Share

Bab. 2

" Nona." Panggilan seorang perawat di sebelahnya lah yang akhirnya menyadarkan Clara.

" Silahkan menyelesaikan urusan administrasi dulu di depan," kata perawat itu ramah.

" Oh, iya. Baiklah," jawab Clara, lalu ia bergegas ke depan dan mengurus administrasi.

Setelah menyelesaikan urusan administrasinya, Clara kembali ke ruang UGD. Ia menunggu di depan ruang UGD dengan cemas.

Tiga jam kemudian, seorang dokter keluar dari ruangan itu. Clara bergegas menghampirinya. Clara membaca sekilas tanda pengenal di dada dokter itu. Dokter Billy.

" Dokter, bagaimana keadaannya? Dia akan baik-baik saja, kan?" tanya Clara cemas.

Dokter paruh baya itu tersenyum.

" Dia pria yang kuat. Dia akan baik-baik saja. Beberapa lukanya memang sangat parah dan kepalanya juga terluka cukup parah, tapi dia akan bertahan. Walau begitu, dia mungkin tidak akan sadarkan diri sampai lima atau enam hari ke depan," jelas dokter itu.

" Syukurlah jika dia bisa bertahan," desah Clara.

Dokter Billy mengatakan Louis akan dipindahkan ke ruang rawat, dan Clara berterima kasih sebelum akhirnya bisa duduk dengan sedikit kelegaan. Bagaimanapun, dia masih belum tenang sebelum melihat Louis dengan mata kepalanya sendiri. Beberapa saat kemudian, dokter tadi kembali dan Clara masih harus menunggu satu jam lagi sebelum para perawat akhirnya keluar untuk memindahkan Louis. Clara hendak menyusul Louis, ia sempat melihat kepala Louis bergerak, tapi Dokter Billy menahannya.

" Dia belum sepenuhnya sadar, Nona. Tampaknya dia baru saja mengalami teror yang mengerikan, dan itu membuatnya merasa tak aman dalam ketidaksadarannya. Obat penenang tidak banyak membantu untuk mengatasi kegelisahannya, tapi menurut para perawat, kehadiran Anda sangat mempengaruhi dia. Karena itu, saya harap Anda bisa menenangkannya, Nona," jelas dokter itu.

Selama beberapa saat Clara masih tampak bingung, tapi kemudian ia segera menyadarkan diri dan berterima kasih pada sang dokter sebelum menyusul Louis dengan diantarkan seorang perawat yang tinggal untuk mendampinginya tadi. Begitu Clara memasuki kamar VIP yang disewanya untuk Louis, ia melihat seorang perawat sudah mengangkat jarum suntik sementara Louis masih bergerak gelisah dalam ketidaksadarannya. Bergegas Clara menghampiri mereka.

" Sudah cukup. Jangan berikan dia obat itu lagi. Biar aku yang mengurusnya," ucap Clara pada perawat itu.

Lalu Clara menunduk menatap Louis yang masih bergerak gelisah. Wajahnya sudah bersih dari darah, tapi masih tampak jelas lebam dan bekas luka di wajahnya. Clara sedikit membungkuk untuk mengelus rambut hitam Louis.

" Louis, tenanglah. Kau akan baik-baik saja. Aku di sini, dan kau akan baik-baik saja." Clara berkata pada pria itu.

Lalu, perlahan Louis mulai tenang, gerakannya semakin lambat, lalu ia berhenti bergerak, benar-benar lelap dalam ketidaksadarannya. Desahan dan gumaman para perawat di belakangnya membuat Clara kembali berdiri tegak dan menatap mereka.

" Dia benar-benar mencintai Anda, Nona." Seorang perawat berkata takjub seraya tersenyum.

Mendengar komentar itu, Clara menunduk untuk kembali menatap Louis yang tampak damai dalam tidurnya. Clara dan Louis bahkan tidak saling mengenal. Tapi toh para perawat itu pun tidak tahu.

" Kami akan meninggalkan kalian. Jika ada perubahan kondisi pasien, atau ada yang Anda butuhkan, Anda bisa menghubungi kami lewat interkom," Jelas salah seorang perawat.

Clara mendongak untuk menatap mereka dan mengangguk. Setelah ia berterima kasih, para perawat pun meninggalkan ruangan itu. Tapi sempat Clara mendengar perawat yang takjub dengan pengaruhnya pada Louis tadi berbisik,

" Romantis sekali, ya?" Clara hanya bisa mendesah dan kembali menunduk menatap Louis.

" Cepatlah bangun dan bereskan kekacauan ini, Louis.

Siapa pun kau…," desah Clara putus asa.

***

Ini sudah hari ketiga Clara cuti bekerja untuk menjaga Louis. Pria itu sama sekali tidak membawa tanda pengenal apapun, bahkan tidak dengan ponsel. Dan Clara tak tahu harus menghubungi siapa. Lagipula, ia khawatir jika sampai terjadi sesuatu pada Louis. Dan sebagai konsekuensinya, Clara harus mengerjakan sebagian tugasnya di kamar rawat itu. Clara sedang mengerjakan salah satu proyek desain untuk pesta perusahaan, ketika ia mendengar Louis mengerang. Bergegas Clara mengesampingkan pekerjaannya dan

menghampiri Louis. Inilah yang membuat Clara tidak tenang jika harus meninggalkan Louis sendirian.

" Louis, kau aman bersamaku. Kau baik-baik saja, tenanglah…." Clara menenangkan Louis seraya mengelus lembut bagian kepala Louis yang tidak terluka.

Beberapa saat kemudian, Louis kembali tenang. Clara mendesah ketika tatapannya jatuh pada perban yang membalut kepala Louis. Pasti sakit, pikirnya muram.

Clara lalu menggenggam tangan Louis. Tangan besar yang beberapa hari lalu memegangnya erat seolah takut ditinggalkan olehnya. Pria sebesar Louis, apa yang ditakutkannya? Clara tersenyum kecil.

" Kau harus cepat sembuh, Louis. Kau dengar aku? Kau harus cepat sembuh, kau harus segera bangun," ucap Clara.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
King Tristan
kagum banget sih, sama clara.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status