"Anaknya Airin cantik ya, menurutmu gimana kalau kita setuju sama kesepakatan keluarga Pak Gimartin?" tanya Kevin sambil bermanja manja memeluk istrinya.
"Kesepakatan kayak apa?"
Kevin menunjuk sisi wajah Liora dengan jari telunjuknya, "Ya itu loh, dulu kan Pak Gimartin pernah ngomong kalau anaknya dia lahir perempuan bakalan di jodohin sama Varka, bahkan sebelum mereka menikah juga niat memang mau jodohin Varka sama anak mereka."
Kepala Liora menggeleng sambil tangannya mengusap rambut suaminya, "Memang Varka mau kalau di jodohin sama Rania, terus Rania juga apa setuju soal itu? Mereka aja loh masih belasan tahun, kalian para bapak-bapak ini ngebet banget buat jodohin anak-anak, biarin mereka aja yang nentuin jodohnya nanti siapa."
"Keluarga Rania itu baik-baik, gak akan salah kalau kita jodohin mereka, Varka juga ganteng, Rania cantik, mereka itu pas banget kalau jadi pasangan."
Liora terkekeh menepuk nepuk wajah Kevin, "Kamu ini ya paling cepet banget buat nentuin calon mantu, tapi memang sih Rania itu cantik anaknya, dia pintar juga. Tapi aku gak mau maksain anak-anak, nanti kalau Varka marah sama kita kan gak bagus."
"Gak dipaksain kok, ini aku cuman nanya aja gimana baiknya mereka dijodohin dari sekarang mumpung mereka masih muda, belum deket sama yang lain. Nanti kalau mereka resmi di jodohkan, mereka juga gak bakalan pacaran sama yang lain. Anak muda jaman sekarang itu pergaulannya lebih bebas, loh."
"Kamu emang udah kasih tau ke Varka kalau dia yang bakalan dijodohin ke Rania?"
Kevin menggeleng, pria itu berbaring menggunakan paha Liora sebagai bantal sehingga istrinya itu menunduk menatapnya sembari mengusap wajah Kevin yang terawat.
"Belum, aku mau buat kesepakatan dulu sama Pak Gimartin buat kelanjutan perjodohan ini mau dilanjutkan atau tidak, kalau aku sih gak keberatan. Menurut kamu gimana?"
Liora tampak berpikir sebentar, sebenarnya dia juga gak keberatan kalau Varka di jodohin sama Rania, lagian Rania itu cantik, pintar, baik, ramah, pokoknya cocok banget buat Varka.
"Kalau Varka dan Rania gak setuju gimana?"
"Itu masalah belakangan, asalkan perjodohan udah ditetapkan, mereka juga gak bakalan nolak kok." jawab Kevin.
"Itu pemaksaan dong buat mereka."
Kevin menggeleng, "Awalnya pasti mereka berpikir kayak gitu, nanti kalau udah kebiasaan juga bakalan di terima pelan-pelan." Kevin memejamkan matanya, tapi malah ingatan ketika dia dijodohkan sama Airin muncul dipikiran.
"Aku ingat, dulu aku pas di jodohin sama Airin juga gak mau. Tapi lama-lama pasrah juga, sekarang perjodohan itu gagal dan aku nikah sama kamu. Jadi, perjodohan Varka sama Rania gak sepenuhnya maksa anak-anak, mereka cuman perlu tahu kalau ini loh jodoh mereka nanti yang dipilih sama orang tua. Tapi jangan kasih tau ke mereka kalau perjodohan itu juga bisa mereka tentang, nanti malah ngelawan si Varka."
Liora menghela nafas, "Terserah kamu aja deh kalau gitu, aku pikir juga Rania anaknya baik kok. Cuman kamu tahu sendiri kan anak kita tuh kayak gimana, nanti yang ada Rania malah gak suka lagi sama kelakuan Varka."
Kevin tertawa pelan, "Tapi kan anak kita juga berbakat loh, awal bulan depan aja Varka ada tandingan renang antar kabupaten, keren kan?"
Tangan Liora mencubit hidung mancung Kevin, "Ada-ada saja kamu ini, anak masih remaja udah di jodoh-jodohin."
"Nanti aku atur jadwal buat ketemu Pak Gimartin untuk ngobrolin soal perjodohan Varka sana Rania, cewek itu harus dikasih kepastian memang biar gak di duluin sama orang lain."
Liora tertawa, "Sudahlah, pokoknya mereka kalau gak mau jangan dipaksa, kasian."
"Nanti aku paksa Varka biar kita bisa besanan sama keluarganya Pak Gimartin." canda Kevin sambil tertawa rendah.
Keesokan paginya Varka sudah rapi dengan seragam sekolah, duduk di kursi meja makan menikmati sarapan pagi.
"Motor kamu kok gak ada di garasi?" tanya Kevin sambil berbaur makan bersama.
"Aku bawa ke tukang servis, body motornya harus di ganti, jadi aku tinggal. Dua hari baru bisa dipake."
"Terus kamu berangkat sama siapa, Saga?"
Varka mengangguk, "Aku kan gak papi bolehin naik mobil karena belum punya sim, jadi ya mau gak mau boncengan sama Saga." Varka meneguk jus jeruk sampai terdengar suara klakson motor di depan.
"Saga udah datang, Varka berangkat sekolah dulu, Pi." pamit remaja itu.
Langkah Varka berhenti saat melihat Liora, remaja itu menghampiri ibunya untuk memberikan ciuman di pipi Liora, "Varka berangkat sekolah dulu, Mam."
"Belajar yang pinter, jangan bandel-bandel."
"Siap!" Varka lalu berlari keluar rumah menghampiri Saga untuk berangkat sekolah bersama.
Dua remaja yang tidak pernah terpisah itu berada di sekolah yang sama, kelas mereka juga sama, di sekolah ini Saga adalah ketua basket. Jadi ketika baru sampai, teman basket menghampiri kalau Saga di cari oleh pelatih.
"Duluan aja Lu ke kelas, titip tas nih." Saga melemparkan tasnya ke arah Varka kemudian berjalan menjauh ke arah ruang guru.
"Dih, kalau bukan sodara udah tak sleding kamu, Ga." gumam Varka.
Kelas Varka ada di lantai dua, sambil menenteng tas punya Saga ia melewati tangga dan koridor menuju kelasnya.
"Ciee ketua kelas dateng." goda rekan sekelas Varka begitu melihat kedatangan cowok itu, "eh tumben yang datang cuman tasnya doang, Saga mana?" tanya Ardian.
"Pertama aku bukan ketua kelas, kedua yang punya tas lagi di panggil sama pelatih ke ruang guru. Eh kok sepi, anak-anak lain belum datang ya?" Varka duduk di kursinya yang berada dekat jendela paling pojok belakang.
Ardian mengedikkan bahu, "Ke kantin mungkin. Eh, Ka. Tau gak kalau kelas kita kedatangan murid baru loh."
"Serius, cewek atau cowok?"
"Denger-denger sih cewek, cakep. Lu kalau mau nanti aku bantu buat deketin deh."
Varka berdecih, "Gak usahlah, masih betah kok aku ngejomblo."
Mendengar jawaban Varka, Ardian pun tertawa. Mereka melihat ke arah pintu masuk, anak-anak mulai berdatangan mengisi kursi yang kosong termasuk Saga, cowok itu duduk di kursi depan Varka.
Pelajaran hari ini pun dimulai dengan Fisika, tapi di awal kelas dimulai seorang guru lain datang meminta izin untuk mempersilahkan seorang siswi baru untuk masuk.
"Anak-anak, tolong perhatiannya sebentar. Hari ini kita kedatangan murid baru," ucap guru sambil menyuruh siswi di luar untuk masuk.
Seorang gadis dengan rambut pendek ala polwan berjalan masuk, wajahnya oval, matanya bulat dan kedua alisnya tebal.
Ardian mencolek lengan Varka, "Cakep anaknya, Ka."
"Dasar hidung belang." sahut Varka.
"Perkenalkan nama aku Bianca, aku anak pindahan dari Malang." ucap gadis itu memperkenalkan diri.
Satu kelas pun menyapa teman baru, "Hai, Bianca!"
"Bianca, kamu duduk di depan Ardian ya,"
"Iya, Bu guru."
"Oke anak-anak, kita mulai pelajaran hari ini, siapkan alat tulis kalian."
Saga berbalik melihat Varka yang sedang mengeluarkan buku, "Ka, ucapan Lu kemarin kejadian beneran."
"Hah, emang kemarin aku ngomong apaan ke elu?"
"Itu yang Lu bilang kalau kelas kita ada cewek cantiknya." jawab Saga.
"Halah, Lu sama Ardian sama aja, liat cewek cantik dikit aja mata langsung mendelik."
Ardian yang duduk di sebelah Varka menahan tawanya sementara Saga memukulkan buku ke arah Varka, beruntungnya Varka sigap mengelak kemudian menjulurkan lidahnya mengejek.
"Lu aja sono yang ngedeketin, masih gak mood gue buat caper ke anak baru." jawab Varka kemudian.
"Bilang aja Lu kagak ada keberanian, makannya minder." cibir Saga sembari menaik turunkan alisnya. Karena tidak fokus ke depan, Saga tidak sadar kalau guru datang ke arahnya.
Varka sudah memberikan kode agar Saga berbalik, tapi cowok itu tidak paham kode yang Varka berikan, begitu tangan guru menjewer telinga Saga, barulah cowok itu mengerti.
"Kelas baru aja dimulai, kamu masih aja main-main. Kalau mau main gak usah ada di kelas ibu, sekarang pilih berdiri di luar atau berdiri di depan kelas."
"Milih lanjut pelajaran aja, Bu. Masa masih pagi udah di hukum."
Varka menahan tawanya.
"Sekali lagi ibu lihat kamu gak perhatikan pelajaran dengan baik, kamu harus berdiri di depan pintu sampai pelajaran ibu selesai." guru itu kembali ke depan.
Saga mengusap telinganya sambil melirik Varka yang sedang menahan tawa.
"Puas, Lu!"
Proses prewedding sebisa mungkin selesai satu hari karena akan ada proses calon pengantin dilarang keluar rumah selama satu minggu sebelum hari pernikahan, dan sehari setelah prewedding, Varka bersama Rania menyelesaikan dokumen pernikahan secepat yang mampu mereka lakukan dalam waktu satu hari dan itu berhasil.Selesai dua hal itu di persiapkan, kini Varka dan Rania juga memilih dekorasi seperti apa yang akan mereka gunakan untuk pesta resepsi, dan beruntungnya WO yang bekerja sama adalah kenalan dekat keluarga, pemilihan juga tidak membutuhkan waktu lama, setidaknya hanya butuh waktu kurang dari dua jam.Mengenai pemilihan gedung, itu sudah diurus oleh para orang tua karena harus memesan beberapa bulan sebelumnya sementara Varka dan Rania saat itu masih di negara orang.Dan voila, dalam waktu lima hari yang bisa dimanfaatkan Varka dan Rania untuk pesta pernikahan sudah lengkap, selebihnya di urus oleh orang tua mereka diawal. Lalu hari ini, hari dimana Varka dan Rania dilarang bertem
Lima tahun berlalu.Tepat hari ini usia Rania berusia dua puluh enam tahun dan menjadi Dosen muda di negara Singapura di bidang Artificial Intelligence yang mulai ditekuni sejak lulus pendidikan S2 di Sydney. Pembawaan saat mengajarkan materi di kelas banyak dipuji oleh mahasiswa. dan semua ini sudah berlangsung sejak satu tahun terakhir.Rania melihat jam tangannya saat keluar dari kelas, beberapa mahasiswa menyapanya dengan ramah dan dibalas tak kalah ramah juga oleh Rania.Sekarang sudah pukul tiga sore dan tunangannya mengatakan akan mendarat di bandara Soetta pada pukul empat sore. Ini adalah pertemuan pertama sejak mereka berpisah lima tahun lalu.Rania merindukan Varka, lelaki itu juga pasti demikian. Ada perasaan gak sabar untuk bertemu calon suaminya karena kedatangan Varka ke Indonesia adalah untuk membahas pernikahan yang akan dilakukan dalam waktu dekat.Sayangnya Rania belum bisa bertemu dengan Varka hari ini di Indonesia karena posisinya masih di negara lain, ia baru men
Dari Bandung ke Jakarta setidaknya memakan waktu beberapa jam, dan Varka bersama Rania duduk sebelahan. Sebenarnya perjalanan mereka baru besok sore, sengaja berangkat sekarang karena ingin menghabiskan waktu berdua sebelum menjalani hubungan jarak jauh yang tidak sebentar."Kamu jangan lupa buat hubungin aku ya, setidaknya itu sekali setiap hari, tapi kalau kamu sibuk banget, hubungi aku seminggu sekali juga gak apa-apa." ucap Rania.Varka menoleh, meraih tangan Rania dan menggenggamnya, "Pasti, aku bakalan sempatkan kirim pesan atau menghubungi kamu. Saling jaga diri baik-baik ya sampai kita dipertemukan kembali suatu hari nanti."Rania mengangguk, ia menyandarkan kepalanya ke lengan Varka menantikan kereta tiba di stasiun tujuan.Beberapa jam berlalu dengan cepat, mereka tiba saat jam makan siang. Sebelum melanjutkan perjalanan ke penginapan, keduanya memilih makan lebih dulu dan Varka memperhatikan setiap kali makan bakso, Rania selalu menyisihkan daun bawang ke pinggirnya."Gak s
Hari yang ditunggu akhirnya tiba di mana pertunangan Varka dan Rania dilakukan hari ini. Dihadiri oleh beberapa kerabat dekat untuk memeriahkan acara tersebut dengan baik. Pesta keluarga itu berlangsung dengan bahagia, terlebih ketika Rania memamerkan cincin pertunangannya yang tampak cantik di jari manisnya.Cincin tersebut sebagai lambang kalau ia telah memiliki calon pasangan hidup, saling memegang teguh komitmen hingga pernikahan itu tiba."Kalian cocok banget," puji Airin yang berdiri bersama Liora melihat anak-anak mereka dengan bangga."Jadi harapan kita buat satuin mereka gak cuman omong kosong belaka, kan." sahut Gim.Kedua wanita di depannya menoleh, Airin dan Liora terkekeh, mereka ingat kalau orang yang paling bersemangat untuk menjodohkan Rania dan Varka adalah Gim, sekarang terlihat wajah puas melihat anaknya dan Varka sudah membuat perjanjian awal pernikahan.Kevin mendadak datang merangkul Gim dengan akrab, "Semoga dilancarkan sampai hari pernikahan ya, calon besan." k
Dua hari setelahnya, kini keluarga Varka dan Rania berkumpul bersama sambil menikmati makan malam sekaligus membahas mengenai acara pertunangan yang akan dilakukan dalam waktu dekat, di kedua keluarga sudah sepakat jika pesta dilakukan sederhana karena Varka dan Rania akan melanjutkan pendidikan kembali."Jadi kesimpulannya, baik Varka maupun Rania udah sepakat untuk pertunangan dilakukan dalam waktu dekat kan?" tanya Gim.Rania dan Varka mengangguk."Baguslah, kalau begitu ini berlangsung dengan lancar. Besok kita mulai penyusunan acaranya, pesta dilakukan dalam tiga hari lagi karena jadwal cuti kalian yang sangat sedikit." tambah Kevin.Rania menoleh sekilas ke arah Varka sebelum ke ayahnya, "Sebaiknya acaranya gak perlu mewah, ini cuman pertunangan.""Aku juga setuju, nanti aja pas acara nikahan baru dibuat mewah gak apa-apa." tambah Varka.Kevin dan Gim tertawa pelan, "Ternyata anakmu gak sabar juga buat segera bikin acara nikahan." canda Gim.Rania sendiri tersenyum malu-malu mes
Keesokan harinya, Varka turun ke ruang meja makan dimana orang tua dan adiknya ada di sana. Dengan santai Varka menarik kursi di sebelah Zaline, bahkan Varka mengusap sekilas rambut adiknya."Ka, kita bahas yang semalam. Kamu beneran serius mengenai pertunangan kamu sama Rania?" tanya Kevin.Varka menoleh, "Iya.""Gak coba kamu pikirkan lagi?" tanya Liora.Varka menggeleng, "Gak, Mam. Aku udah bilang setuju sama Rania, masa aku tarik lagi ucapan itu. Memang kalian mau bahas lebih lanjut lagi mengenai kapan acaranya ke keluarga Rania?""Kalau kalian berdua udah setuju, pertunangan secepatnya dilakukan, baik itu kamu sama Rania bakalan balik untuk melanjutkan pendidikan, waktu kalian terbatas." ucap Kevin."Terserah papi aja deh." Varka meraih roti bakar dan mengolesnya dengan selai coklat.Selesai sarapan, Varka menghampiri motor hitamnya, membersihkan dari debu yang sekiranya menempel. Bagaimanapun motor ini yang menemani masa remajanya, jadi tidak akan Varka jual."Bro!"Varka menol
Mobil putih yang Varka kendarai tiba di depan rumah Rania, "Makasih ya udah bela-belain anterin sampai rumah." ucapnya.Varka mengangguk, "Lebih aman kalau aku yang anterin kamu pulang, udah sana masuk biar aku cepet balik."Rania terkekeh, "Oke, hati-hati." lalu Rania turun dari mobil Varka sebelum kendaraan itu mulai melaju pergi, dengan senyum manis terukir di bibir Rania, gadis itu berjalan masuk ke dalam rumahnya pada pukul sebelas malam.Ternyata kedua orang tuanya sudah menantikan kedatangan Rania pulang, mereka duduk di sofa ruang tamu melihat ke arah Rania dengan sorot mata yang sulit dijelaskan."Ada apa?" tanya Rania heran.Gim menarik pelan tangan putrinya untuk duduk, "Kamu udah bicara sama Varka, jawaban dia gimana?" ucapnya tanpa basa basi.Rania tiba-tiba memeluk Gim dengan erat, "Rania seneng banget, Pa. Varka setuju buat pertunangan dilakukan dalam waktu dekat." katanya antusias."Yang bener?" sahut Airin."Iya, Varka sendiri yang ngomong." jawab Rania serius."Jadi
Rania tercengang, lebih ke arah gak percaya kalau Varka bakalan ngomong kayak barusan. Seperti mendapatkan kebahagiaan melejit tinggi, Rania berbalik ke arah Varka tanpa ragu memeluknya dengan erat.Gak ada pembicaraan, Rania buru-buru melepaskan pelukan karena mereka sedang ada di tempat umum sekarang, beberapa orang bahkan melihatnya dengan pandangan aneh barusan, tapi Rania gak peduli."Kamu serius?""Iya, aku serius. Tapi seperti yang kamu tau, perasaan aku udah gak sama lagi kayak dulu, jadi kamu harus bantu untuk perbarui." jawab Varka.Rania terkekeh, "Kamu bikin orang salah paham gampang banget ya." ujarnya."Sebenarnya kamu lebih jago bikin orang salah paham," Varka meraih tangan Rania, "jadi kita sepakat untuk terima pertunangan itu kan?"Rania mengangguk, "Tapi aku masih kuliah di Aussie, aku cuman punya libur dua belas hari.""Aku juga sama, cuti cuman dua minggu sebelum balik ke Denmark. Jadi, sementara ini kita fokus dengan dengan tujuan awal, kamu jadi dosen dan aku jad
Keluarga Rania dan keluarga Varka sudah ada di tempat yang sama, beberapa tahun tidak bertemu tapi Rania masih saja mengagumi sosok Varka sampai sekarang, justru wajah cowok itu makin dewasa dan punya tubuh lebih kekar.Namun perbedaan yang sangat terasa adalah sorot matanya yang berbeda, mungkin karena terlalu lama gak ketemu, jadi Rania merasa gak nyaman dengan tatapan Varka. Padahal saat usianya dua puluh tahun dan orang tuanya mengatakan kalau cowok yang dipasangkan untuk Rania adalah Varka, gadis itu kelihatan senang sekali.Tapi sekarang ... rasanya ada yang salah."Tadinya, tahun kemarin kita kasih tau ke kamu soal perjodohan ini, tapi kamu masih ada di Eropa dan gak punya izin cuti, dan sekarang kamu ada di sini untuk mengetahui calon istri kamu di masa depan. Hubungan kalian udah cukup baik, jadi kita para orang tua sepakat untuk mengadakan pertunangan dalam waktu dekat sebelum Varka kembali ke Eropa." ucap Kevin.Sementara sekarang ini Varka menatap Rania, gadis itu punya ra