Share

Bab 7 - Kelas Hantu

Author: Vie Junaeni
last update Last Updated: 2024-05-15 23:16:57

Bab 7 Menikah Mbak Kunti

"Kamu ngapain ngobrol sama manusia kayak gitu?" tanya Tante Key.

"Suka-suka hati aku lah!" sahut Laila.

"Ayo pulang! Kamu dicariin nyonya Uwo tuh, kamu disuruh belajar," ucap Ocong.

"Hmm... aku malas belajar! Aku males balik ke tempat serem sana!" ucap Laila mencoba mengelak.

"Kamu tuh ya, badung banget jadi hantu baru. Kita seret aja yuk, Cong!" ajak Tante Key.

Laila lalu diseret keluar jendela menjauhi ruang perawatan Dika. Ia pergi begitu saja. Dika mencoba mengintip dari balik selimutnya. Tak ada apa pun lagi di hadapannya. Laila benar-benar pergi kali ini dengan para hantu tadi. Jadi, malam ini bukanlah mimpi. Laila benar-benar hantu, hantu kuntilanak yang cantik.

Dika akhirnya memutuskan untuk tidur dan memiringkan badannya ke kanan, ia memandang ke arah langit malam dari balik jendelanya. Tiba-tiba, Dika berbalik arah tak jadi memandangi langit malam kala ia melihat wajah pria berwarna merah yang berbadan besar seperti genderuwo sedang mengintipnya dari balik jendela.

"Sial! Kenapa aku jadi sering lihat penampakan hantu, sih? Apa yang salah sama aku? Perasaan kemarin-kemarin nggak bisa deh lihat para dedemit itu," gumam Dika.

Pemuda itu lalu mencoba memejamkan kedua matanya. Ternyata, di sampingnya tengah berdiri hantu wanita berdaster lusuh dengan rambut panjang terurai berantakan.

Bagian atas yang sensitif milik wanita, terlihat panjang menjuntai sampai ke lantai. Bahkan hantu itu bisa selampirkan ke bahu karena ukurannya yang terlalu panjang. Hantu itu lalu menepuk-nepuk bokong Dika yang ketakutan. Dika tak bisa berkutik. Ia lelah ketakutan karena bersembunyi dari balik selimut itu. Pria itu akhirnya terlelap tak sadarkan diri.

***

Tiba di gedung tua itu lagi, Laila benar-benar merasa sangat jijik dan mual berada di sana. Di kanan dan kirinya telah duduk hantu menyeramkan lainnya. Yang di sebelah kiri kepalanya terbelah. Otaknya berceceran jatuh ke pipi. Perempuan itu tersenyum menyeringai pada Laila.

“Hai!”

Laila tak mau menoleh lagi padanya. Di sebelah kanannya duduk seorang hantu perempuan yang wajahnya tampak biasa saja akan tetapi dari leher ke penghujung kaki tubuhnya hangus terbakar. Bau sangit tercium dari hantu itu.

“Duh, kenapa sih mereka serem-serem,” gumam Laila.

Nyonya Uwo datang dengan suara lantang menyentak.

"Nah, perhatian semua! Berikut ini adalah tampilan gambar-gambar para hantu perempuan seperti kalian. Mohon diingat dicatat juga ya di buku catatan kalian," ucap Nyonya Uwo.

Hantu itu menyerahkan buku tebal yang terbuat dari lembaran daun jati ke meja masing-masing murid perempuan termasuk Laila.

"Pulpennya unik amat ini," tukas Laila.

"Oh tentu saja pulpen itu terbuat dari tulang rusuk bayi hasil aborsi. Jadi kalian tulis yang benar ya menggunakan tinta dalam botol."

Laila jadi merasa jijik mendengar penjelasan tersebut.

"Ada yang tahu tinta itu terbuat dari apa?" tanya Nyonya Uwo yang menunjuk botol berisi cairan darah.

Semuanya menggeleng bersamaan termasuk Laila.

"Coba kalian cium dong dengan baik. Tinta itu tuh darah dari wanita yang baru saja melahirkan," ucapnya menjelaskan.

Laila makin merasa mual dan gemetar kala baru saja menceupkan pena tadi ke dalam tinta tersebut.

"Sudah kerjakan dengan benar catatan kalian!"

Nyonya Uwo memberi perintah dengan tegas.

Rasa mual semakin menghinggapi Laila kala menyentuh darah tersebut. Amis, anyir dan menjijikan ketika gumpalan darah hitam nan tebal tersebut tersentuh kulit Laila.

"Ayo cepat selesaikan tulisannya! Harus diingat ya bagaimana cara mereka berubah menjadi manusia. Apa kelebihan mereka dan kekurangan mereka," ucap Nyonya Uwo.

"Bu, eh Nyonya, aku mau tanya. Yang itu gambar tentang anda kan, ya?" celetuk Laila saat melihat gambar yang mirip dengan nyonya Uwo.

"Oh mirip aja ini mah. Lihat dong dia lebih gemuk dari saya." Nyonya Uwo terkekeh.

"Ah sama kok, sama kan, yak?" Laila mencari pendukung dari siswi yang duduk di sampingnya.

Hantu di samping kanannya itu menganggukkan kepalanya membenarkan.

"Tuh kan bener mirip. Oke aku tulis kelebihannya suka makan banyak dan pastinya badannya berat. Kalau kekurangannya pasti gak tahan lihat cowok cakep. Ckckckc benar-benar gak mutu banget nulisnya," gumam Laila.

“Saya dengar apa yang kamu bilang,” kata Nyonya Uwo dengan tatapan tajam pada Laila.

“Hehehe, saya ngomongin hantu yang mirip Anda kok, bukan Anda ini mah,” sahut Laila.

"Sudah sudah sudah! Ayo, elesaikan cepat tugas kalian! Setelah ini kita bergegas ke meja makan untuk makan bersama!" ucap Nyonya Uwo.

Laila menghela napas berat. Rasanya dia harus bertahan untuk menyelesaikan diri hidup dengan para hantu. Namun, terselip wajah Dika yang melintas di pikirannya. Sampai batinnya menanyakan hal yang tak masuk akal baginya. Mungkinkah ia rindu dengan Dika?

*****

To be continue...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 43 - Pertemuan Laila dan Ayahnya

    Bab 43 kuntilanak Bulir bening dari kelopak mata Laila terus mengalir. Ia memeluk tubuh Oma, kesedihan masih saja menghinggapinya."Sudah ah jangan nangis, sekarang ini kamu harus menikmati hidup kedua kamu bersama Dika, dan juga perbaiki hubungan kamu dengan Papi kamu," ucap Oma Murni."Iya, Oma. Laila mau cari Papi dulu." Laila bergegas masuk ke rumah besar. Ia paham betul di mana harus mencari laki-laki pemilik rumah besar itu.Tuan agus Kuncoro selalu duduk di taman mawar yang di buat mendiang istrinya, Mami -nya Laila. Taman yang penuh bunga mawar itu terletak di samping kolam renang yang luas berbentuk huruf M.Tuan Agus sedang memeluk bingkai foto bergambar ia, istrinya dan Laila. Lantunan lagu lihat kebunku yang selalu ia nyanyikan bersama istrinya untuk Laila selalu dilantunkan saat sedang merenung di sana.Mata lelaki itu terperanjat saat melihat sepasang kaki perempuan yang sudah berdiri di hadapannya. Pandangan mata Tuan Agus makin naik sampai ke wajah Laila yang terseny

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 42 - Laila Pulang

    Bab 42 Kuntilanak Di dalam bus menuju Kota Lurik Ayu, Laila tampak gelisah. Peluh bercucuran membasahi tubuhnya seraya mencengkeram paha kiri Dika."Awww... kamu kenapa sih, Lai? Jangan sekarang juga kali kalau kangen sama ular naga punyaku," bisik Dika.Laila menoyor kepala suaminya itu dengan kesal dan gemas."Bukan itu tau, ih pikiran kamu tuh ya gak jauh dari hal itu sekarang," bisik Laila menatap tajam ke arah Dika."Terus kamu kenapa emangnya?" tanya Dika lagi."Itu, suara radionya aku gak kuat," bisik Laila.Dika baru sadar kalau supir bus ini memasang musik solawat yang membuat Laila merasakan hawa panas dan ketakutan. Biar bagaimana pun Laila masih termasuk kaum lelembut. "Duh, gimana caranya ini? Masa aku minta sama Pak Sopir buat matiin radionya," ucap Dika."Aku gak tahan, aku gak kuat, panas banget ini," ucap Laila yang mulai berteriak. Sontak saja para pengunjung menatap ke arah Dika dan Laila."Ono opo, toh?" tanya Nenek Asih."Laila, Nek, dia kepanasan denger solaw

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 41 - Laila yang Rakus

    Bab 41 Kuntilanak Setelah sampai di terminal, Dika memesan tiket bus yang menuju Kota Lurik. Akan tetapi, mereka harus transit dulu di kota sebelumnya. Dika, Laila dan Nenek Asih, akhirnya mendapat tiket bus menuju kota Lurik di jam keberangkatan malam hari. "Makan dulu ya, Nek, aku lapar," ucap Dika."Iya, aku juga," sahut Laila. "Lho udah bisa ngerasain lapar, toh? Ayo yo wis ayo kita cari makan sebelum bisnya datang," ucap Nenek Asih.Mereka bertiga pun akhirnya memutuskan untuk singgah di kedai soto ayam di dalam terminal tersebut."Astagfirullah... kok ketemu beginian, sih," pekik Dika saat melihat sosok pocong sedang duduk dalam kedai tersebut.Pemuda itu bersembunyi di balik Laila."Hai, wah kalian semua bisa melihatku, ya? Hebat hebat!" ucap pocong perempuan itu seraya meringis menunjukkan deretan gusinya yang penuh darah."Permisi Mbak, aku mau duduk. Tolong geser dikit, ya," pinta Laila yang memberanikan diri menggeser pocong perempuan itu."Oke, Say! Hihihihihi ketawa a

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 40 - Kemampuan Tak Terduga Nenek Asih

    Bab 40Setelah Laila meletakkan tubuh Diah ke atas sofa, wanita itu segera melangkah menuju lemari tivi milik Nenek Asih."Kamu mau apa, Lai?" tanya Dika."Mau cari minyak kayu putih buat sadarkan dia," sahut Laila."Duh, terus kalau dia sadar dan cerita yang enggak-enggak sama warga, gimana?" Dika terlihat cemas dan panik."Iya terus kalau dia gak sadar nanti juga, gimana? Emangnya mau kita bunuh?" tanya Laila."Astaga, Laila! Apa yang kamu ucapkan itu berdosa Laila," sahut Dika."Apaan sih, kamu sendiri berdosa tau memperistri aku seperti ini," sahut Laila tak kalah."Aku kan cinta sama kamu, kadang cinta itu bisa membuat orang melakukan dosa, ya gak?" "Tau lah, udah ketemu nih minyak kayu putihnya, pokoknya kita buat dia sadar," ucap Laila.Tak lama kemudian setelah Laila mengoleskan minyak itu ke bawah hidung gadis yang terbaring itu, tiba-tiba Diah membuka matanya.Ia menatap wajah Laila lalu berteriak ketakutan. "Pergi! Pergi! Tolong jangan dekati saya, pergi!" pekik Diah.Ter

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 39 - Pasang Paku

    Bab 39Laila duduk berlutut tepat di hadapan bagian intim milik Dika."Kok, posisinya ada yang aneh ya? Aduh, rasanya saya mau nurunin celana aja," ucap Dika menggoda Laila."Haish salah hadap kan aku! Udah lah aku balik badan aja nih!" balas Laila yang langsung mengubah posisi duduknya."Hehehe... ya kali Lai, kamu mau gitu karaoke punyaku,” celetuk Dika."Au amat lah! Buruan pasang pakunya!" sahut Laila mulai kesal.Dika lantas tertawa. Setelah tenang, menarik napas dalam, pria itu lalu membuka kain merah yang membungkus paku tersebut."Buruan!" pinta Laila dengan nada berseru."Tunggu, sabar dulu! Aku lupa ambil palu bentar ya. Tunggu di sini, aku tanya dulu Nenek taruh palu itu di mana," ucap Dika."Yah, Dika... Aku udah nahan-nahan takut sakit nih," ucap Laila memelas."Iya tunggu bentar." Dika mengetuk pintu Nenek Asih dan terpaksa membangunkannya. Namun, saat Dika membuka pintu Nenek secara spontan ia melihat sosok pocong sedang menindih tubuh si Nenek Asih."Astaga, Nenek!" p

  • Istri Cantikku Ternyata Kuntilanak   Bab 38 - Membusuk?

    Bab 38"Emang kalau gak sukses kenapa Mbah?" celetuk Dika."Kalau nggak sukses ya ngapain aku capek-capek buat minum sama keluarin panganan ini toh le hehehe," ucap nenek bungkuk itu seraya tertawa menunjukkan deretan giginya yang beberapa gigi itu terbuat dari emas.“Nyoh!” Mbah Sarno menyerahkan kotak itu pada Dika. Pemuda itu langsung menerimanya dengan perasaan senang seraya mendekap kotak tersebut dengan erat."Yes, sebentar lagi, Laila akan menjadi manusia seutuhnya," gumam Dika."Cara pakainya gimana, Mbah?" tanya Nenek Asih."Ya ditancap seperti biasa ke atas ubun-ubun kepala sambil baca mantra yang sudah aku tulis pada kertas di dalam kotak tersebut,” titahnya.Dika mencari kertas berisi mantera dalam kotak tersebut."Oh iya ini ketemu." "Tapi ingat, ada konsekuensinya lho," ucap Mbah Sarno memotong kebahagiaan Dika saat itu."Maksud Mbah?" tanya Dika."Begini, kuntilanak itu kan asline wujudnya itu hantu, berarti sudah mati, toh. Nah, kalau kamu tetap ingin dia seperti man

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status