Home / Romansa / Haid Pertamaku / 3. Datang Bulan Pertama

Share

3. Datang Bulan Pertama

Author: Pena Asmara
last update Last Updated: 2022-06-22 15:46:51

Amira kembali memandangi wajah polosnya pada cermin. Gambar diri sebenarnya, bersih tanpa make-up, warna-warni kepalsuan yang menempel pada kulit wajah. Terus saja memandangi. Perlahan, pikirannya mulai kembali ke masa lalu hingga dia bisa berada di Villa ini. 

Flashback [ POV AMIRA ]

Aku, Amira--gadis kecil berusia 14 tahun, korban dari mafia perdagangan anak. Menurut desas-desus, aku terjual saat masih bayi pada Mami Merry--seorang muncikari penyedia khusus perempuan muda di bawah usia dua puluh dua tahun.

Aku terpenjara dalam asuhan Mami Merry. Sama seperti lima gadis kecil lainnya. Sengaja diasuh untuk dijadikan pemuas nafsu lelaki berduit.

Di bawah pantauan mami Merry, tidak ada tenaga yang terbuang. Mencuci, memasak, dan segala pekerjaan rumah adalah tugas yang tak boleh dibantah. Kami adalah budak. Patuh pada perintah adalah keharusan mutlak.

Keperawanan kami adalah harta berharganya. Puluhan juta, bahkan sampai di atas seratus juta--harga yang Mami Merry tawarkan kepada para pelanggan--bos-bos penikmat maksiat. Berharap khasiat pada sebuah darah keperawanan.

"Itu harga yang pantas, untuk mengembalikan uang yang sudah aku keluarkan untuk merawat kalian." Begitu ucap mami kepada kami.

Di usia dini, kami sudah diajarkan cara merias diri. Memuaskan pria, mengenalkan titik-titik birahi pria, cara bersenggama, inti utamanya adalah memberikan servis yang terbaik kepada para tamu langganannya.

Siang itu, aku melihat Asmah yang bernasib sama denganku, sedang menangis di pojok kamar mandi. Tubuhnya menyender di tembok dan tangannya memeluk lutut kaki.

"Kamu kenapa, Asmah?" ujarku sambil ikut jongkok di sampingnya. Tanganku menyentuh bahu Asmah. "Kamu kenapa?" tanyaku sekali lagi.

Ragu-ragu Asmah menjawab pertanyaan, "A--a--aku dapat haid, Ra."

Asmah memeluk erat dan menangis dalam pelukanku.

"Ya ... Allah ...," ucapku lirih

Haid adalah azab bagi kami--budak-budak Mami Merry. Seperti layaknya menunggu sebuah kematian yang pasti datang, tetapi tidak tahu kapan. Kedatangan haid adalah pertanda jika kami siap untuk ditawarkan, di lelang dengan harga termahal.

Mami Merry hanya tinggal menghubungi pelanggan kelas atas, dan mencari siapa penawar tertinggi. Lantas setelah masa haid Asmah berakhir, maka siap untuk dijual dan ditawarkan keperawanannya.

Malam ini, Asmah dan Anita sudah di persiapkan. Diberikan pakaian bagus dan di dandani layaknya wanita dewasa. Tidak lupa, Tante Yusnia-lelaki yang berperilaku seperti perempuan--asisten Mami Merry--mewanti-wanti dan mengingatkan mereka berdua untuk mempraktikkan ilmu maksiat yang sudah di ajarkan. Agar dapat memberikan kepuasan kepada pemenang lelangnya.

Hingga menjelang subuh, aku tidak bisa tidur, atau mungkin memang tidak pingin tidur. Aku menunggu Asmah dan mencari tahu bagaimana keadaannya. Khawatir sangat.

Asmah dan Anita pulang dengan wajah yang lelah dan seperti menahan rasa sakit. Langkah mereka tertatih-tatih, memegang pangkal paha. Air mata berurai di pipi. Asmah terus menangis memelukku. Dia tidak bercerita apa pun dan hanya menangis saja. Terus menangis.

Menjelang siang, Mami Merry--si raksasa gendut datang dan langsung masuk ke kamar. Mengumpulkan kami berlima di dalam kamar, dipanggilnya Asmah dan Anita.

"Ini uang untuk kalian berdua, lima juta untukmu Anita dan lima juta untukmu Asmah." Sembari menyerahkan uang itu ke tangan Asmah dan Anita, Mami Merry menoleh ke arah Tante Yusnia.

"Ini hape android termahal untuk kalian berdua," katanya lagi sambil menyerahkan gawai android terbaru untuk Anita dan Asmah.

"Dan kalian berdua, Anita dan Asmah, kalian tidak perlu lagi bekerja untuk membersihkan rumah. Hanya khusus menerima pelanggan saja."

Licik memang Mami Merry. Kami yang terbiasa tidak pernah memegang duit, diberikan duit sebesar itu dan gawai terbaru. Juga tidak perlu bekerja lagi. Itu cara licik Mami Merry untuk terus menjerat kami semua.

Beberapa bulan kemudian, kulihat Asmah dan Anita perilakunya sudah mulai berubah. Sepertinya mereka sudah mulai menikmati uang yang mudah untuk didapatkan. 

Mereka bisa membeli apa saja yang mereka mau dan inginkan. Sesekali Asmah memberikan uang jajan kepadaku dan banyak bercerita jika sering diberikan barang-barang mewah dari pelanggannya. Aku hanya diam saja. Dalam hati, aku tidak ingin seperti Asmah.

Hari ini terasa lelah sekali. Kerjaan  seakan tidak pernah habis buatku. Di saat aku sedang menjemur pakaian, aku terhenyak, ada darah mengalir dari pangkal paha turun ke arah betis kakiku. Air mataku mengembang, mengalir perlahan.

"Apakah ini memang takdirku?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ruqi Ruqiyah
alur cerita yg berbeda.....lanjuuttt thorr
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Haid Pertamaku   Part 86 Dijebak

    Part 65Diaz ada juga terpikirkan, jangan-jangan, dirinya hanya dimanfaatkan oleh Mella, lebih karena sakit hati karena Darmawan akan menikah dengan Hanum, bukan karena kematian sang mami? Namun tidak mungkin baginya berbicara seperti itu, karena hanya bersifat dugaan dirinya saja. "Kenapa tidak dibicarakan sekarang saja, Mbak? Kenapa harus menunggu nanti malam?" tanya Diaz, mempertanyakan. "Nanti malam, waktunya lebih panjang dan bebas, Sayang. Nanti, Mbak siapkan semuanya. Atau kamu mau kita pergi sekarang saja ke apartemen, Mbak?" ajak Susan, kembali bersikap genit dan menggoda. Mengusap-usap lembut punggung tangan Diaz. Selain Darmawan, tidak ada laki-laki yang mampu menolak pesonanya, dan itu yang sekarang dia akan coba untuk menaklukkan Diaz. "Disiapkan semua? Maksudnya, Mbak?""Semua kebutuhanmu, Sayang, semuanya. Mau, 'kan?" Senyumnya menggoda, matanya mengerling genit, dan Diaz sudah cukup dewasa untuk dapat memahaminya. "Beneran ini, Mbak? Enak dong, saya," goda Diaz sud

  • Haid Pertamaku   85 Surat Perjanjian

    Part 64"Bagaimana Diaz, kamu sekarang percaya 'kan sama, Mbak?" Sambil tangan Mella menggenggam tangan milik Diaz di atas meja tepat di samping handphone milik pemuda tersebut. Telapak tangan Mella yang putih bersih mengusap-usap lembut, dan Diaz membiarkan saja. Pemuda yang memiliki paras tampan ini belum menjawab, terlihat dia masih sedang berpikir dengan semua ucapan dan bukti yang diberikan oleh Mella. "Sekarang begini deh, Diaz. Saat kematian mamihmu, adakah Darmawan datang ke rumah keluarga besarmu untuk mengucapkan ucapan duka cita? Atau ikut hadir di saat pelaksanaan pemakaman? Bahkan, hingga sampai acara tahlilan sampai tujuh hari pun Darmawan tidak nongol batang hidungnya. Benar 'kan, Diaz?"Diaz mengangguk, semua yang dikatakan oleh Mella memang benar adanya. Darmawan tidak datang di acara pemakaman maminya, begitupun di acara tahlilan. Atau karena Darmawan tidak tahu harus menghubungi siapa, karena memang handphone Diaz sendiri hilang beserta SIM card miliknya.Akan tet

  • Haid Pertamaku   Part 84 Alat untuk Membalas Dendam

    Part 63"Darmawan, Diaz. Pelakunya adalah Darmawan."Sesaat Diaz terdiam, lalu tertawa keras terbahak. Diaz menertawakan ucapan dari Mella, yang sudah menuduh Darmawan adalah pelaku utama atas terjadinya peristiwa kecelakaan yang merenggut nyawa Tante Sonya. Belum sampai satu bulan kemarin. "Sudahlah, Mbak, saya mau pulang saja. Saya kira Mbak mau ngomong apa?" ucap Diaz yang mulai segan dan segera ingin mengakhiri acara pertemuan ini. Pemuda berusia 23 tahun ini sudah akan bersiap-siap ingin pergi dari coffee shop tersebut. "Mbak tau kamu pasti akan bicara seperti ini. Tidak akan percaya dengan apa yang sudah mbak sampaikan. Tapi mbak punya bukti beserta alasannya kenapa Darmawan ingin melakukan itu," ucap Mella mencoba untuk terus meyakinkan Diaz agar mendengarkan dirinya berbicara terlebih dahulu. Perempuan yang hatinya sudah dipenuhi dengan rasa sakit hati dan dendam ini, karena menganggap Darmawan sebagai penyebab kematian almarhum ayahnya, menolak dirinya ketika diminta untuk

  • Haid Pertamaku   Part 83 Season 2 . Siapa Pelakunya

    HAID PERTAMAKU SEASON 2Acara ijab Qobul antara Yusnanto dan Asmah baru saja selesai dilaksanakan. Isak tangis mewarnai acara pernikahan mereka. Asmah tidak ikut mendampingi Yusnanto saat acara ijab berlangsung, dia hanya menunggu di kamar dengan riasan riasan yang cantik. Asmah memang terlihat sangat cantik sekali. Asmah sempat menangis sebelumnya, saat dia menyadari jika tidak ada satu pun keluarganya di acara pernikahan ini. Tidak ada kerabat, juga kedua orang tuanya, ibu dan bapaknya. Sama halnya seperti Amira sebelumnya, yang tidak mengetahui siapa kedua orangtuanya. Asmah, hingga acara ijab qobul-nya selesai, belum juga bisa menemukan siapa dan ada di mana keluarganya sekarang. Menurut keterangan Yusnanto sendiri, yang mulai hari ini sudah resmi menjadi suami Asmah, jika saat bayi pun istrinya itu sama seperti dengan Amira, ada orang yang datang ke Mami Merry untuk menjual anak, dan Yusnanto yang mengurus dan merawat mereka semua saat itu. Yusnanto pun bercerita, jika balita

  • Haid Pertamaku   Part 82. Bahagia Hingga Akhir

    "Tante Sonya meninggal karena kecelakaan, Mas, empat hari yang lalu."Innalilahi," ucap Darmawan, terkejut. Padahal dia sudah melarang Tante Sonya untuk keluar rumah."Yang mengurus jenazahnya siapa, Mbak?""Adik-adiknya dan keluarga besarnya, Mas?""Semoga Tante Sonya wafat dalam keadaan sudah bertobat," ucap Darmawan."Aammin ya Allah," ucap doa Hanum.Tidak beberapa lama, Amira langsung masuk ke dalam ruang perawatan, dan terlihat sangat senang, saat menyaksikan Hanum sedang menyuapi ayahnya."Maaf Yah, Amira baru dari minimarket, untung ada Kak Hanum yang menyuapi Ayah." Hanum hanya tersenyum, melihat kedatangan Amira."Habis beli apa, Ra?" tanya Darmawan."Biasa Yah, buat keperluan perempuan," jawab Amira polos saja, dan Darmawan mengerti apa maksudnya. Tidak beberapa lama, Amira teringat suatu hal penting yang gagal dia bicarakan dengan sang ayah, saat peristiwa musibah kemarin."Saat Ayah jatuh ke dalam jurang, sebenarnya Amira menelpon Ayah untuk memberitahukan kabar gembira."

  • Haid Pertamaku   Part 81. Bangun Dari Koma

    Menurut informasi dari pihak dokter yang merawat Darmawan dan Yusnanto, kondisi kesehatan mereka mulai stabil, hanya tinggal menunggu proses kesadaran mereka berdua saja.Bik Sumi, sore ini di rumah sakit mendapatkan kabar dari Laela, pembantu baru di rumah Darmawan, anak dari Pak Edi, orang yang sudah membantu mengurus makam almarhumah Khalila yang memberitahukan kepadanya tentang kabar kecelakaan dan kematian yang menimpa Tante Sonya. Sekaligus juga memberitahukan jika jenasah Tante Sonya sepenuhnya akan diurus oleh pihak keluarganya.Dimas sudah kembali balik ke Jakarta sore ini juga, untuk mengurus beberapa pekerjaannya yang belum terselesaikan, tetapi dia berjanji akan segera kembali secepatnya jika urusannya di kantor dan di pengadilan sudah terselesaikan.Ruang perawatan Darmawan dan Yusnanto yang berada di kelas terbaik memang memberikan pelayanan dan fasilitas yang baik terhadap pasien dan keluarganya. Dengan ruang perawatan yang cukup luas, karena disediakan juga ruang tungg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status