"Hah... Dasar kucing pencuri. Erry, lain kali didiklah kucingmu agar menjadi kucing yang sopan dan pengertian."
"T, Tuan Ken, apakah... Perkataan anda tadi... Benar?"
Bibi bertanya cemas, apa-apaan ini? Mendadak sekali!
"Tentu saja Deanna. Bukankah lebih cepat lebih baik?" Ken menatap Erry, "bagaimana dude, pokoknya kau harus setuju. Kita tidak boleh membuang-buang waktu lagi."
"TIDAK, AKU TIDAK SETUJU!" Balas Erry cepat.
"Erry, paman serius. Ulang tahunmu tinggal menunggu hari. Segel yang dibuat ibumu akan terbuka di usia ke 17 tahun. Tentu saja jika di Valeoryea kau berusia 27 tahun. Kita tidak boleh terlambat nak. Jika segelmu terbuka di dunia manusia ini, kemungkinan besar kau akan mengguncangkan satu benua. Dan benar-benar membuat kacau dunia manusia. Kau ingin, para manusia yang tidak tahu apa-apa menjadi korban?" Terang Kenio.
"Tentu saja tidak!"
"Jadi?"
"Paman, ku mohon berikan aku waktu sehari untuk menyiapkan
"Ck aaahhh Ken, kau benar-benar tidak berubah sama sekali."Pria bermanik sehitam jelaga itu tertawa renyah. Ia memeluk wanita berambut putih disampingnya, mengusap pipinya dan menatap manik kuning wanita tersebut. Membuat keduanya saling berhadapan hingga tak lama tatapan liar keduanya kembali. Mereka bahkan sama sekali tak berniat menutupi tubuh polos mereka."Kau bilang padaku bahwa kau sudah tak tertarik pada pria lainnya hm, kini akhirnya kau kembali lagi padaku," balasnya dengan senyum menawan dan suara serak.Wanita itu yang tak lain Lucy menatap Ken layaknya anak anjing, "aku sulit menahannya. Dan kau tahu itu kan? Tidak ada yang sehebat dirimu. Ditambah lagi... Menunggu remaja tampan itu terlalu lama.""Bukannya kau masih takut padanya karena insiden serangan preman saat itu?""Ah tidak kok. Aku hanya takut pada sisi iblisnya. Dia... Benar-benar mengerikan!""Hm, dia bahkan tidak menyukaimu. Jadi hati-hatilah."CupKen
"Kemari, Erry, Deanna," ujar Ken saat mereka bertiga sampai di sebuah villa sederhana bercat putih tulang.Mata Deanna tak henti-hentinya menatap interior villa tersebut. Berbeda dengan Erry yang fokus mengikuti langkah Kenio, tak memedulikan sekitarnya. Termasuk para pelayan Ken yang kini berjejer rapi menyambut ketiganya.Ken terus membimbing Erry dan Deanna hingga sampai di lantai dua. Ia berhenti di depan pintu biasa bercat coklat.'Pintunya terlalu sederhana,' pikir Erry.Ken mengambil kunci di saku jasnya. Membukanya dan membentangkan pintu tersebut."Sebuah gudang?" Tanya Erry."Ya, sebuah gudang biasa."Ken merentangkan kedua tangannya, mempersilahkan kedua tamunya masuk ke ruangan gelap yang terasa dingin itu.Erry berjalan terlebih dahulu, melihat-lihat. Deanna hanya membungkuk sopan, tak berani mendahului sang tuan rumah. Ken mengedikan bahunya, mengerti.Baru saja Ken ingin mengatakan sesuatu, Erry menggeser sebuah lukisan klasik yang tergantung di pojok kiri. Ia mengernyi
"SELAMAT PAGIII ADIKKU YANG TAMPAN!"Erry menyipitkan matanya saat mendengar teriakan lantang Ken pagi ini. Ah ia melihat arloji, pukul 7 pagi jika menurut dunia manusia. Ia melihat jendela, cuaca sangat cerah. Seperti hampir siang. Ia kemudian tidur lagi."Hei, hei, hei! Begini caramu setelah dibangunkan langsung oleh tuan rumah? Bangun Erry! Kau harus sarapan bukan? Begitupun dengan Seon?""Ya, ya, ya, baiklah."Erry perlahan bangkit dan berjalan ke kamar mandi."Aku tunggu di bawah oke!"..."Hah??? A, aku tidak mengerti. Baju-baju ini, rumit sekali!"Erry kebingungan saat ia membuka lemari pakaiannya. Pakaian-pakaian asing yang cukup membuatnya heran. Meski terlihat begitu formal dan keren.'Kau membuka lemari khusus untuk pakaian acara-acara penting dan formal bodoh. Tentu saja desainnya cukup rumit.'"Bisakah kau tidak mengatakan aku bodoh, Devian gila?"'Cih, coba buka lemari yang lain. Kita cari pakaian biasa saja.'"Ohh, ini... Sepertinya ini walk in closet? Baiklah aku akan
Erry masih terdiam di kamarnya. Menatap keluar lewat jendela. Ia tak berniat membukanya ataupun diam di balkon. Ia membutuhkan ketenangan saat ini memikirkan hal yang terjadi sekitar satu jam yang lalu, setelah pengumuman singkat mengenai perkenalan dirinya.Erry ingat sekali, setelah ia mengucapkan sumpahnya atas nama Klan Demonia, bangsanya, petir besar berwarna nila menyambar sangat keras. Petir itu seolah-olah tepat berada diatas gedung mansion. Membuat semua makhluk terkejut bukan main, dan penuh bisik keheranan sekaligus ketakutan. Namun Kenio dengan sangat lihai mengendalikan situasi. Membuat mereka tenang lalu membubarkan mereka.Kini situasi di Kediaman Blake sudah normal. Mereka semua kembali lagi ke pekerjaannya. Namun tetap saja petir tersebut menjadi perbincangan utama hari ini. Erry atau yang kini juga sudah berganti nama menjadi Arvian Blake itu terus kepikiran. Ia juga terkejut dan tak menyangka bahwa hal itu akan terjadi. Begitupun Devian. Kembaran gelapnya itu mengat
Hai, aku penulis cerita ini, biasa dipanggil Nichie. Tidak ada apa-apa, hanya ingin menyapa saja.Sebetulnya ..., ingin curhat juga si, hehe :pSebelumnya aku salah menulis:(, mengetik chapter di bab ini, dan baru sadar dua hari kemudian ternyata bab ini bukan bab biasa. Jadi ku putuskan (baru sekarang), lebih baik aku ganti menjadi sapaan hangat untuk kalian ...! ;')Ya, aku ingin menyapa kalian:") dan juga berterima kasih karena telah menyempatkan waktu untuk membaca cerita pertamaku di Good Novel ini.Aku juga sedang mencoba merevisi beberapa bab yang menurutku sangat berantakan. Jadi mungkin akan ada cukup banyak yang berubah dari sebelumnya.Maafkan Nichea yang teman-teman^_^Love untuk kalian semua.Salam hangat, Niche Al;)
"Jadi, sekarang Valeoryea hanya memiliki 6 kerajaan," ujar Erry dengan wajah serius. Tangannya terus mencatat beberapa hal yang menurutnya penting untuk ke depannya.1. Kerajaan Davês - bangsa peri2. Kerajaan Arcane - bangsa werewolf3. Kerajaan Tharasville - bangsa vampir4. Kerajaan Orthon - bangsa penyihir5. Kerajaan Airalex - bangsa duyung/mermaid dan merman6. Penyihir putih - tidak pernah memberitahu apa nama kerajaannya, bahkan tidak tahu letak pastinya dimana. Sangat tertutup dan dianggap klan suci karena elemen cahaya dan kekuatan penyembuh yang mereka miliki. Mereka juga memiliki kekuatan khusus yang mampu menyerap kegelapan di sekitarnya dalam jarak radius beberapa meter."Penyihir putih adalah kebalikan dari bangsa iblis Yang Mulia. Mereka juga adalah musuh bebuyutan Klan Demonia selama beberapa dekade. Bahkan sampai terakhir kali bangsa anda ada dan akhirnya musnah seperti sekarang."Lucy terus menerangkan apapun pada Erry. Meski ia tahu lelaki muda itu dengan sangat cep
"Bagaimana, Nona Gabriela?""Ah, itu... Tentu saja tidak mungkin Yang Mulia. Mana ada bangsa jin yang memiliki kekuatan sebesar itu? Kalaupun ada, kemungkinan besar ia akan tewas karena kekuatan yang digunakannya jauh melebihi batas kemampuannya. Jadi, itu tidak mungkin."Erry menganggukkan kepalanya. Ia terus menatap wanita itu, menelisik. Tatapannya jatuh pada jemari-jemari wanita itu yang sedikit mencengkram gaun merahnya.'Tak diragukan, ia pandai dalam bersandiwara. Tatapannya, suaranya, ekspresi wajahnya, terlihat begitu meyakinkan meski aku bisa melihat kegugupan yang ia sembunyikan lewat jari-jari tangannya.'Erry kembali tersenyum hangat, tentu saja tidak dalam hatinya. Rasanya ia ingin menguji wanita ini lebih dalam. Ia juga penasaran, seperti apa wanita yang diam-diam menjaga atau mengikutinya selama ini, 'tunggu sebentar lagi, ia pasti akan membalikan pertanyaan,' pikirnya.Lucy melirik Erry dengan sorot matanya yang menggoda. Wanita itu merubah posisi duduknya sedikit men
"Kekuatan?"Ekspresi Erry kembali seperti semula. Datar, seolah tanpa emosi. Padahal beberapa detik yang lalu ia tertawa. Sekarang ia ingin pembahasan ini cepat selesai. Rasanya membosankan.Pembahasan selanjutnya ia hanya ingin membahasnya bersama Devian.Ya, itupun jika ia benar-benar ingin memiliki teman diskusi."Nona Lucy, anda tolong beritahu bibi saja. Dan bibi, maaf, tolong bibi keluar. Aku ingin sendiri," ujar Erry.Deanna dengan sigap berdiri dan segera membungkuk hormat. Sedang Lucy yang tidak terima membantah, tergagap. Dan menyuruh Deanna untuk membujuk Erry agar keduanya tidak keluar."Aku tidak ingin dibantah, keluarlah."Lucy menatap lelaki muda itu dengan pandangan memohon. Sayang Erry tak memedulikannya. Ia telah mengambil ensiklopedia itu dan membacanya. Deanna paham, ia segera menyeret Lucy keluar ruangan."Erry...""Sekarang panggilan ku Arvian. Kau amnesia? Dan jangan pernah memanggilku dengan nama itu!"Deg!Jantung Lucy rasanya mencelos. Meski sudah lama memanta