Share

Bab. 3

Saat ini, mungkin Louis sama sekali tak mendengarnya, tapi Clara terus saja berbicara, meminta agar Louis segera membuka matanya. Memang, dokter berkata Louis tidak akan terbangun sampai beberapa hari lagi, tapi Clara tidak sabar menunggu untuk memastikan bahwa Louis baik-baik saja. Ia takut, jika tidur terlalu lama, Louis tidak akan mau bangun lagi. Clara memandangi wajah Louis yang berangsur pulih dari luka dan lebamnya itu. Lukanya sudah tidak separah ketika mereka bertemu dan kini Clara bisa melihat pesona yang dimiliki Louis.

Tulang pipi yang tinggi, menggambarkan keangkuhannya, hidung yang sedikit bengkok, seakan pernah patah beberapa kali, dan bakal janggut yang mulai tumbuh di dagu dan pipinya, membuat Louis tampak semakin….

" Aku pasti sudah gila." Clara tersadar dari apa yang dipandanginya dan menggoyangkan kepalanya.

Clara melepaskan tangan Louis, tapi sekarang justru tangan Louis yang menggenggam erat tangannya, membuatnya terhenyak. Clara menatap Louis lekat, tapi tampaknya pria itu masih belum sadarkan diri. Clara tersenyum sendu.

" Tidak perlu cemas, Louis. Aku akan menjagamu. Aku tidak akan meninggalkanmu," ucap Clara seraya membalas genggaman tangan Louis, lalu duduk di samping tempat Louis berbaring.

Clara menatap wajah Louis, lalu turun menatap tangan mereka yang saling menggenggam, dan ia pun tertawa kecil.

" Tampaknya kau adalah seorang pria yang sangat kuat. Tapi saat ini, kau seperti seorang anak kecil yang takut tersesat," katanya geli.

Clara tersenyum seraya menyandarkan kepalanya di atas ranjang, di samping tangan mereka yang bertaut. Ia masih menatap Louis, tak sedikitpun merasa bosan menatap wajah tampan itu.

***

Berkali-kali Louis merasa gelisah karena kembali pada hari penyiksaan itu, tapi kemudian terdengar suara dan sentuhan malaikat yang menenangkannya, berkata dia akan baik-baik saja. Dan ketika tangan malaikat itu ada di dalam genggamannya, tak ada lagi yang bisa ia cemaskan. Seperti saat ini, ia merasa sangat tenang. Beberapa saat lalu, malaikatnya itu membisikkan kata-kata yang membuat Louis tenang, seperti biasanya.

" Tidak perlu cemas, Louis. Aku akan menjagamu. Aku tidak akan meninggalkanmu," kata malaikat itu tadi.

Mendengar bahwa malaikatnya itu tidak akan meninggalkannya, membuat Louis luar biasa tenang. Dia tidak akan meninggalkanku, Louis terus berkata

pada diri sendiri. Kalimat itu memberinya kekuatan lebih untuk bertahan.

Louis bukanlah orang yang sanggup berdiam diri selama ini. Dan ia sama sekali tak menyukai gagasan ia harus terbaring tak berdaya seperti ini. Tapi dengan tangan malaikat itu di genggamannya, rasanya Louis bisa tidur untuk selamanya. Tapi tadi malaikatnya itu memintanya untuk membuka matanya. Jadi seharusnya Louis membuka matanya dan bukannya semakin terbuai seperti ini. Hanya saja, sedari tadi ia mencoba, berusaha, dan gagal. Matanya terasa sangat berat untuk dibuka dan saat ini ia hanya bisa melihat kegelapan. Yah,

ini bukan kegagalannya yang pertama, memang, tapi Louis jarang menemui kegagalan dalam misinya. Ia selalu melakukan yang terbaik, menjadi yang terbaik. Tidak adil rasanya jika membuka mata untuk malaikatnya saja ia tidak sanggup.

Louis berusaha lebih keras untuk keluar dari kegelapan itu, lalu dirasakannya rasa sakit di sekujur tubuhnya. Sialan, orang-orang itu memang berniat membawanya ke jurang kematian. Louis bersumpah, ia akan membalas mereka. Louis bersyukur karena setiap kali rasa sakit dan mimpi buruk menyerangnya, malaikatnya ada di sampingnya.

Tapi kemudian, musuh-musuhnya itu datang. Kepanikan menyergapnya. Malaikatnya ada di sampingnya, bagaimana jika mereka melukai malaikatnya? Louis menggenggam tangan kecil malaikatnya itu semakin erat. Malaikatku ini tampak sangat rapuh, dia tidak akan bertahan jika sampai sesuatu yang buruk terjadi padanya. Tidak! Jika sampai orang-orang itu menyentuh malaikatnya, Louis akan

membunuh mereka. Dan jika sampai mereka menyakiti malaikatnya….

Tidak! Mereka tidak boleh melakukannya. Louis akan membunuh mereka sebelum mereka sempat menyentuh malaikatnya. Tapi saat ini, ia sama sekali tidak bisa bergerak, dan orang-orang itu semakin dekat.

Jika orang-orang itu menyentuh malaikatnya….

Tidak!!!

Louis tersentak bangun, tersengal kehabisan napas dan diliputi ketakutan yang membuatnya mual. Louis tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Perasaan ini….

Louis berusaha menenangkan dirinya ketika menyadari bahwa saat ini ia aman. Orang-orang itu tidak ada di sana. Louis menatap sekelilingnya dan bisa menduga ia berada di rumah sakit. Louis lalu menunduk untuk menatap tangannya yang menggenggam erat tangan seorang gadis yang terlelap dengan kepala bersandar di ranjangnya itu. Khawatir menyakiti gadis itu, Louis melonggarkan genggamannya, lalu dengan sangat lembut melepaskannya.

Gadis ini… apakah dia malaikat yang selalu hadir menyelamatkan dan menenangkan Louis? Louis tak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena sebagian tertutup rambut hitam yang panjangnya mungkin sampai punggungnya. Rambutnya dibiarkan terurai seperti itu, membuat kelelahan semakin tampak jelas dari sosok itu. Louis kesal memikirkan gadis itu pasti sangat kelelahan hingga tertidur di kursi seperti ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status