Share

Bab. 2

Penulis: Nabila
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-26 17:22:16

" Nona." Panggilan seorang perawat di sebelahnya lah yang akhirnya menyadarkan Clara.

" Silahkan menyelesaikan urusan administrasi dulu di depan," kata perawat itu ramah.

" Oh, iya. Baiklah," jawab Clara, lalu ia bergegas ke depan dan mengurus administrasi.

Setelah menyelesaikan urusan administrasinya, Clara kembali ke ruang UGD. Ia menunggu di depan ruang UGD dengan cemas.

Tiga jam kemudian, seorang dokter keluar dari ruangan itu. Clara bergegas menghampirinya. Clara membaca sekilas tanda pengenal di dada dokter itu. Dokter Billy.

" Dokter, bagaimana keadaannya? Dia akan baik-baik saja, kan?" tanya Clara cemas.

Dokter paruh baya itu tersenyum.

" Dia pria yang kuat. Dia akan baik-baik saja. Beberapa lukanya memang sangat parah dan kepalanya juga terluka cukup parah, tapi dia akan bertahan. Walau begitu, dia mungkin tidak akan sadarkan diri sampai lima atau enam hari ke depan," jelas dokter itu.

" Syukurlah jika dia bisa bertahan," desah Clara.

Dokter Billy mengatakan Louis akan dipindahkan ke ruang rawat, dan Clara berterima kasih sebelum akhirnya bisa duduk dengan sedikit kelegaan. Bagaimanapun, dia masih belum tenang sebelum melihat Louis dengan mata kepalanya sendiri. Beberapa saat kemudian, dokter tadi kembali dan Clara masih harus menunggu satu jam lagi sebelum para perawat akhirnya keluar untuk memindahkan Louis. Clara hendak menyusul Louis, ia sempat melihat kepala Louis bergerak, tapi Dokter Billy menahannya.

" Dia belum sepenuhnya sadar, Nona. Tampaknya dia baru saja mengalami teror yang mengerikan, dan itu membuatnya merasa tak aman dalam ketidaksadarannya. Obat penenang tidak banyak membantu untuk mengatasi kegelisahannya, tapi menurut para perawat, kehadiran Anda sangat mempengaruhi dia. Karena itu, saya harap Anda bisa menenangkannya, Nona," jelas dokter itu.

Selama beberapa saat Clara masih tampak bingung, tapi kemudian ia segera menyadarkan diri dan berterima kasih pada sang dokter sebelum menyusul Louis dengan diantarkan seorang perawat yang tinggal untuk mendampinginya tadi. Begitu Clara memasuki kamar VIP yang disewanya untuk Louis, ia melihat seorang perawat sudah mengangkat jarum suntik sementara Louis masih bergerak gelisah dalam ketidaksadarannya. Bergegas Clara menghampiri mereka.

" Sudah cukup. Jangan berikan dia obat itu lagi. Biar aku yang mengurusnya," ucap Clara pada perawat itu.

Lalu Clara menunduk menatap Louis yang masih bergerak gelisah. Wajahnya sudah bersih dari darah, tapi masih tampak jelas lebam dan bekas luka di wajahnya. Clara sedikit membungkuk untuk mengelus rambut hitam Louis.

" Louis, tenanglah. Kau akan baik-baik saja. Aku di sini, dan kau akan baik-baik saja." Clara berkata pada pria itu.

Lalu, perlahan Louis mulai tenang, gerakannya semakin lambat, lalu ia berhenti bergerak, benar-benar lelap dalam ketidaksadarannya. Desahan dan gumaman para perawat di belakangnya membuat Clara kembali berdiri tegak dan menatap mereka.

" Dia benar-benar mencintai Anda, Nona." Seorang perawat berkata takjub seraya tersenyum.

Mendengar komentar itu, Clara menunduk untuk kembali menatap Louis yang tampak damai dalam tidurnya. Clara dan Louis bahkan tidak saling mengenal. Tapi toh para perawat itu pun tidak tahu.

" Kami akan meninggalkan kalian. Jika ada perubahan kondisi pasien, atau ada yang Anda butuhkan, Anda bisa menghubungi kami lewat interkom," Jelas salah seorang perawat.

Clara mendongak untuk menatap mereka dan mengangguk. Setelah ia berterima kasih, para perawat pun meninggalkan ruangan itu. Tapi sempat Clara mendengar perawat yang takjub dengan pengaruhnya pada Louis tadi berbisik,

" Romantis sekali, ya?" Clara hanya bisa mendesah dan kembali menunduk menatap Louis.

" Cepatlah bangun dan bereskan kekacauan ini, Louis.

Siapa pun kau…," desah Clara putus asa.

***

Ini sudah hari ketiga Clara cuti bekerja untuk menjaga Louis. Pria itu sama sekali tidak membawa tanda pengenal apapun, bahkan tidak dengan ponsel. Dan Clara tak tahu harus menghubungi siapa. Lagipula, ia khawatir jika sampai terjadi sesuatu pada Louis. Dan sebagai konsekuensinya, Clara harus mengerjakan sebagian tugasnya di kamar rawat itu. Clara sedang mengerjakan salah satu proyek desain untuk pesta perusahaan, ketika ia mendengar Louis mengerang. Bergegas Clara mengesampingkan pekerjaannya dan

menghampiri Louis. Inilah yang membuat Clara tidak tenang jika harus meninggalkan Louis sendirian.

" Louis, kau aman bersamaku. Kau baik-baik saja, tenanglah…." Clara menenangkan Louis seraya mengelus lembut bagian kepala Louis yang tidak terluka.

Beberapa saat kemudian, Louis kembali tenang. Clara mendesah ketika tatapannya jatuh pada perban yang membalut kepala Louis. Pasti sakit, pikirnya muram.

Clara lalu menggenggam tangan Louis. Tangan besar yang beberapa hari lalu memegangnya erat seolah takut ditinggalkan olehnya. Pria sebesar Louis, apa yang ditakutkannya? Clara tersenyum kecil.

" Kau harus cepat sembuh, Louis. Kau dengar aku? Kau harus cepat sembuh, kau harus segera bangun," ucap Clara.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
King Tristan
kagum banget sih, sama clara.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 100

    Clara baru menjawab telepon dan SMS Vincent pukul sebelas malam. Mau bagaimana lagi? Pukul tujuh malam Mr. Hendy sudah menjemputnya. Mereka pergi makan dan nonton. Clara tidak tahu sama sekali Vincent menghubunginya. Clara pun tidak mengabarinya karena Clara juga tidak mau mengganggunya. Dipikirnya ini win-win solution.“Ke mana saja?” tanya Vincent dengan nada sedikit jengkel.“Aku…” Clara sedang menimbang apakah Clara akan berkata jujur atau tidak.Konsekuensinya Clara tahu Vincent akan marah dan melarangnya pergi lagi bersama Mr. Hendy. Namun di satu sisi, hati nuraninya bicara akan terlalu kejam membohongi pria sebaik Vincent. Mungkin memang sebaiknya Clara tidak menemui Mr. Hendy Lagi. Di mata orang lain, hal itu pastilah tak pantas, walau Clara merasa tidak ada yang perlu diributkan. Clara dan Mr. Hendy hanya teman.“Tadi aku pergi bersama Mr. Hendy,” jawabnya jujur.“Baru pulang?” Vincent semakin jengkel.“Iya. Makan, nonton….”“Clara!” Vincent berteriak marah.“Kamu itu paca

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 99

    Seseorang menekan bel pintu. Pikirnya, itu pasti Vincent. Namun tumben dia tidak langsung masuk. Dengan riang gembira nyabuka pintu depan.“Vin!” Clara sudah hampir memeluknya, tetapi ternyata orang yang berdiri di hadapannya bukanlah Vincent.Clara ternganga selama beberapa saat? Mau apa dia di sini? Dengan refleks, Clara langsung menutup kembali pintu tetapi tangan orang itu menahannya.“Mau apa kamu?” tanyanya garang.“Please… izinkan aku masuk…” Louis memohon.Clara menatapnya dengan tajam. Dia menatapnya dengan memelas.“Tidak,” jawabnya tegas.Semua kenangan tumpah ruah dalam ingatannya. Tangannya dengan kuat masih memegang kenop pintu. Clara hampir menutup pintu saat kudengar deru motor Vincent. Tak lama, dia sudah berdiri di garasi. Kedua alisnya yang tebal saling berpaut. Dia berjalan mendekat. Vincent tidak pernah menyukai Louis.“Ada apa ini?” tanyanya, membuat Louis membalikkan badan saat mendengar suara seseorang yang tidak dikenalnya. Clara senang sekali Vincent datang.

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 98

    Vincent. Clara sudah salah paham. Clara selalu menghakimi dia. Dia menyiapkan semua ini untuknya. Air matanya menetes lembut. Segala kesungguhannya benar-benar dapat Dirasakannya. Bagaimana dia mengumpul kan bunga-bunga ini? Dibukanya kotak yang ada di meja. Isi nya adalah kue berbentuk hati dengan nama Mereka berdua. Vincent sedang mencoba menjadi romantis hari ini. Semua hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Dia tahu, Vincent berusaha keras.Jadi, inilah alasan Vincent marah padanya. Dia mengharap Cepat pulang. Dia menyiapkan semua ini, tetapi semuanya tidak berjalan sesuai rencana. Dan ketika dia datang, aku sengaja mengacuhkannya, memberi celah pada Mr. Hendy untuk memperhatikannya. Kalau aku bicara jujur, memang aku tadi menikmati waktu-waktu bersama Mr. Hendy. And I was so wrong…. kamu pasti lagi nangis bombai sekarang tadi, aku, Vincent, dan Oppa nungguin kamu pulang tapi kamu sudah di sana duluan." Vin!” Clara memanggil Vincent.Dia sedang mem bersihkan meja-meja.

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 97

    Hari ini. Clara akan marah padanya sampai dia mau meminta maaf.Tidak. Clara tidak bisa menunggu selama itu. Baru dua langkah aku keluar dari restoran, Dia langsung berbalik dan mengejar Vincent yang sudah duluan berjalan ke parkiran sepeda motor.“Vincent! Kamu ini gimana, sih?” Clara mendorong tubuh Vincent dengan gemas. Clara merasa tidak puas hari ini.“Kamu ini payah! Bener-bener mengecewakan! Kamu nggak ngerti perasaanku!”“Aku harus bagaimana?” Vincent merentangkan kedua tangannya.Wajahnya menampakkan kekesalan yang sama ditunjukkannya selama makan malam tadi.“Kamu bahkan nggak ngucapin apa-apa sejak tadi!” Clara mengharap ucapan ulang tahun darinya.Dia bukan yang pertama tama, Clara tidak masalah. Tetapi setidaknya, saat dia datang Clara mengharap dia mengecup keningnya dan mengucapkan selamat ulang tahun. Clara benar-benar marah.Vincent menghela napas panjang. Seperti ada sebuncah kegeraman juga dalam hatinya. Clara tidak tahu apa yang membuatnya sangat marah. Clara meliha

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 96

    Rencanaku berubah malam ini. Clara tidak jadi pulang ke rumah dulu, tetapi bersama teman-teman guru langsung berangkat menuju rumah makan yang Dia tunjuk. Clara sangat terbawa suasana. Tadinya Clara, Vincent, Viona, dan Dong Jun oppa akan berangkat bersama.“Clara, kamu di mana?” tanya Vincent.Clara bersama teman-teman sudah tiba di rumah makan saat Vincent meneleponnya.“Ah… ya… sorry. Clara sudah sampai. Bisa kan kamu dan Viona lansung ke sini juga? Iya. Clara nggak jadi pulang dulu. Langsung saja, ya. Clara tunggu. Bye!” ditutupnya telepon dari Vincent.Clara tidak bisa menerka apa yang dia pikirkan, tetapi seharusnya hal semacam ini tidak menjadi masalah. Clara segera menepis pikiran tentang Vincent dan kembali asyik pada teman-temannya.“Siapa?” tanya Mr. Hendy dengan sinar mata penuh keramahan.Dia orang yang sangat ceria. Clara menyukaitatapan dan senyumannya.“Oh, pacarku. Dia nanti ke sini. Juga sahabatku,” Clara mengumumkan kepada teman-temannya.“Oooh… nooo. Ternyata, Mis

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 95

    Clara menceritakan semuanya pada Viona dan dia tertawa terbahak-bahak tanpa henti. Apanya yang lucu? Namun, sepertinya dia sedang menertawakan Clara, bukan Vincent. Clara semakin cemberut.“Kamu ini aneeeeh…” seru Viona.“Kamu kan tahu cowok macam apa Vincent. Kamu jangan memaksakan apa yang membuat dia nggak nyaman. Dasar Seaaan... nggak pernah berubah,” Viona menjitak kepalanya.Mereka sedang berdiam di pinggir kolam. Setiap Kamis malam, Viona selalu mendapat voucher gratis berenang di salah satu hotel milik Dong Jun oppa. Sesekali Clara ikut bersamanya.“Dia memang bukan cowok romantis, terimalah. Jangan berkhayal suatu saat kamu akan tiba-tiba menemukan se carik kertas bertulis ”I love you” di mejamu dari Vincent. Jangan berharap dia menyanyikan lagu romantis buatmu. Jangan harap dia mengetuk pintu kamarmu tengah malam dan membawakan bunga mawar. Apalagi… hahahaha… menulis surat cinta… aha hahaha…. Ya ampun, Sean. sekarang ini zamannya sudah serba tweet. Nggak ada lagi orang yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status