Bab 1-Si Biasa

“Hmmm gini-gini aja hidupku... terasa amat biasa-biasa saja. Suaaangat biasa. It feels so flat guys!! Terasa begitu hambar. Ingin rasanya sesekali aku merasakan hidup yang 'ada manis-manisnya gitu'. Lebih baru dan menyegarkan.

Halo para pembaca!

Perkenalkan aku Erin, Erin Carolina Utama. Aku adalah seorang remaja perempuan berusia 17 tahun. Aku mulai merasa kehidupan yang aku jalani ini sangat biasa-biasa saja. Tidak menarik dan istimewa. Kehidupan yang biasa ini juga selaras dengan penampilanku. Ya, aku juga memiliki penampilan yang juga biasa-biasa saja. Berkulit sawomatang dengan wajah agak oval, berambut hitam lurus namun sering kusut, berhidung mancung dengan batang hidung rendah, memiliki mata agak sipit yang berwarna hitam kecoklatan dengan bulu mata tipis, alis yang tipis namun lumayan rapi, berbadan kurus yang tak berbentuk, lalu selalu berpakaian sangat sederhana dengan koleksi baju warna-warna polos tak bermotif. Yaa.. sungguh biasa-biasa saja, bukan?

Di usiaku yang remaja ini, aku mulai merasa bosan. Aku sepertinya mulai jenuh dengan kehidupanku yang begitu-begitu saja. Begitu rata tanpa gelombang sedikitpun. Aku mulai merasa iri ketika melihat teman-temanku yang hidupnya terlihat berwarna dan bersinar. Terlihat menarik dan terlihat hebat. Mereka seperti para pemeran utama dalam film, yang memerankan peran yang penting. Sedangkan aku.... aku hanya seperti seorang figuran. Aku seringkali mulai merasa bahwa aku hanya berperan sebagai figuran di dunia ini. Hanya sebagai penghias, peramai suasana. Terkadang aku ingin menjadi seorang pemeran utama seperti orang-orang. Memiliki peran yang besar. Mencapai klimaks. Merasakan berbagai emosi yang bercampur aduk. Lalu, akhirnya menikmati akhir yang bahagia.

Aku benar-benar merasa berada di titik jenuh. Kehidupan yang kujalani terasa begitu hambar. Aku merasa bahwa peranku di dunia ini tidak terlalu penting. Tidak begitu berarti. Tidak spesial.

So...

Inilah kehidupanku, Si Erin yang biasa-biasa saja.

10.00

Hari ini masih masuk masa liburan sekolahku. Seperti biasanya, aku menghabiskan waktu liburan dengan bermalas-malasan. Bergerak seminimal mungkin dan tertawa semaksimal mungkin.

“Howaaaah... selamat pagi dunia!! Hem, yang masih terlihat sama saja...” 

Aku bangun dari tidurku diawali dengan suara menguapnya yang cukup besar, sampai-sampai Ibu yang berkuping tajam dapat mendengar suara itu.

“Hei! Gadis kok jam segini baru bangun!!” Celetuk ibu dengan nada julidnya.

Seperti biasa, setelah bangun tidur dan membuka mata, yang aku lakukan pertama kali adalah langsung memeriksa ponselku untuk melihat notifikasi yang masuk.

“Heh! Ayo turun... sarapan sana! Jangan buat Ibu tambah susah ya, Rin! Kalau kamu sakit memangnya siapa yang repot!? Sudah kerjaannya tidur doang. Bisa-bisanya kamu baru bangun jam segini.“ Ucap Ibu yang tiba-tiba sudah berada di hadapanku lalu seperti biasa meluapkan kekesalan hatinya kepadaku tanpa disaring.

“Iihh Ibu.. aku tuh baru bangun jam segini karena tadi malam tidurnya telat. Aku tuh begadang semalam, jadi yah bangunnya pasti lebih siang. Nanti juga aku turun untuk makan kok. Tenang saja bu.”

“Heh! Kalau kamu begadang untuk hal yang berguna sih tidak apa. Tapi ini tuh kamu begadang pasti karena nonton drama semalaman kan... iya kan!? Aduuhh apa sih untungnya nonton begituan, mending kamu tuh blahblablahblaaahblaaaaaaa”  Celoteh Ibu tak henti sambil keluar dari kamarku.

Aasstaga.... tidak ada habis-habisnya tuh omelan. Ibu tuh kepikiiiraaan aja tentang hal apa yang bisa dia marahi.

Aku pun tetap lanjut bermain dengan ponselku. Membuka akun sosial mediaku untuk mellihat dan membaca ada apa saja peristiwa yang telah terjadi hari ini.

“Wahh!! Apa ini?!” Ucapku sambil menatap layar ponsel dengan ekspresi terkejut.

Aku mendapati berita yang cukup besar, yang membuat para netizen menjadi heboh. Ini berita mengenai seorang artis, idola papan atas yang paling popular akhir-akhir ini. Artis yang sedang naik daun ini merupakan seorang penyanyi yang juga telah merambahkan karirnya sebagai aktor, model, bintang iklan, pembawa acara... pokoknya hampir semua pekerjaan di bidang hiburan sudah dia lakoni.

Dari berita yang kubaca, Artis ini dikabarkan telah melakukan kekerasan terhadap seorang perempuan, yang dicurigai adalah pacar dari artis tersebut. Di akun berita tersebut, terlihat beberapa foto yang kabarnya adalah bukti yang dimiliki koban, yang menampilkan bagian tubuh dengan banyak memar seperti habis dipukuli.

“Woahh berita besar ini..." Ucapku yang semakin semangat untuk mencari kabar selanjutnya mengenai berita ini

“Benar-benar tidak disangka. Padahal dia punya image yang bagus banget bagi masyarakat selama ini. Sayang banget… Padahal karirnya sedang diatas-atasnya. Hmmmm apakah berita ini tidak benar? Apa mungkin dia dijebak.. oleh orang-orang yang iri akan kesuksesannya!!? Hmmm ataaukaah.. ini memang benar! Hmmm namun seper..….”

“ERINNNN CEPAT MAKAN!! LALU SETELAH ITU CUCI PIRING!! IBU MAU BERANGKAT.” Teriak ibu kepada Erin dengan teriakan andalannya yang begitu menggelegar, hingga menghancurkan lamunan Erin.

“Eh astaga!!”

Teriakan Ibu langsung menghancurkan imajinasiku. Aku terkaget dalam keseriusan untuk menebak-nebak penyebab kasus itu bagai seorang detektif. Teriakan andalan Ibu itu seketika membuat tanganku menjadi lemas sehingga ponselku hampir terjatuh. 

“Ihh kebiasaan deh Ibu... suka banget bikin orang kaget." 

"Iya Nyonya... Siap laksanakaaan!” Ucapku dengan suara agak keras supaya Ibu bisa mendengarnya.

Aku pun akhirnya bangun dari tempat tidur dengan sangat berat hati. Aku langsung segera berjalan turun ke lantai bawah untuk makan masakan yang sudah tertata di meja. Lalu kemudian, setelah makan, aku langsung mencuci semua piring sesuai dengan perintah Ibu.

***

21.00

“Huwaaah sungguh melelahkan..” Keluh diriku sambil menjatuhkan diri ke atas sofa.

Aku pun melanjutkan kegiatanku seperti yang biasa aku lakukan. Menghabiskan waktu dengan bermalas-malasan. Nonton you**be, buka tw**ter, lihat in**gram, rebahan, ngemil, nonton drakor, lihat youtu**, i*******m, rebahan, ngemil, dan begitu aja terus… sampai......

...Ibu dan Ayah pulang.

Tak disangka hari sudah malam, dan aku masih berada di posisi yang sama dengan melakukan hal yang sama. Aku masih rebahan di atas sofasejak tadi sambil terus melihat ke layar ponsel.

“Aaastaga ini anak! Kamu pasti belum mandi!? Betul, bukan!?” Tanya Ibu sambil melemparkan tasnya ke bokongku.

“Ehh aduh... Ehh Ibu sudah pulang?” Tanyaku pura-pura tidak tahu.

“Owhh sudah malam ternyata.” Celetukku sambil melihat jam di layar ponselnya yang telah menunjukan jam 9 malam.

“Hihh dasar anak ini!” Ucap Ibu sambil memandangku dengan rasa kesal.

“Ehh Rinn... daripada kamu tidak ada kerjaan, lebih baik kamu buang sampah. Ini!” Lanjut Ibu sambil memberikan sebuah kantong besar berisi sampah kepadaku.

“Hiih Ibu.. Ibu tuh gak tahu ya sekarang itu sudah jam berapa? Ini sudah malam Bu. Pamali tahu kalau gadis keluar-keluar jam segini. Kalau nanti aku diculik ter..…” 

“Dicuuulik?! Eh penculik zaman sekarang juga lihat-lihat dulu kali siapa yang pantes untuk diculik. Huh ‘gadis’!? Gadis macam apa yang kayak kamu.... jam segini saja belum mandi. Sudah cepet sana... buang sampahnya, jangan banyak alasan!” Ucap Ibu menyela perkataanku dengan kata-katanya yang tajam.

“Ihh apa maksud Ibu? Hmmm lihat saja... pasti Ibu juga nanti yang bakal nyesel, kalau aku beneran diculik. Zaman sekarang tuh kejahatan gak kenal orang, tempat atau…” Jawabku dengan nada serius.

“Aaaahh cepat sana atau uang jajanmu Ib…” Celetuk Ibu dengan wajah yang tampak marah hingga membuatku tak mampu mencari alasan lagi.

“Iyaaa... iyaaaa bu” Jawabku dengan cepat sambil berusaha tersenyum, lalu segera berjalan menuju pintu.

“Cuma disuruh buang sampah aja kok... susah amat” Lanjut Ibu dengan nada julid andalannya.

Aku akhirnya pergi keluar rumah untuk membuang sampah ke TPA tempat tinggalku, seperti yang diperintahkan Ibu. Aku membawa kantung sampah itu sambil terus menggerutu kesal selama perjalanan ke TPA, yang sebenarnya hanya berjarak dua ratus meter dari rumahku. 

***

Akhirnya aku tiba di TPA, yang terletak di sudut gang tempat tinggalku. Tempat itu hanya diterangi satu lampu jalan berwarna kuning yang tidak begitu terang. Suasananya begitu sunyi.... mungkin karena hari sudah cukup malam. Lalu, disaat aku telah selesai membuang sampah, dan berjalan kembali menuju rumah. Tiba-tiba dari kejauhan, terlihat dua orang pemuda yang berjalan dengan terburu-buru sambil terus menengok ke arah kanan dan kiri seperti takut kehadirannya diketahui oleh orang lain. Mereka berpenampilan serba hitam dengan memakai topi dan kupluk jaket yang menutupi sebagian wajahnya.

Seketika tubuhku langsung merinding. Aku mulai berpikiran yang yang tidak-tidak.

Apakah mereka orang jahat??

Mengapa mereka terlihat begitu mencurigakan.

Hmm mereka seperti orang yang habis melakukan kejahatan.

“Omo!! Jangan-jangan mereka.…”

“Astaga! Mengapa mereka melihat ke arah sini dan berjalan mendekatiku?? Kan..  kan... . Ibu.. aku sudah bilang tadi kalau zaman sekarang tuh banya..…” Ucapku panik dalam hati.

Aku terus menduga-duga berbagai kemungkinan yang ada. Kedua orang itu berjalan semakin dekat ke arahku. Semakin mereka dekat, semakin berat kakiku untuk melangkah.

"Isshh kaki ayo dong geraaak... kenapa jadi kaku begini sih!?" Ucapku kesal kepada diriku yang tiba-tiba kaku tak mampu bergerak.

Saat itu aku hanya bisa terdiam, berharap tidak terlihat. Aku terus menerus memanjatkan doa dalam hatiku. Berharap Tuhan melindungiku. Berharap mereka bukan orang yang berniat jahat.