Share

Inikah Rasanya Cinta
Inikah Rasanya Cinta
Penulis: Nabila

Bab. 1

Penulis: Nabila
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-26 17:21:00

"Jangan!" Tiba-tiba pria itu berkata, seolah bisa membaca pikiran Clara.

"Jangan berteriak atau bergerak, kumohon.

Atau mereka juga akan membunuhmu," katanya lagi.

Clara menelan ludah, ngeri. Kepanikan kembali menyergapnya ketika tepat di samping mobilnya, berdiri dua orang pria dengan senjata api di tangan yang berusaha mereka sembunyikan di balik jas hitam yang mereka kenakan. Setidaknya, pria yang membuatnya kesulitan bernapas ini tidak berbohong. Setelah kedua orang bersenjata tadi pergi, barulah Clara berani bersuara.

"Kau membuatku tak bisa bernapas," protesnya.

Pria itu mengangkat tubuhnya dan menggumamkan maaf. Pria itu kini berlutut di depan kursi kemudi, menjebak kaki Clara di sana. Pria itu beruntung karena tadi Clara sempat memundurkan kursinya untuk mencari sepatunya. Jika tidak, pria itu pasti sudah terjepit di sana, dengan tubuh sebesar itu.

"Jika kau macam-macam padaku, akan kuhajar kau," ancam Clara seraya berusaha menarik kakinya, karena jika Clara nekat duduk di kursi kemudi, situasinya akan semakin mengerikan.

Clara menahan diri untuk tidak menendang pria itu

ketika tiba-tiba kakinya diangkat oleh pria itu, yang ternyata hanya berusaha membantu Clara.

Begitu Clara bisa duduk di kursi penumpang, pria itu duduk di sampingnya, di kursi kemudi. Dan dengan sinar matahari menerangi pria itu, barulah Clara bisa melihat luka lebam yang parah di sisi kiri wajah pria itu. Darah yang mulai mengering juga tampak di lehernya, lalu lengannya. Kaos abu-abu dengan logo Nike di dada kiri yang dikenakannya pun sudah koyak dan penuh noda darah. Mendadak Clara merasa mual karena bau amis darah yang memenuhi mobilnya.

"Maaf, aku telah menyusahkanmu," kata pria itu pelan.

Clara tak tahu harus berkata apa. Ia hanya memperhatikan bagaimana pria itu tampak mengawasi situasi di sekitar tempat itu. Ada beberapa orang yang lewat di jalan itu, tapi tak ada tanda-tanda kehadiran dua pria bersenjata tadi. Lalu pria itu membuka pintu mobil dan keluar.

Clara masih tak dapat melakukan hal lain selain mengamati pria yang berjalan limbung di depan mobilnya itu. Clara menggigit bibir cemas ketika pria itu tampak nyaris jatuh. Clara terkesiap ketika pria itu akhirnya benar-benar jatuh. Bergegas Clara turun dari mobilnya dan menghampiri pria itu. Begitu membalikkan tubuh pria itu, Clara bisa melihat dengan jelas betapa parahnya keadaan pria itu.

Sisi kanan wajahnya yang tadi tidak terlihat oleh Clara, tampaknya terluka parah dan masih basah oleh darah. Pria itu benar-benar babak belur. Tubuh pria itu pun tampaknya terluka parah. Luka goresan di lengan dan perutnya, tempat pakaiannya juga robek, membuat Clara mual.

Ketika semakin banyak orang yang mengerumuninya, Clara meminta bantuan beberapa orang untuk mengangkat pria itu ke mobilnya. Clara hanya bisa berdoa agar pria itu tidak mati di mobilnya.

"Kumohon, tetaplah hidup. Siapa pun kau, kumohon…."

Clara terus bergumam seraya menyalakan mesin mobil.

Doa Clara dijawab erangan pelan pria itu.

"Tuan… kau baik-baik saja?" tanya Clara.

Pria itu kembali mengerang. Clara menoleh ke belakang dan mengamati pria itu sekilas lalu menyimpulkan bahwa pria itu pastilah tidak membawa tanda pengenal apapun.

"Tuan… kau bisa mendengarku? Apa kau bisa menyebutkan namamu?" tanyanya lagi.

Pria itu lagi-lagi mengerang, terdengar sangat kesakitan. Hati Clara mencelos mendengarnya. Ia kembali memanggil pria itu untuk menanyakan namanya dan akhirnya pria itu menjawab lemah, " Louis… …,"

sebelum kembali tak sadarkan diri, membuat Clara semakin panik.

" Tidak, Louis, bangunlah…," teriak Clara seraya melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.

" Louis, jangan kau berani-berani mati di mobilku, kau dengar aku?!" teriak Clara panik seraya berusaha tetap fokus pada jalanan.

"Louis, kumohon… bertahanlah…." Clara terus bergumam memanggil pria itu sepanjang jalan, hingga akhirnya tiba di lobi rumah sakit.

Clara bergegas keluar dan memanggil perawat untuk membantunya. Beberapa perawat datang dengan membawa ranjang dorong. Sementara mereka memindahkan Louis, Clara memberikan kunci mobilnya pada seorang valet parkir.

" Hubungi UGD." Seorang perawat berkata pada seorang

perawat lain yang lalu pergi.

Clara berdiri di antara para perawat di sisi ranjang dorong Louis yang bergerak cepat menyusuri lorong rumah sakit itu.

" Louis, apa kau bisa mendengarku?" Clara berbicara.

" Louis, bertahanlah, kumohon…,"ucap Clara pada sosok

yang tak sadarkan diri itu.

Clara tersentak kaget ketika tiba-tiba tangan Louis menggenggam tangannya. Ketika mereka sudah tiba di depan ruang UGD, seorang perawat memintanya agar menunggu di luar, tapi tangan Louis masih menggenggam erat tangannya. Para perawat menatap Clara yang hanya bisa menggeleng pasrah.

Louis bahkan tidak sedikitpun melonggarkan pegangannya di tangan Clara meski para perawat sudah berusaha melepaskan tangannya dari Clara. Akhirnya salah seorang perawat menyuntikkan sesuatu di lengan Louis. Dan meski masih sedikit kesulitan, akhirnya mereka berhasil melepaskan tangan Louis dari tangannya.

" Kekasih Anda pasti sangat mencintai Anda, Nona," ucap salah seorang perawat sebelum mereka membawa Louis masuk ke ruang UGD.

Selama beberapa saat Clara masih terpaku di depan pintu UGD, terlalu terkejut dengan reaksi Louis terhadapnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Azura Frank
kagum dengan karakternya Clara
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 100

    Clara baru menjawab telepon dan SMS Vincent pukul sebelas malam. Mau bagaimana lagi? Pukul tujuh malam Mr. Hendy sudah menjemputnya. Mereka pergi makan dan nonton. Clara tidak tahu sama sekali Vincent menghubunginya. Clara pun tidak mengabarinya karena Clara juga tidak mau mengganggunya. Dipikirnya ini win-win solution.“Ke mana saja?” tanya Vincent dengan nada sedikit jengkel.“Aku…” Clara sedang menimbang apakah Clara akan berkata jujur atau tidak.Konsekuensinya Clara tahu Vincent akan marah dan melarangnya pergi lagi bersama Mr. Hendy. Namun di satu sisi, hati nuraninya bicara akan terlalu kejam membohongi pria sebaik Vincent. Mungkin memang sebaiknya Clara tidak menemui Mr. Hendy Lagi. Di mata orang lain, hal itu pastilah tak pantas, walau Clara merasa tidak ada yang perlu diributkan. Clara dan Mr. Hendy hanya teman.“Tadi aku pergi bersama Mr. Hendy,” jawabnya jujur.“Baru pulang?” Vincent semakin jengkel.“Iya. Makan, nonton….”“Clara!” Vincent berteriak marah.“Kamu itu paca

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 99

    Seseorang menekan bel pintu. Pikirnya, itu pasti Vincent. Namun tumben dia tidak langsung masuk. Dengan riang gembira nyabuka pintu depan.“Vin!” Clara sudah hampir memeluknya, tetapi ternyata orang yang berdiri di hadapannya bukanlah Vincent.Clara ternganga selama beberapa saat? Mau apa dia di sini? Dengan refleks, Clara langsung menutup kembali pintu tetapi tangan orang itu menahannya.“Mau apa kamu?” tanyanya garang.“Please… izinkan aku masuk…” Louis memohon.Clara menatapnya dengan tajam. Dia menatapnya dengan memelas.“Tidak,” jawabnya tegas.Semua kenangan tumpah ruah dalam ingatannya. Tangannya dengan kuat masih memegang kenop pintu. Clara hampir menutup pintu saat kudengar deru motor Vincent. Tak lama, dia sudah berdiri di garasi. Kedua alisnya yang tebal saling berpaut. Dia berjalan mendekat. Vincent tidak pernah menyukai Louis.“Ada apa ini?” tanyanya, membuat Louis membalikkan badan saat mendengar suara seseorang yang tidak dikenalnya. Clara senang sekali Vincent datang.

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 98

    Vincent. Clara sudah salah paham. Clara selalu menghakimi dia. Dia menyiapkan semua ini untuknya. Air matanya menetes lembut. Segala kesungguhannya benar-benar dapat Dirasakannya. Bagaimana dia mengumpul kan bunga-bunga ini? Dibukanya kotak yang ada di meja. Isi nya adalah kue berbentuk hati dengan nama Mereka berdua. Vincent sedang mencoba menjadi romantis hari ini. Semua hal yang tidak pernah dia lakukan sebelumnya. Dia tahu, Vincent berusaha keras.Jadi, inilah alasan Vincent marah padanya. Dia mengharap Cepat pulang. Dia menyiapkan semua ini, tetapi semuanya tidak berjalan sesuai rencana. Dan ketika dia datang, aku sengaja mengacuhkannya, memberi celah pada Mr. Hendy untuk memperhatikannya. Kalau aku bicara jujur, memang aku tadi menikmati waktu-waktu bersama Mr. Hendy. And I was so wrong…. kamu pasti lagi nangis bombai sekarang tadi, aku, Vincent, dan Oppa nungguin kamu pulang tapi kamu sudah di sana duluan." Vin!” Clara memanggil Vincent.Dia sedang mem bersihkan meja-meja.

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 97

    Hari ini. Clara akan marah padanya sampai dia mau meminta maaf.Tidak. Clara tidak bisa menunggu selama itu. Baru dua langkah aku keluar dari restoran, Dia langsung berbalik dan mengejar Vincent yang sudah duluan berjalan ke parkiran sepeda motor.“Vincent! Kamu ini gimana, sih?” Clara mendorong tubuh Vincent dengan gemas. Clara merasa tidak puas hari ini.“Kamu ini payah! Bener-bener mengecewakan! Kamu nggak ngerti perasaanku!”“Aku harus bagaimana?” Vincent merentangkan kedua tangannya.Wajahnya menampakkan kekesalan yang sama ditunjukkannya selama makan malam tadi.“Kamu bahkan nggak ngucapin apa-apa sejak tadi!” Clara mengharap ucapan ulang tahun darinya.Dia bukan yang pertama tama, Clara tidak masalah. Tetapi setidaknya, saat dia datang Clara mengharap dia mengecup keningnya dan mengucapkan selamat ulang tahun. Clara benar-benar marah.Vincent menghela napas panjang. Seperti ada sebuncah kegeraman juga dalam hatinya. Clara tidak tahu apa yang membuatnya sangat marah. Clara meliha

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 96

    Rencanaku berubah malam ini. Clara tidak jadi pulang ke rumah dulu, tetapi bersama teman-teman guru langsung berangkat menuju rumah makan yang Dia tunjuk. Clara sangat terbawa suasana. Tadinya Clara, Vincent, Viona, dan Dong Jun oppa akan berangkat bersama.“Clara, kamu di mana?” tanya Vincent.Clara bersama teman-teman sudah tiba di rumah makan saat Vincent meneleponnya.“Ah… ya… sorry. Clara sudah sampai. Bisa kan kamu dan Viona lansung ke sini juga? Iya. Clara nggak jadi pulang dulu. Langsung saja, ya. Clara tunggu. Bye!” ditutupnya telepon dari Vincent.Clara tidak bisa menerka apa yang dia pikirkan, tetapi seharusnya hal semacam ini tidak menjadi masalah. Clara segera menepis pikiran tentang Vincent dan kembali asyik pada teman-temannya.“Siapa?” tanya Mr. Hendy dengan sinar mata penuh keramahan.Dia orang yang sangat ceria. Clara menyukaitatapan dan senyumannya.“Oh, pacarku. Dia nanti ke sini. Juga sahabatku,” Clara mengumumkan kepada teman-temannya.“Oooh… nooo. Ternyata, Mis

  • Inikah Rasanya Cinta   Bab. 95

    Clara menceritakan semuanya pada Viona dan dia tertawa terbahak-bahak tanpa henti. Apanya yang lucu? Namun, sepertinya dia sedang menertawakan Clara, bukan Vincent. Clara semakin cemberut.“Kamu ini aneeeeh…” seru Viona.“Kamu kan tahu cowok macam apa Vincent. Kamu jangan memaksakan apa yang membuat dia nggak nyaman. Dasar Seaaan... nggak pernah berubah,” Viona menjitak kepalanya.Mereka sedang berdiam di pinggir kolam. Setiap Kamis malam, Viona selalu mendapat voucher gratis berenang di salah satu hotel milik Dong Jun oppa. Sesekali Clara ikut bersamanya.“Dia memang bukan cowok romantis, terimalah. Jangan berkhayal suatu saat kamu akan tiba-tiba menemukan se carik kertas bertulis ”I love you” di mejamu dari Vincent. Jangan berharap dia menyanyikan lagu romantis buatmu. Jangan harap dia mengetuk pintu kamarmu tengah malam dan membawakan bunga mawar. Apalagi… hahahaha… menulis surat cinta… aha hahaha…. Ya ampun, Sean. sekarang ini zamannya sudah serba tweet. Nggak ada lagi orang yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status