Share

Bab. 3

Author: Nabila
last update Last Updated: 2023-12-26 17:23:00

Saat ini, mungkin Louis sama sekali tak mendengarnya, tapi Clara terus saja berbicara, meminta agar Louis segera membuka matanya. Memang, dokter berkata Louis tidak akan terbangun sampai beberapa hari lagi, tapi Clara tidak sabar menunggu untuk memastikan bahwa Louis baik-baik saja. Ia takut, jika tidur terlalu lama, Louis tidak akan mau bangun lagi. Clara memandangi wajah Louis yang berangsur pulih dari luka dan lebamnya itu. Lukanya sudah tidak separah ketika mereka bertemu dan kini Clara bisa melihat pesona yang dimiliki Louis.

Tulang pipi yang tinggi, menggambarkan keangkuhannya, hidung yang sedikit bengkok, seakan pernah patah beberapa kali, dan bakal janggut yang mulai tumbuh di dagu dan pipinya, membuat Louis tampak semakin….

" Aku pasti sudah gila." Clara tersadar dari apa yang dipandanginya dan menggoyangkan kepalanya.

Clara melepaskan tangan Louis, tapi sekarang justru tangan Louis yang menggenggam erat tangannya, membuatnya terhenyak. Clara menatap Louis lekat, tapi tampaknya pria itu masih belum sadarkan diri. Clara tersenyum sendu.

" Tidak perlu cemas, Louis. Aku akan menjagamu. Aku tidak akan meninggalkanmu," ucap Clara seraya membalas genggaman tangan Louis, lalu duduk di samping tempat Louis berbaring.

Clara menatap wajah Louis, lalu turun menatap tangan mereka yang saling menggenggam, dan ia pun tertawa kecil.

" Tampaknya kau adalah seorang pria yang sangat kuat. Tapi saat ini, kau seperti seorang anak kecil yang takut tersesat," katanya geli.

Clara tersenyum seraya menyandarkan kepalanya di atas ranjang, di samping tangan mereka yang bertaut. Ia masih menatap Louis, tak sedikitpun merasa bosan menatap wajah tampan itu.

***

Berkali-kali Louis merasa gelisah karena kembali pada hari penyiksaan itu, tapi kemudian terdengar suara dan sentuhan malaikat yang menenangkannya, berkata dia akan baik-baik saja. Dan ketika tangan malaikat itu ada di dalam genggamannya, tak ada lagi yang bisa ia cemaskan. Seperti saat ini, ia merasa sangat tenang. Beberapa saat lalu, malaikatnya itu membisikkan kata-kata yang membuat Louis tenang, seperti biasanya.

" Tidak perlu cemas, Louis. Aku akan menjagamu. Aku tidak akan meninggalkanmu," kata malaikat itu tadi.

Mendengar bahwa malaikatnya itu tidak akan meninggalkannya, membuat Louis luar biasa tenang. Dia tidak akan meninggalkanku, Louis terus berkata

pada diri sendiri. Kalimat itu memberinya kekuatan lebih untuk bertahan.

Louis bukanlah orang yang sanggup berdiam diri selama ini. Dan ia sama sekali tak menyukai gagasan ia harus terbaring tak berdaya seperti ini. Tapi dengan tangan malaikat itu di genggamannya, rasanya Louis bisa tidur untuk selamanya. Tapi tadi malaikatnya itu memintanya untuk membuka matanya. Jadi seharusnya Louis membuka matanya dan bukannya semakin terbuai seperti ini. Hanya saja, sedari tadi ia mencoba, berusaha, dan gagal. Matanya terasa sangat berat untuk dibuka dan saat ini ia hanya bisa melihat kegelapan. Yah,

ini bukan kegagalannya yang pertama, memang, tapi Louis jarang menemui kegagalan dalam misinya. Ia selalu melakukan yang terbaik, menjadi yang terbaik. Tidak adil rasanya jika membuka mata untuk malaikatnya saja ia tidak sanggup.

Louis berusaha lebih keras untuk keluar dari kegelapan itu, lalu dirasakannya rasa sakit di sekujur tubuhnya. Sialan, orang-orang itu memang berniat membawanya ke jurang kematian. Louis bersumpah, ia akan membalas mereka. Louis bersyukur karena setiap kali rasa sakit dan mimpi buruk menyerangnya, malaikatnya ada di sampingnya.

Tapi kemudian, musuh-musuhnya itu datang. Kepanikan menyergapnya. Malaikatnya ada di sampingnya, bagaimana jika mereka melukai malaikatnya? Louis menggenggam tangan kecil malaikatnya itu semakin erat. Malaikatku ini tampak sangat rapuh, dia tidak akan bertahan jika sampai sesuatu yang buruk terjadi padanya. Tidak! Jika sampai orang-orang itu menyentuh malaikatnya, Louis akan

membunuh mereka. Dan jika sampai mereka menyakiti malaikatnya….

Tidak! Mereka tidak boleh melakukannya. Louis akan membunuh mereka sebelum mereka sempat menyentuh malaikatnya. Tapi saat ini, ia sama sekali tidak bisa bergerak, dan orang-orang itu semakin dekat.

Jika orang-orang itu menyentuh malaikatnya….

Tidak!!!

Louis tersentak bangun, tersengal kehabisan napas dan diliputi ketakutan yang membuatnya mual. Louis tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Perasaan ini….

Louis berusaha menenangkan dirinya ketika menyadari bahwa saat ini ia aman. Orang-orang itu tidak ada di sana. Louis menatap sekelilingnya dan bisa menduga ia berada di rumah sakit. Louis lalu menunduk untuk menatap tangannya yang menggenggam erat tangan seorang gadis yang terlelap dengan kepala bersandar di ranjangnya itu. Khawatir menyakiti gadis itu, Louis melonggarkan genggamannya, lalu dengan sangat lembut melepaskannya.

Gadis ini… apakah dia malaikat yang selalu hadir menyelamatkan dan menenangkan Louis? Louis tak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena sebagian tertutup rambut hitam yang panjangnya mungkin sampai punggungnya. Rambutnya dibiarkan terurai seperti itu, membuat kelelahan semakin tampak jelas dari sosok itu. Louis kesal memikirkan gadis itu pasti sangat kelelahan hingga tertidur di kursi seperti ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 100

    Clara baru menjawab telepon dan SMS Vincent pukul sebelas malam. Mau bagaimana lagi? Pukul tujuh malam Mr. Hendy sudah menjemputnya. Mereka pergi makan dan nonton. Clara tidak tahu sama sekali Vincent menghubunginya. Clara pun tidak mengabarinya karena Clara juga tidak mau mengganggunya. Dipikirnya ini win-win solution.“Ke mana saja?” tanya Vincent dengan nada sedikit jengkel.“Aku…” Clara sedang menimbang apakah Clara akan berkata jujur atau tidak.Konsekuensinya Clara tahu Vincent akan marah dan melarangnya pergi lagi bersama Mr. Hendy. Namun di satu sisi, hati nuraninya bicara akan terlalu kejam membohongi pria sebaik Vincent. Mungkin memang sebaiknya Clara tidak menemui Mr. Hendy Lagi. Di mata orang lain, hal itu pastilah tak pantas, walau Clara merasa tidak ada yang perlu diributkan. Clara dan Mr. Hendy hanya teman.“Tadi aku pergi bersama Mr. Hendy,” jawabnya jujur.“Baru pulang?” Vincent semakin jengkel.“Iya. Makan, nonton….”“Clara!” Vincent berteriak marah.“Kamu itu paca

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 99

    Seseorang menekan bel pintu. Pikirnya, itu pasti Vincent. Namun tumben dia tidak langsung masuk. Dengan riang gembira nyabuka pintu depan.“Vin!” Clara sudah hampir memeluknya, tetapi ternyata orang yang berdiri di hadapannya bukanlah Vincent.Clara ternganga selama beberapa saat? Mau apa dia di sini? Dengan refleks, Clara langsung menutup kembali pintu tetapi tangan orang itu menahannya.“Mau apa kamu?” tanyanya garang.“Please… izinkan aku masuk…” Louis memohon.Clara menatapnya dengan tajam. Dia menatapnya dengan memelas.“Tidak,” jawabnya tegas.Semua kenangan tumpah ruah dalam ingatannya. Tangannya dengan kuat masih memegang kenop pintu. Clara hampir menutup pintu saat kudengar deru motor Vincent. Tak lama, dia sudah berdiri di garasi. Kedua alisnya yang tebal saling berpaut. Dia berjalan mendekat. Vincent tidak pernah menyukai Louis.“Ada apa ini?” tanyanya, membuat Louis membalikkan badan saat mendengar suara seseorang yang tidak dikenalnya. Clara senang sekali Vincent datang.

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 98

    Vincent. Clara sudah salah paham. Clara selalu menghakimi dia. Dia menyiapkan semua ini untuknya. Air matanya menetes lembut. Segala kesungguhannya benar-benar dapat Dirasakannya. Bagaimana dia mengumpul kan bunga-bunga ini? Dibukanya kotak yang ada di meja. Isi nya adalah kue berbentuk hati dengan nama Mereka berdua. Vincent sedang mencoba menjadi romantis hari ini. Semua hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Dia tahu, Vincent berusaha keras.Jadi, inilah alasan Vincent marah padanya. Dia mengharap Cepat pulang. Dia menyiapkan semua ini, tetapi semuanya tidak berjalan sesuai rencana. Dan ketika dia datang, aku sengaja mengacuhkannya, memberi celah pada Mr. Hendy untuk memperhatikannya. Kalau aku bicara jujur, memang aku tadi menikmati waktu-waktu bersama Mr. Hendy. And I was so wrong…. kamu pasti lagi nangis bombai sekarang tadi, aku, Vincent, dan Oppa nungguin kamu pulang tapi kamu sudah di sana duluan." Vin!” Clara memanggil Vincent.Dia sedang mem bersihkan meja-meja.

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 97

    Hari ini. Clara akan marah padanya sampai dia mau meminta maaf.Tidak. Clara tidak bisa menunggu selama itu. Baru dua langkah aku keluar dari restoran, Dia langsung berbalik dan mengejar Vincent yang sudah duluan berjalan ke parkiran sepeda motor.“Vincent! Kamu ini gimana, sih?” Clara mendorong tubuh Vincent dengan gemas. Clara merasa tidak puas hari ini.“Kamu ini payah! Bener-bener mengecewakan! Kamu nggak ngerti perasaanku!”“Aku harus bagaimana?” Vincent merentangkan kedua tangannya.Wajahnya menampakkan kekesalan yang sama ditunjukkannya selama makan malam tadi.“Kamu bahkan nggak ngucapin apa-apa sejak tadi!” Clara mengharap ucapan ulang tahun darinya.Dia bukan yang pertama tama, Clara tidak masalah. Tetapi setidaknya, saat dia datang Clara mengharap dia mengecup keningnya dan mengucapkan selamat ulang tahun. Clara benar-benar marah.Vincent menghela napas panjang. Seperti ada sebuncah kegeraman juga dalam hatinya. Clara tidak tahu apa yang membuatnya sangat marah. Clara meliha

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 96

    Rencanaku berubah malam ini. Clara tidak jadi pulang ke rumah dulu, tetapi bersama teman-teman guru langsung berangkat menuju rumah makan yang Dia tunjuk. Clara sangat terbawa suasana. Tadinya Clara, Vincent, Viona, dan Dong Jun oppa akan berangkat bersama.“Clara, kamu di mana?” tanya Vincent.Clara bersama teman-teman sudah tiba di rumah makan saat Vincent meneleponnya.“Ah… ya… sorry. Clara sudah sampai. Bisa kan kamu dan Viona lansung ke sini juga? Iya. Clara nggak jadi pulang dulu. Langsung saja, ya. Clara tunggu. Bye!” ditutupnya telepon dari Vincent.Clara tidak bisa menerka apa yang dia pikirkan, tetapi seharusnya hal semacam ini tidak menjadi masalah. Clara segera menepis pikiran tentang Vincent dan kembali asyik pada teman-temannya.“Siapa?” tanya Mr. Hendy dengan sinar mata penuh keramahan.Dia orang yang sangat ceria. Clara menyukaitatapan dan senyumannya.“Oh, pacarku. Dia nanti ke sini. Juga sahabatku,” Clara mengumumkan kepada teman-temannya.“Oooh… nooo. Ternyata, Mis

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 95

    Clara menceritakan semuanya pada Viona dan dia tertawa terbahak-bahak tanpa henti. Apanya yang lucu? Namun, sepertinya dia sedang menertawakan Clara, bukan Vincent. Clara semakin cemberut.“Kamu ini aneeeeh…” seru Viona.“Kamu kan tahu cowok macam apa Vincent. Kamu jangan memaksakan apa yang membuat dia nggak nyaman. Dasar Seaaan... nggak pernah berubah,” Viona menjitak kepalanya.Mereka sedang berdiam di pinggir kolam. Setiap Kamis malam, Viona selalu mendapat voucher gratis berenang di salah satu hotel milik Dong Jun oppa. Sesekali Clara ikut bersamanya.“Dia memang bukan cowok romantis, terimalah. Jangan berkhayal suatu saat kamu akan tiba-tiba menemukan se carik kertas bertulis ”I love you” di mejamu dari Vincent. Jangan berharap dia menyanyikan lagu romantis buatmu. Jangan harap dia mengetuk pintu kamarmu tengah malam dan membawakan bunga mawar. Apalagi… hahahaha… menulis surat cinta… aha hahaha…. Ya ampun, Sean. sekarang ini zamannya sudah serba tweet. Nggak ada lagi orang yang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status