' seru Pak Somad sembari menggenggam erat kerah baju Leon dan siap menghantam dengan tinjunya."Ayah," teriak Dona menghalangi."Minggir Dona, ini urusanku dengan Pak Somad," balas Leon meminta Dona untuk menggir sebentar. "Ta-pi," ucap Dona terbata dia tidak mampu berkata lagi."Tenanglah, aku harus menyelesaikan masalah ini," balas Leon.Dona akhirnya menyingkir agar tidak terkena pukulan dari Pak Somad. Dia juga harus mempercayakan pada Leon tentang niat baik yang ingin dia katakan."Dasar mesum, menghalalkan berbagai cara untuk bisa mendapatkan apa yang kamu mau," ucap Pak Somad.“Aku tidak menghalalkan segala cara untuk menggapai apa yang aku mau. Aku hanya mengingatkan Pak Somad supaya mengantisipasi apa yang tidak ingin terjadi,” balas Leon.Bugh!Pukulan keras mendarat di wajah Leon. Dona histeris reflek melihat
Pak Somad mengepalkan tangannya kesal, dia tentu saja geram dengan Leon yang ingin menikahi Dona secara siri dulu. Siapa yang tidak marah dan kecewa putrinya akan dinikahi secara siri. Bukan secara resmi agama san negara. "I-ya, maksud saya ini hanya sementara. Kalau sudah selesai cerai dengan Monica pasti aku akan menikahi Dona secara sah!" jawab Leon yang awalnya terbata menjadi semangat. "Tidak!" seru Pak Somad. Leon agak kecewa dengan jawaban Pak Somad. Dia hanya ingin meresmikan hubungan secara agama dulu. Bukan berarti Leon tidak ingin meresmikan hubungan dengan Dona secara sah. Ini berguna agar tidak menimbulkan fitnah dan gunjingan tetangga. "P-ak, saya hanya ingin melindungi Dona dari dosa zina," ucap Leon terbata dia berucap hati hati agar Pak Somad tidak masah lagi "Kamu sudah berzina juga dengan putriku," balas Pak Somad yang tidak ingin Dona menikah secara siri saja. Pak Somad sangat benci dengan Leon yang sudah merusak masa depan sang putri. "Maka dari itu saya be
Dona mempertanyakan kenapa mereka harus berhenti di sebuah penginapan. Emangnya ada ss krim di dalam sana..Bener bener membuat Dona tidak mengerti. "Ayo turun, di sana ada yang jual es krim," jawab Leon. "Apa kita akan mampir ke restorannya?" tanya Dona. "Iya," jawab Leon. Dona menuruti Leon turun dari Mobil. Setelah ke resepsionis Dona masih mengikuti kenapa langkah kaki Leon pergi. Dona masih tidak curiga sama sekali tentang rencan Leon yang membawanya ke sebuah penginapan. Masa makan es krim saja harus ke restoran hotel bukannya harganya lebih mahal 'Hah ini kan kamar?" ucap Dona. "Ini memang kamar," jawab Leon lalu menarik lengan Dona masuk ke kamar dan langsung mencecap bibirnya. "Kamu mau es krim 'kan?" tanya Leon setelahnya dengan senyuman meledek. "Iya, kenapa kita malah me sini?" tanya Dona. "Makan dulu es krim yang aku miliki, baru es krim yang lain," bisik Leon sembari membuka kancing celananya. Dona agak bengong sedikit tapi setelahnya dia tahu apa ya







