HASRAT TERLARANG SUAMI ORANG

HASRAT TERLARANG SUAMI ORANG

last updateLast Updated : 2025-10-29
By:  Handira RezzaUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
8Chapters
10views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Dona Herlambang mendapatkan teror berupa poster bergambar wajahnya bertuliskan pelakor di kantornya. Teror itu datang bertubi-tubi hingga dia didatangi seorang wanita mengaku sebagai istri sah pacarnya. Dona tidak percaya begitu saja. Namun saat sedang bermesraan di sebuah rumah makan dengan pacarnya. sebuah fakta mengejutkan Dona terungkap. Apakah Dona akan bertahan menjalin hubungan dengan pacarnya saat ini atau justru tertantang menjalani cinta terlarang ini?

View More

Chapter 1

BAB 1 Lepaskan Saja Suaramu

“Ugh… Pak… i-ini tidak benar.” 

Dona mendorong dada bidang pria yang menghimpitnya ke dinding. Jarak wajah mereka begitu dekat, Dona dapat merasakan embusan napas Leon yang terdengar berat.

“Kenapa?” tanya Leon seraya menjauhkan sedikit tubuhnya karena melihat Dona tidak nyaman. 

Dona menundukkan pandangan. Saat ini, mereka sedang berada di kantor. Ruangan Leon memang tertutup, tapi seseorang bisa saja datang sewaktu-waktu.

“Sa-saya takut, Pak,” jawab Dona terbata. 

Leon tersenyum tipis, ia menangkup wajah Dona yang memerah. “Kenapa harus takut? Tidak ada yang berani masuk ruangan ini tanpa mengetuk pintu,” ujar pria itu.

Dona tetap menggelengkan kepalanya. Namun, Leon lebih sigap. Pria berkulit sawo matang itu kini mendekapnya, mengusap pinggangnya dengan lembut. Seolah tengah berusaha memancing gairah gadisnya.

Keduanya memang sudah berpacaran. Awalnya, hubungan mereka hanya sebatas atasan dan bawahan di kantor. Namun, lama-kelamaan, Dona mulai terpikat pesona dan paras rupawan pria yang merupakan kepala divisi itu.

“P-Pak—” ucap Dona terbata saat usapan Leon merambat turun ke pahanya.

“Hmm?” gumam Leon, seolah tidak merasa terganggu. Wajah tampannya kini berpindah ke perpotongan leher Dona, meninggalkan kecupan demi kecupan yang membuat kepala Dona mendadak pusing. 

“Semua orang sedang keluar untuk makan siang, Dona,” kata Leon lagi.

Sebelum Dona kembali menolak, Leon lebih dulu membungkam bibirnya agar dia tidak bersuara lagi. 

Dona ingin menolak, tapi Leon begitu lihat mencumbunya. Dona yang awalnya tidak nyaman, perlahan menikmati setiap sentuhan Leon. 

“Ah! Pak—” Dona terkesiap saat tangan Leon berpindah ke area gundukan miliknya yang masih terbungkus bra dan kemeja slim fit.

“Lepaskan saja suaramu, jangan ditahan,” bisik Leon menggoda, lalu kembali membawa Dona ke dalam ciuman panjang yang semakin lama semakin menuntut.

Kancing kemeja Dona perlahan terlepas oleh tangan nakal Leon, memperlihatkan dalaman berwarna salem yang tampak pas di kulit pucatnya.

Semakin lama suasana semakin panas. Ruangan kerja Leon kini dipenuhi suara decapan basah dan desahan tertahan.

“Su-sudah,” ucap Dona lirih. Dia menggigit bibirnya, berusaha menahan rasa yang bergejolak di dada.

“Belum selesai,” bisik Leon yang masih bersemangat memadu kasih bersama Dona.

“Ah, sakit…,” lirih Dona sekali lagi.

“Nanti lama-lama akan enak. Kamu masih sempit makanya sakit,” kata Leon dengan gairah yang semakin membara.

Dona mengangguk pelan, membiarkan Leon menghujam semakin dalam. Perlahan, ia mulai merasakan kenikmatan yang sama. Tubuhnya bereaksi pada setiap sentuhan Leon yang begitu memabukkan.

Dona sungguh takut ketahuan oleh teman sekantor, tapi tubuhnya tidak bisa berbohong. Tubuhnya tahu cara mencari kenikmatan, dan Leon dapat memberikannya dengan sukarela. 

“Dona, semakin dilihat kamu semakin cantik,” bisik Leon di tengah kegiatan menyalurkan hasrat.

“Pak Leon juga… tampan,” ucap Dona sembari menahan agar tidak mengeluarkan suara terlalu keras.

“Sudah aku bilang, keluarkan saja rintihan kenikmatan yang kamu rasakan,” ucap Leon sembari menyeringai tipis. “Aku suka suara desahanmu.”

Leon menyukai Dona, apalagi wanita itu selalu menuruti perintahnya. Lelaki mana yang tidak menyukai wanita yang berada di bawah kendalinya?

Suara lirih rintihan kenikmatan yang keluar dari mulut ranum Dona membuat gairah Leon semakin bergelora.

Kepala Dona terasa melayang. Kakinya seolah tidak lagi berpijak pada lantai.

Namun, suara-suara samar yang terdengar dari luar membuat jantungnya mencelos. Sepertinya mereka sudah selesai makan siang dan kembali ke kantor untuk bekerja.

“Pak, ada suara orang di luar,” bisik Dona. 

“Sebentar lagi, Dona…,” balas Leon sembari membungkam mulut Dona agar tidak bersuara.

Pria itu mempercepat ritme permainan. Kenikmatan demi kenikmatan mereka rasakan berdua. 

Bagi Leon, ada sensasi tersendiri melakukan penyatuan cinta penuh gairah di tempat kerja. Adrenalinnya seolah terpacu. Rasanya sangat bercampur aduk, apalagi di luar ruangan yang mereka gunakan memadu kasih, sudah ada banyak rekan kerja yang kembali dari makan siang.

“Apa kita akan ketahuan?” tanya Dona saat keduanya telah mendapatkan pelepasan masing-masing. Napas mereka masih menderu, tubuh mereka berpeluh.

“Tidak akan. Keluarlah setelah kamu selesai merapikan diri,” jawab Leon sembari membetulkan pakaiannya yang berantakan.

Dona mengangguk pelan, dia mengancingkan lagi kemejanya lalu menyisir rambut hitam panjangnya menggunakan jari tangan. Ia memastikan penampilannya sudah rapi agar tidak menimbulkan kecurigaan.

“Terima kasih, Sayang,” bisik Leon sembari mencium pipi Dona, lalu memeluknya dengan erat. “Aku sangat puas.”

Dona tersenyum malu-malu, lalu membalas pelukan atasannya itu. “Pak Leon juga sangat kuat.”

“Kamu suka?” goda Leon.

Dona tidak menjawab, tapi wajahnya memerah hingga ke telinga.

Leon terkekeh gemas, lalu mengecup pipi Dona sekali lagi. “Kembalilah ke tempat kerjamu,” pintanya. “Bawa ini agar tidak ada yang curiga,” lanjut Leon sembari memberikan sebuah tab yang biasa digunakan oleh Dona untuk membuat desain baju.

Dona mengangguk, lalu membawa tab yang diberikan Leon. 

Wanita itu kembali ke kubikelnya dengan langkah ringan seolah tidak terjadi apapun. Melihat rekan-rekannya yang tidak terlalu memperhatikan, Dona menghela napas lega.

Namun, saat baru saja duduk di kursinya, sepasang mata Dona terbelalak melihat beberapa poster yang tertempel di meja. 

Poster itu berisi gambar wajahnya yang bertuliskan PELAKOR dengan tulisan besar-besar.

Jantung Dona seolah mencelos melihatnya. 

“Pelakor…?” gumamnya lirih. Tangannya gemetar saat memungut poster-poster itu. “Apa maksudnya ini?”

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
8 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status