Share

ISTRI BAYANGAN TUAN CEO
ISTRI BAYANGAN TUAN CEO
Penulis: Ova Bakri

MENIKAH DENGAN SEPUPU

Penulis: Ova Bakri
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-17 14:35:36

Lantunan sholawat masih berkumandang di ruangan luas ini. Aku diapit oleh Mama dan Mbak Viona menuju sebuah meja di bawah pelaminan. Kursi futura dibalut kain berwarna gading dan dihias dengan aneka bunga. Kemudian, aku duduk di samping Bang Habib, calon mempelai laki-laki.

Aku menatap Bang Habib lewat ekor mata. Masih merasa sungkan jika harus menatap langsung manik berwarna coklat madu itu. Sebentar lagi status kami akan berubah, dari saudara sepupu menjadi pasangan suami istri.

Di hadapanku, Papa duduk dengan gagahnya. Tangan yang sudah mulai keriput itu terulur dan disambut oleh Bang Habib. Mereka mengikuti instruksi dari penghulu.

"Saya terima nikah dan kawinnya Kanaya Arfah dengan ...."

Ucapan Bang Habib terhenti saat Bang Ridwan menepuk pundaknya cukup kencang. Sekali lagi dia salah menyebut nama mempelai wanita.

"Rara, Bib. Bukan Naya," bisik Bang Ridwan, tapi dapat aku dengar dengan jelas.

Bang Habib mengusap wajah kasar, setelah menyadari situasi yang terjadi saat ini. Naya. Satu nama yang tetap melekat di hati dan pikiran laki-laki bergelar calon suamiku itu.

"Minum dulu, Nak! Setelah ini ulangi ijab Kabulnya. Kasihan penghulu yang dari tadi menunggu," ucap Bude sambil memberikan gelas berisi air mineral pada Bang Habib.

Dia meneguk air tersebut hingga habis tak bersisa. Setelah lebih tenang, Bang Habib kembali menjabat tangan Papa. Tatapan matanya lurus ke depan, tanpa menoleh sedikit pun padaku.

Dengan suara bergetar, dia kembali mengucapkan ijab kabul untuk yang kedua kalinya. Tentu saja dengan mempelai wanita yang berbeda.

"Saya terima nikah dan kawinnya Rara Audy Sanjaya binti Johan Sanjaya, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Akhirnya kalimat itu lolos juga, setelah beberapa kali salah menyebutkan namaku sebagai mempelai wanita.

Ucapan hamdalah berdengung bak lebah di telinga. Entah seperti apa pernikahan ini nantinya? Aku dan Bang Habib tidak saling cinta. Lebih tepatnya, dia yang tidak mencintaiku.

Aku menyeka bulir bening yang merebak di pelupuk mata, mengusir sensasi nyeri saat tanganku menggantung di udara. Bang Habib bersikap acuh tak acuh, padahal banyak pasang mata melihat kami saat ini.

"Habib! Rara mau mencium tangan kamu." Bude Hani sekaligus ibu mertuaku mengingatkan kembali anak keduanya itu.

Setengah terpaksa Bang Habib menyambut ukuran tanganku dan membiarkan tim fotografer mengabadikan momen ini beberapa kali petikan.

"Cium kening istrimu, Nak!" Perintah Bude

Hani membuat aku tersentak dan gugup seketika.

Jantungku berdetak tak karuan, napasku pun tercekat di tenggorokan. Bibir tebal berwarna tidak terlalu merah itu mendarat di dahiku beberapa jenak. Tim fotografer mengabadikan momen ini disertai tepuk tangan keluarga besar kami.

Acara hanya berlangsung singkat tanpa pesta mewah sebuah pernikahan pada umumnya. Syarat yang diajukan oleh Bang Habib setelah menerima perjodohan ini. Namun, tetap saja kami melakukan sungkem pada orang tua dari dua keluarga.

"Abang harap kamu tidak terlalu banyak berharap, Ra. Jika kamu setuju kita menikah tanpa adanya pesta, maka Abang akan segera melamar kamu di hadapan keluarga," ucapnya tiga minggu yang lalu. Aku hanya mengangguk, mengiyakan tanpa membantah.

Di sinilah kami sekarang. Duduk di atas pelaminan dengan konsep minimalis modern bertabur bunga berwarna pastel. Namun, hanya dihadiri oleh keluarga besar kami dan kerabat dekat Kak Naya saja.

Kebaya berwarna silver dengan banyak payet bertabur swarovski membalut tubuh langsingku. Perhelatan telah usai dan disambung dengan makan malam bersama keluarga di ruang tengah berukuran luas. Cukup menampung sekitar lima puluh orang.

Tamu-tamu yang tidak seberapa jumlahnya itu meninggalkan rumah Bude Hani. Hanya meninggalkan keluarga inti di rumah ini. Aku sudah merasa lelah, walaupun tidak ada pesta pernikahan. Mama mengajakku ke kamar pengantin, lebih tepatnya kamar Bang Habib dan Mbak Naya ....

"Jadilah istri yang baik untuk suamimu, Nduk. Jangan kecewakan Mama dan Papa." Nasihat Mama saat kami menuju kamar pengantin.

"Turuti perkataan suami kamu, selagi tidak menentang syariat." Kembali Mama memberi nasihat berdiri di ambang pintu.

"Nggih, Ma. InsyaAllah Ra nggak akan mengecewakan Mama dan Papa," imbuhku tulus.

Namaku Rara Audy Sanjaya, berusia dua puluh empat tahun. Psikolog muda yang cukup ternama di Kota Surabaya. Habib Alhasby adalah keponakan Mama, sepupu dekatku. Seorang CEO perusahaan kontruksi.

"Mama keluar dulu. Mulai malam ini lakukan peran kamu sebagai seorang istri."

Aku tidak menyahut, hanya memberi senyum serta anggukan saja sampai akhirnya Mama menghilang dari balik pintu. Kamar bertaburkan bunga mawar dan dekorasi romantis. Terkesan intim, menurutku. Namun, entah mengapa aku merasa tidak nyaman berada di sini.

Pikiranku berkelana saat Mbak Naya menitipkan suami dan kedua anaknya padaku. Berkali-kali aku menolak keinginan Mbak Naya, tapi dia tetap gigih membujuk hingga akhrinya aku terbujuk.

Mbak Naya menderita kanker serviks stadium akhir. Kanker menjalar hingga menyerang hampir semua organ vital perempuan bermata bulat itu. Tidak ada satu pun dokter yang sanggup untuk memberikan harapan untuk kesembuhannya. Hingga, hari itu datang. Di mana keluarga kami berkabung karena kehilangan perempuan nan selalu ceria itu.

Sejak Mbak Naya menjodohkan kami, Bang Habib menjaga jarak denganku. Padahal, biasanya kami cukup dekat layaknya saudara. Sampai akhrinya Mbak Naya meninggal tiga bulan yang lalu, dia justru menyalahkan diri ini.

Kanaya Arfah. Perempuan cantik bermata bulat dan berbulu mata lentik itu pasti merasa beruntung karena menjadi satu-satunya perempuan yang bertahta di hati Bang Habib. Sementara itu, aku hanya menjadi istri bayangan CEO dingin itu.

Lamunanku terhempas saat daun pintu yang terbuat dari kayu oven berkualitas itu terbuka dari luar. Bang Habib bergeming di ambang pintu, tapi tatapan matanya tajam seolah-olah dapat membelah diriku.

"Apa kamu puas, Ra?"

"A--apa maksud Abang? Ra nggak ngerti," sahutku dengan suara bergetar.

Bang Habib melangkahkan kaki, lalu berhenti dua langkah di depanku. "Dengarkan Abang, Ra! Permukaan ini hanya formalitas dan untuk memenuhi wasiat terakhir Naya. Sampai kapanpun, Naya nggak akan pernah terganti. Termasuk oleh kami sekali pun.

Oh, ya. Simpan barang-barang kamu di sana, tapi jangan pernah mengganggu barang-barang Naya. Apalagi sampai kamu membuangnya." Dia terdiam setelah melontarkan kalimat panjang yang menusuk perasaanku.

Aku memejamkan mata, tidak berani menatap mata elang yang menyorotiku. Tetapi, apakah aku salah berharap dalam pernikahan ini? Menjadi istri sesungguhnya dan pasti tanpa bayang-bayang Mbak Naya di dalam pernikahan kami.

Aku tidak ingin Bang Habib melupakan Mbak Naya, tapi aku hanya berharap ada sedikit ruang di hatinya untuk namaku.

Aku hendak menjawab, tapi ketukan pintu dari luar membuat nyaliku menciut. Suara Mama Hani terdengar, seiring daun pintu yang terbuka lebar. Di belakang Mama, Mbak Viona beserta suaminya berdiri di ambang pintu.

Mama Hani tersenyum lembut dan melangkah mendekatiku yang masih bergeming. Bukan karena apa aku seperti ini, tangan Bang Habib melingkar erat di belakang pinggangku dan telapak tangannya menyentuh perut datar ini.

Jantungku berdetak lebih cepat satu kecupan ringan dia daratkan di pipiku yang mungkin sudah merona.

Bolehkah aku merasa senang? Walaupun aku tahu semua ini hanya sandiwara saja.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Samsuri Muhammad
wah asyik bacanya
goodnovel comment avatar
Samsuri Muhammad
klo mnurut sy harus d pertahankan it
goodnovel comment avatar
Fithriah Arrahman
Rara bagaikan kepompong... di balik balutan selimut.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   MENEPI

    Perpisahan memang tidak pernah diharapkan, tetapi langkah itu dapat menjadi salah satu solusi agar batin lebih tenang. Aku pun tidak tahu batas akhir perpisahan kami. Semoga, akan ada pelangi setelah badai yang menerpa kehidupan rumah tanggaku dan berharap Bang Habib menyadari kekeliruan dia selama ini.Penebangan dari Surabaya ke Kota Pekanbaru memakan waktu sekitar lima jam. Sebentar lagi pesawat akan mendarat di Bandara Sultan Syarif Kasim II. Artinya, sebentar lagi, aku akan memulai hidup baru di Kota Madani itu. Seorang diri, tanpa keluarga yang mendampingi. Tetapi, aku yakin bahwa Allah akan selalu melindungi setiap langkahku. Semoga.Aku melirik jam di pergelangan tangan. Sudah lebih pukul delapan malam. Rasanya, tubuhku terasa lelah. Mungkin karena terlalu banyak menangis usai menemui Muthia dan Liyana siang tadi. Sekuat apa pun menahan sedih, tapi ternyata aku tidak sekuat itu. Apalagi, anak-anak tidak mau melepas pelukan terakhir kami."Mama janji kalau semua urusan peker

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   PERTEMUAN TERAKHIR

    Aku menunggu dengan gelisah karena Bang Tengku belum juga kembali ke kamar inap. Setelah aku pikirkan baik-baik, akan lebih baik jika bertemu langsung dengan anak-anak. Aku tidak ingin mereka beranggapan bahwa aku tidak menyayangi mereka dan berpikir bahwa sengaja menjauh. Tidak. Jangan sampai mereka berpikir buruk tentangku! Cukup Bang Habib saja.Tiga puluh menit sebelum pukul sepuluh, Bang Tengku kembali ke ruang inap dengan membawa amplop dan obat di dalam kantong plastik di tangan. Dia tersenyum tipis, lalu memberi perintah pada anak buahnya agar membawa koperku keluar."Maaf membuat kamu menunggu lama. Antrian panjang di apotik dan bagian administrasi, makanya Abang baru selesai." Tanpa diminta, Bang Tengku memberi penjelasan. Sedikit ragu, aku mendongak, lalu mengumpulkan keberanian untuk meminta lebih. Anggaplah aku tidak tahu diri karena sudah ditolong, tapi malah ngelunjak. Itu jauh lebih baik, daripada aku menyesal nantinya."Ada yang mau kamu sampaikan?" Seakan dapat memb

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   MELIHATMU DARI KEJAUHAN

    Perempuan itu ....Memiliki tangan yang luar biasa. Dia bisa melakukan banyak pekerjaan dalam satu waktu dengan kedua tangannya. Padahal, komposisi tangan laki-laki dan perempuan itu sama saat Tuhan menciptakan kita.Kedua tangannya mampu memberi kehangatan untuk suami dan anak-anaknya. Sekaligus memberi rasa nyaman lewat pelukan.Perempuan itu ....Memiliki dagu yang terangkat angkuh. Dia membuktikan bahwa dia kuat saat suami dan anak-anaknya dalam kondisi tidak baik-baik saja. Sakit, misalnya. Atau di saat suaminya hancur dan butuh dukungan.Dengan dagu terangkat, dia mengatakan bahwa dia kuat dan tidak rapuh saat badai memporak porandakan hatinya. Dia pemain peran yang ulung.Dengan dagu terangkat, dia menahan air mata yang merebak hendak dikeluarkan. Agar suami dan anak-anaknya tetap merasa nyaman.Perempuan itu ....Memiliki otak yang cerdas. Dia pemikir sekaligus negosiator ulung dibanding laki-laki. Dia teman diskusi yang memiliki banyak taktik. Dengan otak kecilnya, dia bis

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   DIA BERTAHAN

    Jika hidup hanyalah soal warna, maka hitam adalah pilihanku. Jika hidup menjadi misteri, maka pekatnya malam adalah tempatku. Jika bahagia harus berupa pelangi, maka tersingkirlah aku.-Rara Audy Sanjaya-***Aku masih mendengar teriakan Mbak Viona dan beberapa orang tak dikenal sebelum semua menjadi gelap. Aku seperti terperangkap di dalam kegelapan yang tidak bertepi. Sunyi dan senyap. Namun, aku tetap dapat merasa sakit di bagian bawah perut.Bau karbol menyengat di indra penciuman, membuat aku mengernyit heran. Aku membuka mata perlahan dengan rasa pusing luar biasa. Cahaya lampu membuat aku kembali mengernyit karena silau menusuk netra. Di mana ini? Mengapa tempat ini terasa asing? "Kamu sudah sadar, Ra?" Aku makin linglung ketika mendengar suara Mbak Viona menyapa. Setelah mata menyesuaikan cahaya di ruangan ini, aku menoleh ke asal suara. Mbak Viona berdiri dengan tatapan cemas di samping Bang Tengku. Pikiranku mendadak berotasi mengingat apa yang terjadi beberapa saat lalu.

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   SITUASI GENTING

    Atmosfer di ruangan seluas tiga puluh lima meter persegi ini mendadak haru karena pertemuan sepasang suami istri yang saling melepas rindu. Aku turut terhanyut dalam kebahagian saat kedua sejoli itu melerai pelukan dan melempar senyuman pada kami. Setelah mampu menguasai diri, Mbak Viona meminta agar Bang Tengku untuk duduk di sofa bersama kami. Tentu saja hal ini dimanfaatkan Mbak Viona untuk bersandar manja di dada bidang laki-laki bermata hazel itu. Sementara itu, suaminya membelai lembut puncak kepala dia dengan penuh kelembutan."Jadi dia menuduh kamu berzinah dan menolak mengakui anak kalian?" Bang Tengku meyakinkan bahwa informasi yang dia dengar tidak salah.Aku mengangguk seraya tersenyum kecut, lalu berkata, "Ya. Bahkan Ra sudah menantang dia untuk melakukan tes DNA begitu kehamilan ini tidak rawan, tapi sayangnya dia menolak." Bang Tengku menggeram marah dengan rahang mengatup erat, jari-jarinya mengepal hingga buku-buku jarinya memutih. "Dasar bajingan! Semabuk-mabukny

  • ISTRI BAYANGAN TUAN CEO   CAMPUR TANGAN ANAK MAFIA 2

    Memilih pergi bukan untuk berhenti mencintai Tetapi memberi waktu untuk sejenak menepi Rasakan cinta kala dua jiwa terpisah tanpa saling menyakiti Kemudian, jika takdir menemukan kita lagiSudah tidak ada keraguan di hati***Bang Baim melonggarkan kancing kemeja bagian atas. Sepertinya dia butuh udara segar karena tiba-tiba napasnya tersengal. Mbak Viona memang sangat pintar membuat lawan atau kawan merasa terintimidasi lewat sorot mata saja. Padahal, dia belum mengatakan apa pun.Dengan anggun, jari-jari lentik itu mengangkat cangkir kopi dan menyesap isinya perlahan. Cara dia seperti ini mengingatkanku pada Eyang. Seingtaku, gambaran Mbak Viona adalah sosok Eyang di saat muda dulu. Cantik, anggun, tegas, dan berkelas. Bedanya, Eyang kami tidak menikah lagi semenjak Eyang Kakung meninggal. Waktu itu, Mama Hani dan Mama masih kecil dan butuh kasih sayang dari sosok ayah.Akan tetapi, Eyang membuktikan pada siapa pun bahwa dia mampu menjadi ibu sekaligus ayah untuk kedua anaknya. M

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status