"Apa kamu lelah?" tanya Bai Changyi merasa khawatir ketika mendengar nafas istrinya yang semakin terengah-engah.
"Aku baik-baik saja," jawab Li Mei. "Apa tubuhmu benar-benar tidak masalah?" tanya Bai Changyi terlihat meragukan istrinya.Li Mei baru saja sadar dan bangun dari tempat tidurnya kemarin, tubuhnya masih lemah, tapi dia sudah bersikeras ingin pergi ke gunung hari ini. Hal ini tentu saja membuat Bai Changyi merasa khawatir."Tenanglah, kalau hanya segini, aku masih bisa," kata Li Mei. "Nah, aku akan mencoba mencari di sekitar sini, kamu pergilah berburu dulu." "Tapi …." Bai Changyi terlihat ragu, dia tidak ingin pergi meninggalkan Li Mei seorang diri."Kita tidak masuk terlalu dalam ke gunung. Aku pikir, kemungkinan hewan buas datang ke sini sangatlah kecil," kata Li Mei mencoba menenangkan suaminya. "Sudahlah, kamu cepat pergi berburu. Aku tidak ingin berada di sini sampai malam."Setelah beberapa saat berpikir, Bai Changyi akhirnya setuju. "Jangan pergi terlalu jauh. Carilah tanaman obat yang berada di sekitar sini saja. Aku akan kembali secepat yang aku bisa."Li Mei mengangguk dan menatap punggung suaminya yang berjalan semakin menjauh. Setelah itu, barulah dia mulai melayangkan pandangannya ke daerah sekitarnya. Matanya mencari-cari, berusaha menemukan tanaman herbal apapun yang bisa menghasilkan uang. Setelah beberapa jam mencari dan memetik tanaman herbal, Li Mei melirik ke dalam keranjang yang dibawanya dengan sedikit kecewa."Yah ... meskipun tidak banyak, setidaknya aku masih bisa menjual semua ini," desahnya pelan. Ternyata tidak semudah yang dibayangkannya!Tiba-tiba tatapan matanya terjatuh ke sebuah tanaman yang menarik perhatiannya."Jamur Lingzhi Salju?!" seru Li Mei terkejut. Bagus! Akhirnya dia menemukan sesuatu yang berharga! Jamur Lingzhi Salju bahkan jauh lebih berharga dari Jamur Lingzhi biasa.Li Mei mengeluarkan potongan kain dari dalam sakunya. Meskipun kain tersebut terlihat kusam, namun dia sudah mencucinya hingga bersih kemarin. Dengan hati-hati Li Mei membungkus jamur Lingzhi salju itu dan memasukkannya ke dalam keranjang. Ketika menoleh, matanya kembali terpaku ketika melihat sebuah tanaman."Bukankah itu Ginseng?!" serunya lagi. Dia berlari mendekati tanaman Ginseng yang terletak tidak jauh dari lokasinya."Sepertinya umurnya lebih dari seratus tahun!" Li Mei terpana saat melihat Ginseng itu. Tidak lama kemudian, Ginseng itu sudah terbungkus dengan aman juga di dalam keranjangnya."Istriku!"Li Mei menoleh ketika mendengar suara Bai Changyi yang berteriak mencarinya. Dia melambaikan kedua tangannya dengan penuh semangat.Bai Changyi bergegas berlari ke hadapannya dengan tangan yang terlihat penuh. Dia mendapatkan sepuluh ekor kelinci liar dan enam ekor ayam pengar."Wah! Banyak sekali," puji Li Mei."Hanya segini," balas Bai Changyi seraya menatap istrinya dengan lembut. "Aku tidak berani meninggalkanmu terlalu lama."Bai Changyi kemudian melirik ke dalam keranjang Li Mei dengan wajah penasaran, "dapat banyak?""Lumayan," jawab Li Mei. "Apa itu yang dibungkus?" tanya Bai Changyi saat melihat dua bungkusan di dalam keranjang."Jamur Lingzhi Salju dan Ginseng Seratus Tahun!" jawab Li Mei terlihat sangat senang."Sepertinya barang bagus?" Bai Changyi sama sekali tidak mengerti tanaman herbal. Namun saat melihat raut wajah istrinya, dia tahu kalau barang itu memiliki nilai."Kamu akan segera tahu besok!" kata Li Mei terdengar misterius."Baiklah. Aku jadi tidak sabar menunggunya," kata Bai Changyi lembut. "Apa kamu lapar? Sepertinya sudah waktunya makan siang. Bagaimana kalau kita membuat kelinci bakar? Aku hanya memerlukan bulunya untuk di jual. Kita bisa mengkonsumsi dagingnya untuk kita sendiri."Mendengar itu, Li Mei mengangguk. Mulutnya sudah dipenuhi air liur!***Pagi hari berikutnya, saat matahari bahkan belum terbit sepenuhnya. Li Mei dan Bai Changyi berjalan berdampingan menuju pintu masuk desa. Bai Changyi membawa bulu-bulu kelinci hasil buruannya dan juga lima ekor ayam pengar yang gemuk. Sedangkan Li Mei menggendong keranjang berisi tanaman herbal. Dia sudah memisahkan dan membungkus tanaman-tanaman itu dengan rapi berdasarkan jenisnya agar lebih praktis saat dijual."Apa kita akan jalan kaki sampai ke kota?" tanya Li Mei."Tidak. Itu akan membutuhkan waktu satu jam penuh kalau kita berjalan kaki menuju kota Shengcan," jawab Bai Changyi. "Kita akan menaiki gerobak sapi."Biasanya Bai Changyi selalu berjalan kaki ketika hendak pergi menjual hasil buruannya. Namun hari ini berbeda. Menaiki gerobak sapi memang tidak mengurangi terlalu banyak waktu, tapi tujuan utamanya adalah tidak mau membuat Li Mei kelelahan selama di perjalanan, oleh karena itu dia akan membawa Li Mei menaiki gerobak sapi."Apa kamu masih ada uang?" bisik Li Mei."Aku masih ada sisa satu tael perak. Biaya menaiki gerobak sapi hingga ke kota senilai sepuluh tembaga untuk satu orang, jadi kita masih akan memiliki sisa uang setelahnya," jawab Bai Changyi.Li Mei mengangguk setelah mendengar perkataan Bai Changyi. Sepulang dari kota, mereka akan membawa sejumlah uang, jadi dia tidak merasa khawatir dengan sisa uang yang dibawa Bai Changyi.Saat mereka sampai di pintu Desa Fanrong, terlihat sebuah kereta sapi yang sudah hampir penuh. Suasana di dalam kereta sapi seketika berubah sunyi ketika mereka melihat Li Mei dan Bai Changyi yang berjalan mendekat.Bai Changyi menggenggam tangan Li Mei lalu membantunya menaiki gerobak sapi. Setelah itu, barulah Bai Changyi menyusul naik dan duduk di sebelahnya."Sepertinya kamu sudah terlihat sehat," suara seorang wanita terdengar saat gerobak sapi mulai berjalan.Li Mei menoleh dan menatap seorang wanita yang sedang tersenyum ramah kepadanya. Bai Changyi mendekatkan bibirnya ke telinga Li Mei lalu berbisik pelan, "itu Nyonya Du.""Ah, iya, sudah cukup baik. Terima kasih atas perhatian Nyonya Du," jawab Li Mei."Dan ... hubungan kalian sepertinya sudah membaik? Baguslah, baguslah," suara wanita lain ikut terdengar menimpali pembicaraan mereka."Selama ini aku sudah gegabah," kata Li Mei. Dia lalu menoleh dan menatap Bai Changyi dengan tatapan lembut, "mulai sekarang aku akan menjaga Suamiku dengan baik."Wajah Bai Changyi merona merah saat mendengarnya mengatakan hal semesra itu di depan banyak orang."Ha! Ha! Ha! Baguslah! Baguslah! Memang seperti itu harusnya suami istri bersikap," suara tawa Nyonya Du terdengar nyaring. Semua orang mengangguk-anggukkan kepala mereka tanda setuju."Aih, kalian pasangan muda, selalu membuat wanita-wanita tua ini merasa iri," celetuk wanita lainnya, disertai derai tawa.Mereka mengobrol sepanjang jalan dan baru berhenti ketika gerobak sapi berhenti di depan gerbang kota."Jadi, kemana tujuan pertama kita?" tanya Li Mei."Kita jual hasil buruanku dulu, sehabis itu barulah kita menjual tanaman obatmu," kata Bai Changyi."Baiklah," jawab Li Mei setuju. "Apa kamu tahu dimana toko obat yang terkenal jujur di daerah sini?""Apa yang kamu maksud dengan 'ini'?" tanya Fu Lian santai."Lian'er, kamu tahu apa maksudku," jawab Wang Gongfai kesal. "Kabar sebesar ini, bagaimana aku tidak bisa mengetahuinya?"Fu Lian akhirnya berhenti berpura-pura. Dia menatap Wang Gongfai dengan wajah cemberut, "kamu sudah tahu aku menginginkan ini sejak lama, mengapa kamu tidak bisa mendukungku?"Wang Gongfai terpana dengan perkataan Fu Lian. Calon istrinya akan pergi untuk berperang, bagaimana dia akan mendukungnya?"Apa kamu bodoh? Bagaimana aku bisa melepaskanmu untuk pergi berperang?" tanya Wang Gongfai dengan 2 alis terangkat."Apa yang kamu khawatirkan? Semuanya akan baik-baik saja," kata Fu Lian mencoba menenangkannya."Lian'er." Wang Gongfai menarik tangan Fu Lian dan menariknya menjauh. Dia tidak ingin mereka menjadi pusat perhatian para pengawal yang ada di sekitar.Dun Ming berlari mengikuti di belakang mereka. Dia tidak menyangka Wang Gongfai akan berhenti tiba-tiba hingga membuatnya menabraknya."Yang Mulia, maafka
"Apa benar kamu Pangeran Pertama?" tanya Fu Lian ragu."Tentu saja! Untuk apa aku berbohong?" celetuk Wang Gongfai kesal.Fu Lian menatap Wang Gongfai selama beberapa saat lalu menganggukkan kepalanya, "baiklah. Aku akan mengantarmu.""Bagus, bagus," kata Wang Gongfai senang. Dia lalu berjalan di samping Fu Lian dan mengikuti langkahnya. Dia berkali-kali mencuri pandang ke arah Fu Lian."Berhenti menatapku," kata Fu Lian kesal.Wang Gongfai hanya menggaruk pelan kepalanya yang tidak terasa gatal. Dia hanya mengagumi kecantikan Fu Lian, mengapa dia harus merasa terganggu?Sesosok tubuh besar berwarna putih tiba-tiba mendarat di depan keduanya. Senyuman mengembang di wajah Fu Lian sedangkan Wang Gongfai tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya."Xiao Lang!" Fu Lian bergegas menubruk tubuh besar Xiao Lang."Wow! Apakah dia benar-benar Xiao Lang?" Wang Gongfai merasa sangat k
Kediaman Adipati Qiang terlihat begitu meriah hari ini. Beberapa tamu undangan berjalan memasuki kediaman Adipati Qiang dengan pakaian terbaiknya.Li Mei terlihat cantik dengan balutan hanfu berwarna biru tua. Tidak jauh darinya, terlihat Fu Changyi yang menggunakan baju dengan warna senada. Fu Xingshen yang berada di sebelah Fu Changyi juga terlihat menggunakan baju berwarna biru gelap. Ketiganya terlihat sibuk menyambut para tamu.Hari ini mereka sedang merayakan hari ulang tahun Fu Lian dan Fu Huanran yang ke-10. Tidak ada seorangpun tamu yang tidak datang. Mereka semua ingin menjalin hubungan yang baik dengan keluarga Adipati Qiang.Tiba-tiba, Li Mei melihat Nuannuan berjalan dengan panik ke arahnya. Dia segera menoleh ke beberapa orang tamu wanita yang sedang mengelilinginya, "Nyonya-nyonya, maafkan aku. Aku harus pergi untuk melihat persiapan Putriku.""Tidak apa-apa, kamu tidak perlu tergesa-gesa," kata Nyonya Lin, istri Perdana Menteri Yan."Kami tahu betapa repotnya mempersia
8 orang preman mengelilingi 3 orang anak kecil. Fu Huanran merasa sangat ketakutan, dia hampir menangis.Fu Lian menggertakkan giginya, "minggir! Apa kalian tidak takut seseorang akan datang dan menghukum kalian?"Kedelapan preman itu saling memandang ketika mendengar perkataan Fu Lian lalu tertawa terbahak-bahak. Setelah beberapa saat, Erzhu berkata pada mereka, "siapa yang akan menemukan kami? Tidak akan ada yang tahu!"Tiba-tiba Fu Lian menerjang ke arah Erzhu. Dia mengangkat kakinya tinggi lalu menendang tepat di titik vital Erzhu.Kedua mata Erzhu membola sempurna saat suara lengkingan terdengar dari mulutnya, "ah!"Ketujuh orang lainnya langsung memegangi alat vital mereka masing-masing dan menatap Erzhu dengan ngeri. Mereka yakin itu pasti sangat menyakitkan. Atau bahkan mungkin, hancur? Baiklah, sepertinya mereka harus membuat acara perpisahan yang layak untuk masa depan Erzhu yang baru saja hilang."Anak kecil brengsek!" Dafu, yang sebelumnya dipanggil dengan sebutan kakak ke
"Aku sudah kenyang!" kata Fu Lian. Dia mendorong mangkuknya yang sudah kosong menjauh."Aku juga sudah selesai," kata Fu Huanran. "Kalau begitu ayo kita pulang."Ketiganya meninggalkan meja dan pergi menghampiri Ming Feng, "Paman Ming, kami sudah selesai." Setelah itu, Fu Lian mengeluarkan. 1 tael perak lalu memberikannya kepada Ming Feng."Sudah selesai? Apa kalian akan langsung pulang?" tanya Ming Feng khawatir. Dia melihat ke arah jalanan tapi tidak bisa menemukan Ming Shao."Ya, Paman. Kamu tidak perlu khawatir," kata Fu Lian seraya tersenyum manis."Tunggu sebentar, biar aku memberimu kembaliannya," kata Ming Feng. Dia berencana mengulur-ngulur waktu hingga seseorang dari kediaman Adipati Qiang datang."Tidak perlu. Paman bisa menyimpannya," kata Fu Lian. Dia segera berbalik lalu menyeret kedua saudaranya pergi."Ah, ah, bagaimana bisa seperti itu?" tanya Ming Feng panik. Dia hendak mengejar ketiga anak itu, namun sayangnya mereka terlalu gesit. "Celaka! Celaka! Mereka tidak perg
"Haohao! Haohao!" Suara bisikan dari balik bebatuan taman mengusik Fu Hao. Anak laki-laki berusia 3 tahun itu menoleh dan melihat kedua kakak kembarnya sedang bersembunyi di antara bebatuan. Setelah beberapa saat, Fu Hao berjalan menghampiri keduanya."Ada apa?" tanya Fu Hao datar.Fu Lian segera menariknya untuk bersembunyi di balik bebatuan. Dia menatap buku-buku yang ada di tangan Fu Hao, "apa yang akan kamu lakukan dengan buku-buku membosankan itu?"Tentu saja pergi belajar. Bukankan Guru Jiang akan segera datang?" tanya Fu Hao tanpa berekpresi.Fu Lian menghela nafas panjang, "untuk apa kita pergi belajar? Aku sangat bosan. Lebih baik kita pergi berjalan-jalan!"Fu Huanran terlihat gelisah ketika mendengar perkataan Fu Lian. Ini bukan pertama kalinya saudara kembarnya mengajaknya untuk bolos belajar. Fu Lian selalu suka menyeret Fu Huanran dan Fu Hao pergi bermain di area perkotaan atau pegunungan untuk mencari buah-buahan liar."Lian'er, kalau Ibu mengetahuinya, dia akan memukul