/ Romansa / Haid Pertamaku / 4. Mungkin Memang Takdir

공유

4. Mungkin Memang Takdir

작가: Pena Asmara
last update 최신 업데이트: 2022-06-22 15:55:49

Aku benar-benar dibuat sedih, bingung sekaligus panik, dengan kedatangan haid pertamaku.

Rasa ketakutan, jika keperawananku akan di jual dan harus melayani kepuasan sang pemenang tender atas tubuhku, menimbulkan rasa ketakutan yang teramat sangat.

"Apa yang harus kulakukan?" menyerah perlahan pada keadaan, atau menyembunyikan kehaid'anku secara diam-diam.

Aku menoleh ke kiri dan kanan. Memperhatikan sekitar tempatku menjemur pakaian, di lantai paling atas tempat penyekapan kami. Sepi tidak ada siapapun,

cepat-cepat kubersihkan darah haid,  menyembunyikan pakaian bekas kupakai membersihkan darah, dan mengambil sebuah kaus t-shirt untuk menyembunyikan darah haidku. Entah milik siapa. 

Ijin keluar membeli pembalut pasti tidaklah mungkin, melihat ketatnya pengawasan keluar masuk yang di jaga 24 jam oleh tukang pukul Mami Merry. Bahkan untuk membeli camilan atau minuman ringan di warung dekat tempat kami diasuh pun, diawasi sangat ketat.

Satu-satunya cara adalah, jika di antara senior mendapatkan haid, lalu  menyuruhku untuk membelikan pembalut. Itu pun harus ditemani si senior untuk meminta ijin kepada para bodyguard tersebut. 

Selesaiku menjemur pakaian, kutemui Asmah, kuajak Asmah untuk sedikit menjauh, membicarakan tentang haid ini kepadanya secara diam-diam.

"Aku dapat haid, As," kataku pelan kepada Asmah, sembari mataku mengawasi sekitar.

"Kapan?" setengah berbisik, Asmah menanyakan.

"Tadi, di saat aku sedang menjemur pakaian."

"Trus, buat nutupin haidmu, bagaimana?" sembari Asmah menoleh kekiri dan kanan.

"Aku gunakan T-shirt untuk menutupinya," jawabku pada Asmah.

"Mau berapa lama kau sanggup menyembunyikan haidmu?" tanya Asmah

"Entahlah ... aku juga bingung," jawabku

Air mataku mulai mengembang, mengalir perlahan.

"Aku tidak sanggup melakukannya, Asmah." Ku mengusap air mata.

"Aku harus bagaimana sekarang?"

"Kamu tunggu sebentar, sepertinya ... aku masih menyimpan beberapa pembalut, sisa haidku kemarin." Asmah segera bergegas menuju kamarnya, tidak lama Asmah kembali dan membawa pembalut sisa, agak sedikit di sembunyikan oleh Asmah.

"Nanti, jika aku keluar menemani tamuku, akan aku belikan pembalut yang baru buatmu," kata Asmah.

Aku hanya meng'angguk.

"Terimakasih yah As." Asmah hanya tersenyum, dan meninggalkan aku.

Bergegas, segeraku ke kamar mandi, untuk memakai pembalut.

Tapi, bagaimana caraku menyembunyikan t-shirt bekas yang kupakai menutupi haidku, aku lupa membawa plastik.

Kusembunyikan, t-shirt bekas tadi menutupi haidku di sudut kamar mandi, di belakang rendaman cucian pakaian, entah rendaman pakaian siapa, sebentar ini pikirku. Bergegas  segera mencari kantong plastik.

Kutemukan kantong plastik di sudut-sudut kamar kami semua, junior-junior yang belum di jual Mami Merry, karena kami disatukan di kamar yang sama. Berbeda dengan yang senior.

Saatku menuju kamar mandi, terkejut aku menyaksikan Mami Merry sudah berada di situ, diikuti Tante banci, bodyguardnya, dan beberapa teman sepenampungan, segeraku berbalik arah kembali.

"Amira! ... Kembali ke sini!" Celaka aku. Mami Merry melihatku, dan berteriak memanggilku.

Takut-takut kudekati Mami Merry.

"Apa itu yang kau pegang di tanganmu!" Bentaknya.

Ragu-ragu, kutunjuki kantong plastik yang tadi kusembunyikan.

Tidak banyak bicara, ditamparnya keras wajahku, hingga terjatuh, dijambaknya rambutku, dan kakinya yang besar itu menendangku.

Sakit rasanya. Aku hanya bisa menangis.

Terlihat di sudut ruangan, Asmah pun ikut menangis, melihatku disiksa Mami Merry.

"Kurang ajar kamu, anak sialan....! Berani-beraninya kau coba membohongi aku!"

Kakinya sekali lagi menendang tubuhku.

Tidak ... aku tidak minta ampun ataupun minta Mami Merry tuk berhenti menyiksaku.

Aku hanya diam dan menangis.

"Sekali lagi, kau coba membohongiku, akan kubunuh dirimu!" Teriak keras, Mami Merry mengancamku.

Mami Merry, meninggalkan aku yg terkulai di lantai, diikuti yang lainnya.

Asmah segera menghampiri, memelukku erat, menangis terisak-isak dipelukannya, dan menangis kami bersama.

"Yang sabar yah Ra," ucapnya, sembari terus memelukku.

***

Malam ini, aku didandani layaknya orang dewasa, malam ini, aku dipaksa menjual keperawananku, kepada pemenang tender tertinggi yang aku tidak tahu siapa

"Cantiknya kamu neekk ... Tante banci memujiku, dalam hatiku menangis. Sakit sekali.

Tiba-tiba Mami Merry masuk ke dalam ruangan tempatku didandani, tersenyum dia melihatku.

"Kau, Amira! ... harga jual keperawananmu adalah tertinggi, selama aku berbisnis ini. Kamu memang calon primadona baru di sini." Sambil tertawa terbahak Mami Merry.

"Layani pemenang tendermu dengan baik, praktekkan yang selama ini sudah diajarkan padamu. Buat pelangganmu puas, akan kuberikan kau uang sepuluh juta dan hape android terbaru untukmu." Berlalu keluar ruangan Mami Merry. Sembari terus tertawa keras, bahagia sekali dia nampaknya.

"Mungkin memang ini jalan takdirku."

Menangis hatiku ... sakitt rasanya.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (2)
goodnovel comment avatar
Nana
makin seru aja nih
goodnovel comment avatar
Yuli Defika
Makin nyesek
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • Haid Pertamaku   Part 86 Dijebak

    Part 65Diaz ada juga terpikirkan, jangan-jangan, dirinya hanya dimanfaatkan oleh Mella, lebih karena sakit hati karena Darmawan akan menikah dengan Hanum, bukan karena kematian sang mami? Namun tidak mungkin baginya berbicara seperti itu, karena hanya bersifat dugaan dirinya saja. "Kenapa tidak dibicarakan sekarang saja, Mbak? Kenapa harus menunggu nanti malam?" tanya Diaz, mempertanyakan. "Nanti malam, waktunya lebih panjang dan bebas, Sayang. Nanti, Mbak siapkan semuanya. Atau kamu mau kita pergi sekarang saja ke apartemen, Mbak?" ajak Susan, kembali bersikap genit dan menggoda. Mengusap-usap lembut punggung tangan Diaz. Selain Darmawan, tidak ada laki-laki yang mampu menolak pesonanya, dan itu yang sekarang dia akan coba untuk menaklukkan Diaz. "Disiapkan semua? Maksudnya, Mbak?""Semua kebutuhanmu, Sayang, semuanya. Mau, 'kan?" Senyumnya menggoda, matanya mengerling genit, dan Diaz sudah cukup dewasa untuk dapat memahaminya. "Beneran ini, Mbak? Enak dong, saya," goda Diaz sud

  • Haid Pertamaku   85 Surat Perjanjian

    Part 64"Bagaimana Diaz, kamu sekarang percaya 'kan sama, Mbak?" Sambil tangan Mella menggenggam tangan milik Diaz di atas meja tepat di samping handphone milik pemuda tersebut. Telapak tangan Mella yang putih bersih mengusap-usap lembut, dan Diaz membiarkan saja. Pemuda yang memiliki paras tampan ini belum menjawab, terlihat dia masih sedang berpikir dengan semua ucapan dan bukti yang diberikan oleh Mella. "Sekarang begini deh, Diaz. Saat kematian mamihmu, adakah Darmawan datang ke rumah keluarga besarmu untuk mengucapkan ucapan duka cita? Atau ikut hadir di saat pelaksanaan pemakaman? Bahkan, hingga sampai acara tahlilan sampai tujuh hari pun Darmawan tidak nongol batang hidungnya. Benar 'kan, Diaz?"Diaz mengangguk, semua yang dikatakan oleh Mella memang benar adanya. Darmawan tidak datang di acara pemakaman maminya, begitupun di acara tahlilan. Atau karena Darmawan tidak tahu harus menghubungi siapa, karena memang handphone Diaz sendiri hilang beserta SIM card miliknya.Akan tet

  • Haid Pertamaku   Part 84 Alat untuk Membalas Dendam

    Part 63"Darmawan, Diaz. Pelakunya adalah Darmawan."Sesaat Diaz terdiam, lalu tertawa keras terbahak. Diaz menertawakan ucapan dari Mella, yang sudah menuduh Darmawan adalah pelaku utama atas terjadinya peristiwa kecelakaan yang merenggut nyawa Tante Sonya. Belum sampai satu bulan kemarin. "Sudahlah, Mbak, saya mau pulang saja. Saya kira Mbak mau ngomong apa?" ucap Diaz yang mulai segan dan segera ingin mengakhiri acara pertemuan ini. Pemuda berusia 23 tahun ini sudah akan bersiap-siap ingin pergi dari coffee shop tersebut. "Mbak tau kamu pasti akan bicara seperti ini. Tidak akan percaya dengan apa yang sudah mbak sampaikan. Tapi mbak punya bukti beserta alasannya kenapa Darmawan ingin melakukan itu," ucap Mella mencoba untuk terus meyakinkan Diaz agar mendengarkan dirinya berbicara terlebih dahulu. Perempuan yang hatinya sudah dipenuhi dengan rasa sakit hati dan dendam ini, karena menganggap Darmawan sebagai penyebab kematian almarhum ayahnya, menolak dirinya ketika diminta untuk

  • Haid Pertamaku   Part 83 Season 2 . Siapa Pelakunya

    HAID PERTAMAKU SEASON 2Acara ijab Qobul antara Yusnanto dan Asmah baru saja selesai dilaksanakan. Isak tangis mewarnai acara pernikahan mereka. Asmah tidak ikut mendampingi Yusnanto saat acara ijab berlangsung, dia hanya menunggu di kamar dengan riasan riasan yang cantik. Asmah memang terlihat sangat cantik sekali. Asmah sempat menangis sebelumnya, saat dia menyadari jika tidak ada satu pun keluarganya di acara pernikahan ini. Tidak ada kerabat, juga kedua orang tuanya, ibu dan bapaknya. Sama halnya seperti Amira sebelumnya, yang tidak mengetahui siapa kedua orangtuanya. Asmah, hingga acara ijab qobul-nya selesai, belum juga bisa menemukan siapa dan ada di mana keluarganya sekarang. Menurut keterangan Yusnanto sendiri, yang mulai hari ini sudah resmi menjadi suami Asmah, jika saat bayi pun istrinya itu sama seperti dengan Amira, ada orang yang datang ke Mami Merry untuk menjual anak, dan Yusnanto yang mengurus dan merawat mereka semua saat itu. Yusnanto pun bercerita, jika balita

  • Haid Pertamaku   Part 82. Bahagia Hingga Akhir

    "Tante Sonya meninggal karena kecelakaan, Mas, empat hari yang lalu."Innalilahi," ucap Darmawan, terkejut. Padahal dia sudah melarang Tante Sonya untuk keluar rumah."Yang mengurus jenazahnya siapa, Mbak?""Adik-adiknya dan keluarga besarnya, Mas?""Semoga Tante Sonya wafat dalam keadaan sudah bertobat," ucap Darmawan."Aammin ya Allah," ucap doa Hanum.Tidak beberapa lama, Amira langsung masuk ke dalam ruang perawatan, dan terlihat sangat senang, saat menyaksikan Hanum sedang menyuapi ayahnya."Maaf Yah, Amira baru dari minimarket, untung ada Kak Hanum yang menyuapi Ayah." Hanum hanya tersenyum, melihat kedatangan Amira."Habis beli apa, Ra?" tanya Darmawan."Biasa Yah, buat keperluan perempuan," jawab Amira polos saja, dan Darmawan mengerti apa maksudnya. Tidak beberapa lama, Amira teringat suatu hal penting yang gagal dia bicarakan dengan sang ayah, saat peristiwa musibah kemarin."Saat Ayah jatuh ke dalam jurang, sebenarnya Amira menelpon Ayah untuk memberitahukan kabar gembira."

  • Haid Pertamaku   Part 81. Bangun Dari Koma

    Menurut informasi dari pihak dokter yang merawat Darmawan dan Yusnanto, kondisi kesehatan mereka mulai stabil, hanya tinggal menunggu proses kesadaran mereka berdua saja.Bik Sumi, sore ini di rumah sakit mendapatkan kabar dari Laela, pembantu baru di rumah Darmawan, anak dari Pak Edi, orang yang sudah membantu mengurus makam almarhumah Khalila yang memberitahukan kepadanya tentang kabar kecelakaan dan kematian yang menimpa Tante Sonya. Sekaligus juga memberitahukan jika jenasah Tante Sonya sepenuhnya akan diurus oleh pihak keluarganya.Dimas sudah kembali balik ke Jakarta sore ini juga, untuk mengurus beberapa pekerjaannya yang belum terselesaikan, tetapi dia berjanji akan segera kembali secepatnya jika urusannya di kantor dan di pengadilan sudah terselesaikan.Ruang perawatan Darmawan dan Yusnanto yang berada di kelas terbaik memang memberikan pelayanan dan fasilitas yang baik terhadap pasien dan keluarganya. Dengan ruang perawatan yang cukup luas, karena disediakan juga ruang tungg

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status