LOGINDona Herlambang mendapatkan teror berupa poster bergambar wajahnya bertuliskan pelakor di kantornya. Teror itu datang bertubi-tubi hingga dia didatangi seorang wanita mengaku sebagai istri sah pacarnya. Dona tidak percaya begitu saja. Namun saat sedang bermesraan di sebuah rumah makan dengan pacarnya. sebuah fakta mengejutkan Dona terungkap. Apakah Dona akan bertahan menjalin hubungan dengan pacarnya saat ini atau justru tertantang menjalani cinta terlarang ini?
View More“Ugh… Pak… i-ini tidak benar.”
Dona mendorong dada bidang pria yang menghimpitnya ke dinding. Jarak wajah mereka begitu dekat, Dona dapat merasakan embusan napas Leon yang terdengar berat.
“Kenapa?” tanya Leon seraya menjauhkan sedikit tubuhnya karena melihat Dona tidak nyaman.
Dona menundukkan pandangan. Saat ini, mereka sedang berada di kantor. Ruangan Leon memang tertutup, tapi seseorang bisa saja datang sewaktu-waktu.
“Sa-saya takut, Pak,” jawab Dona terbata.
Leon tersenyum tipis, ia menangkup wajah Dona yang memerah. “Kenapa harus takut? Tidak ada yang berani masuk ruangan ini tanpa mengetuk pintu,” ujar pria itu.
Dona tetap menggelengkan kepalanya. Namun, Leon lebih sigap. Pria berkulit sawo matang itu kini mendekapnya, mengusap pinggangnya dengan lembut. Seolah tengah berusaha memancing gairah gadisnya.
Keduanya memang sudah berpacaran. Awalnya, hubungan mereka hanya sebatas atasan dan bawahan di kantor. Namun, lama-kelamaan, Dona mulai terpikat pesona dan paras rupawan pria yang merupakan kepala divisi itu.
“P-Pak—” ucap Dona terbata saat usapan Leon merambat turun ke pahanya.
“Hmm?” gumam Leon, seolah tidak merasa terganggu. Wajah tampannya kini berpindah ke perpotongan leher Dona, meninggalkan kecupan demi kecupan yang membuat kepala Dona mendadak pusing.
“Semua orang sedang keluar untuk makan siang, Dona,” kata Leon lagi.
Sebelum Dona kembali menolak, Leon lebih dulu membungkam bibirnya agar dia tidak bersuara lagi.
Dona ingin menolak, tapi Leon begitu lihat mencumbunya. Dona yang awalnya tidak nyaman, perlahan menikmati setiap sentuhan Leon.
“Ah! Pak—” Dona terkesiap saat tangan Leon berpindah ke area gundukan miliknya yang masih terbungkus bra dan kemeja slim fit.
“Lepaskan saja suaramu, jangan ditahan,” bisik Leon menggoda, lalu kembali membawa Dona ke dalam ciuman panjang yang semakin lama semakin menuntut.
Kancing kemeja Dona perlahan terlepas oleh tangan nakal Leon, memperlihatkan dalaman berwarna salem yang tampak pas di kulit pucatnya.
Semakin lama suasana semakin panas. Ruangan kerja Leon kini dipenuhi suara decapan basah dan desahan tertahan.
“Su-sudah,” ucap Dona lirih. Dia menggigit bibirnya, berusaha menahan rasa yang bergejolak di dada.
“Belum selesai,” bisik Leon yang masih bersemangat memadu kasih bersama Dona.
“Ah, sakit…,” lirih Dona sekali lagi.
“Nanti lama-lama akan enak. Kamu masih sempit makanya sakit,” kata Leon dengan gairah yang semakin membara.
Dona mengangguk pelan, membiarkan Leon menghujam semakin dalam. Perlahan, ia mulai merasakan kenikmatan yang sama. Tubuhnya bereaksi pada setiap sentuhan Leon yang begitu memabukkan.
Dona sungguh takut ketahuan oleh teman sekantor, tapi tubuhnya tidak bisa berbohong. Tubuhnya tahu cara mencari kenikmatan, dan Leon dapat memberikannya dengan sukarela.
“Dona, semakin dilihat kamu semakin cantik,” bisik Leon di tengah kegiatan menyalurkan hasrat.
“Pak Leon juga… tampan,” ucap Dona sembari menahan agar tidak mengeluarkan suara terlalu keras.
“Sudah aku bilang, keluarkan saja rintihan kenikmatan yang kamu rasakan,” ucap Leon sembari menyeringai tipis. “Aku suka suara desahanmu.”
Leon menyukai Dona, apalagi wanita itu selalu menuruti perintahnya. Lelaki mana yang tidak menyukai wanita yang berada di bawah kendalinya?
Suara lirih rintihan kenikmatan yang keluar dari mulut ranum Dona membuat gairah Leon semakin bergelora.
Kepala Dona terasa melayang. Kakinya seolah tidak lagi berpijak pada lantai.
Namun, suara-suara samar yang terdengar dari luar membuat jantungnya mencelos. Sepertinya mereka sudah selesai makan siang dan kembali ke kantor untuk bekerja.
“Pak, ada suara orang di luar,” bisik Dona.
“Sebentar lagi, Dona…,” balas Leon sembari membungkam mulut Dona agar tidak bersuara.
Pria itu mempercepat ritme permainan. Kenikmatan demi kenikmatan mereka rasakan berdua.
Bagi Leon, ada sensasi tersendiri melakukan penyatuan cinta penuh gairah di tempat kerja. Adrenalinnya seolah terpacu. Rasanya sangat bercampur aduk, apalagi di luar ruangan yang mereka gunakan memadu kasih, sudah ada banyak rekan kerja yang kembali dari makan siang.
“Apa kita akan ketahuan?” tanya Dona saat keduanya telah mendapatkan pelepasan masing-masing. Napas mereka masih menderu, tubuh mereka berpeluh.
“Tidak akan. Keluarlah setelah kamu selesai merapikan diri,” jawab Leon sembari membetulkan pakaiannya yang berantakan.
Dona mengangguk pelan, dia mengancingkan lagi kemejanya lalu menyisir rambut hitam panjangnya menggunakan jari tangan. Ia memastikan penampilannya sudah rapi agar tidak menimbulkan kecurigaan.
“Terima kasih, Sayang,” bisik Leon sembari mencium pipi Dona, lalu memeluknya dengan erat. “Aku sangat puas.”
Dona tersenyum malu-malu, lalu membalas pelukan atasannya itu. “Pak Leon juga sangat kuat.”
“Kamu suka?” goda Leon.
Dona tidak menjawab, tapi wajahnya memerah hingga ke telinga.
Leon terkekeh gemas, lalu mengecup pipi Dona sekali lagi. “Kembalilah ke tempat kerjamu,” pintanya. “Bawa ini agar tidak ada yang curiga,” lanjut Leon sembari memberikan sebuah tab yang biasa digunakan oleh Dona untuk membuat desain baju.
Dona mengangguk, lalu membawa tab yang diberikan Leon.
Wanita itu kembali ke kubikelnya dengan langkah ringan seolah tidak terjadi apapun. Melihat rekan-rekannya yang tidak terlalu memperhatikan, Dona menghela napas lega.
Namun, saat baru saja duduk di kursinya, sepasang mata Dona terbelalak melihat beberapa poster yang tertempel di meja.
Poster itu berisi gambar wajahnya yang bertuliskan PELAKOR dengan tulisan besar-besar.
Jantung Dona seolah mencelos melihatnya.
“Pelakor…?” gumamnya lirih. Tangannya gemetar saat memungut poster-poster itu. “Apa maksudnya ini?”
Leon menghela nafas panjang mengontrol emosinya. Lalu Leon menatap kedua mertuanya juga Monica yang terlihat sedang bergelendot manja di samping orang tuanya.“Aku memilih Dona,” jawab Leon mantap.Sontak saja Monica yang tadinya santai saja karena ada kedua orang tuanya langsung menegakkan kepalanya, matanya juga melotot saking kagetnya.“A-pa?” ucapnya tidak percaya. Monica melihat ke arah Leon lalu bergantian ke arah kedua orang tuanya.“Dasar lelaki brengsek. Aku tidak sudi putriku dimadu!” seru Papa Mertua Leon kesal.“Memangnya siapa yang akan memadu Monica. Bukankah tadi Papa memintaku memilih antara Monica dan Dona?” tanya Leon.“Jadi kamu mau menceraikanku,” jawab Monica yang air matanya langsung tumpah ke pipi.Leon tersenyum serta mengangguk pelan. Pertanda dia mengiyakan apa yang diucapkan oleh Monica barusan. Leon sudah lega bisa mengungkapkan perasaannya saat ini. Dia sudah terlanjur jatuh cinta pada Dona, wanita yang selalu membuatnya jatuh cinta lagi dan lagi.“Tidak b
Leon menarik nafasnya panjang lalu menghembuskannya pelan. Dia sengaja melakukan itu untuk mengatur emosinya. Selanjutnya, dia melangkah santai menuju sofa untuk bergabung dengan istri dan kedua mertuanya.“Ini rumahku, Pa. Kenapa harus takut untuk pulang?” jawab Leon santai, lalu duduk di depan Papa mertuanya.“Setelah kamu sakiti putriku, beraninya kamu begitu?!” hardik Mama mertua Leon sambil mengacungkan jari telunjuknya.“Sudah jelas aku katakan tadi ‘kan, Ma. Ini rumahku,” ucap Leon.Papa Mertua Leon melempar air ke arah Leon, tepat mengenai wajahnya. Leon mengusap air itu dengan telapak tangannya, lalu menatap Papa mertuanya seolah menantangnya.“Ini rumah putriku bukan milikmu!” seru Papa Mertua Leon dengan garang. Dia sangat marah karena putri yang sangat dia cintai harus disakiti oleh suaminya sendiri.“Rumah ini dibangun olehku, bukan sepenuhnya milik putri kalian,” ucap Leon, berusaha tenang.“Tapi sertifikat rumah ini atas nama putriku. Jadi kalau kamu berselingkuh, sila
Pertanyaan Leon membuat perasaan Dona tak karuan. Dia pun bingung ingin mengatakan apa. Dia cemburu karena sudah terlanjur jatuh cinta pada Leon, tapi Dona juga tidak ingin egois dan melanjutkan hubungan yang salah ini.“Apakah pantas aku cemburu pada istri sah?” tanya Dona, matanya kembali berkaca-kaca. “Kamu pantas cemburu karena kita adalah sepasang kekasih,” kata Leon sembari mengusap pipi Dona dengan lembut.“Tidak. Hubungan kita terlarang,” ucap Dona yang hatinya masih sedih ditampar kenyataan.Leon menatap Dona lekat. Ada perasaan bersalah atas cintanya terhadap wanita itu. Tapi baginya, pertemuannya dengan Dona adalah sebuah takdir yang sudah ditentukan.“Maafkan aku, Dona. Tapi bagiku mencintaimu bukanlah sebuah kesalahan,” ucap Leon pelan.“Bukan kesalahan bagaimana? Kamu sudah punya istri tapi dengan sadar mendekatiku!” hardik Dona.Andai saja waktu dapat diputar kembali, mungkin Dona akan mencari tahu lebih jauh mengenai identitas Leon yang sebenarnya. Seorang kepala divi
Leon menatap Dona yang pias, kekecewaan menghiasi wajahnya yang ayu.Pria itu menelan ludah ketika menjawab, “Ada alasan tersendiri kenapa aku membohongimu, Dona,” jawabnya lirih.Dona menggeleng tak percaya. Air mata jatuh membasahi pipinya. “Kembalilah pada istrimu, Leon,” pintanya. Sungguh, ia tidak mau terperosok lebih jauh ke dalam cinta terlarang ini. Jika sejak awal tahu Leon sudah beristri, Dona tidak akan menjalin hubungan dengannya.Namun, Leon justru menggelengkan kepala. “Aku tidak mau berhenti berpacaran denganmu,” ucapnya dengan nada tegas.Tidak hanya Dona, Monica juga tampak terkejut mendengarnya.“Ini tidak benar, Leon! Jika melanjutkan hubungan ini, sama saja aku menyakiti hati sesama wanita,” balas Dona. Ia mundur selangkah, hendak menjauh. Tapi Leon lebih dulu menahan tangannya.“Hubungan ini sudah benar,” ucap Leon keras kepala.Monica yang mendengar suaminya berkata seperti itu langsung menamparnya. Kekecewaan yang dirasakannya kian mendalam. Bahkan hingga deti
Dona sudah agak mengantuk, tapi Leon tampaknya masih enggan beranjak dari restoran itu. Pria itu terus bercerita, dan Dona mendengarkannya sambil tersenyum simpul. Ia suka mendengar suara berat Leon. Pria itu tampak lebih hidup, berbeda saat di kantor yang penuh wibawa dan terkesan dingin. Selain saat mereka bermesraan, tentu saja.Namun, suasana hangat dan menyenangkan itu mendadak buyar….Byur!Guyuran soft drink mendarat tepat di wajah Leon, membuat mereka terkejut dan sontak memisahkan diri.“Apa-apaan ini?!” ucap Leon, langsung berdiri mengelap wajahnya dan menatap siapa yang mengguyur minuman itu.“Dasar tidak tahu malu, bermesraan di tempat umum dengan wanita lain padahal sudah beristri!” seru wanita itu dengan lantang. Tangannya juga berusaha untuk menampar Leon tapi berhasil ditangkis oleh pria itu.“Monica…?” lirih Leon, masih dengan wajah kaget.“Iya, ini aku Monica, istri sahmu!” sahut Monica yang masih dipenuhi rasa amarah di dada.Dona membelalak melihat wanita yang me
Dona menatap wajah Leon yang terlihat serius mengatakan kesungguhan hatinya. Wanita mana yang tidak klepek-klepek mendengar pria yang diperebutkan banyak wanita malah memilih dirinya?“Apa betul seperti itu?” tanya Dona untuk meyakinan diri.“Tentu saja. Di luaran sana banyak wanita yang menyatakan cintanya padaku. Tapi pilihanku jatuh di kamu,” jawab Leon sembari menggenggam kedua tangan Dona dan mengecupnya dengan mesra.“Kalau begitu, wanita tadi hanya salah satu wanita yang mengagumimu?” tanya Dona sekali lagi, masih ada keraguan di wajahnya yang ayu.“Hmm,” balas Leon bergumam. “Sekarang ayo kita makan malam. Kamu pasti sudah lapar,” ajaknya kemudian.“Oke,” sahut Dona disertai anggukan kecil. Dia memang sangat lapar. Memikirkan kejadian hari ini membuat energinya terkuras.Ia lantas mengikuti Leon yang membawanya ke sebuah rumah makan yang menghidangkan makanan favoritnya. Leon langsung memesan makanan untuk makan malam mereka berdua.“Aku harap kamu juga suka gurame asam manis






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments