Li Mei terbangun dan menyadari bahwa dia tidak sedang berada di rumahnya. Di mana ini? Bukankah tadi dia terjatuh dari tangga? Kenapa dia tidak berada di rumah sakit dan malah berada di dalam rumah reyot seperti ini? Dan … siapa pula laki-laki tampan yang tidur di sebelahnya ini? "Kalau kamu sudah tidak tahan dengan pernikahan kita, tunggulah beberapa hari lagi. Aku pasti akan menceraikanmu. Jangan berusaha bunuh diri lagi," ucap Bai Changyi menatapnya dengan muram. Bercerai? Kenapa dia mau bercerai dari suami yang tampan seperti ini? Bai Chanyi menatapnya dengan kebingungan? Bukankah perceraian adalah hal yang paling Li Mei inginkan selama ini? "Aku tidak ingin bercerai, aku hanya ingin menjadi kaya!" Bisakah Li Mei mewujudkan impiannya untuk menjadi seorang pengusaha kaya di era kuno bersama suaminya? IG : @summerrainwriter FB : Summer Rain
View More"Tidak! Li Mei!"
Suara itu adalah suara terakhir yang didengarnya. Kesadarannya mulai menghilang, dia hanya bisa merasa tubuhnya melayang dan jatuh ke kegelapan yang tak berujung.Entah sudah berapa lama dia dalam kondisi seperti itu.Setelah kesunyian yang panjang, mendadak sayup-sayup mulai terdengar suara dua orang pria berbicara tidak jauh darinya. Awalnya suara itu tidak terdengar jelas, namun perlahan kupingnya mulai bisa menangkap apa yang sedang mereka bicarakan."Dia sudah baik-baik saja sekarang, kamu tidak perlu khawatir lagi. Masa-masa kritisnya sudah terlewati. Selama demamnya bisa turun, dia akan bisa segera pulih," ucap seseorang yang suaranya terdengar seperti pria yang sudah berumur cukup tua."Terima kasih banyak, Tabib Lu," suara pria lainnya terdengar menghembuskan nafas lega. "Ah, dan ini untuk biaya pengobatannya.""Baik, baik. Kalau begitu aku pergi dulu. Jangan lupa untuk menyuapinya obat yang sudah aku racik tadi. Meskipun dia belum sadar, kamu harus berusaha membuatnya meminumnya," pesan seseorang yang dipanggil Tabib Lu itu."Tabib Lu tidak perlu khawatir."Setelah itu, tidak ada pembicaraan lagi, hanya ada suara langkah kaki yang menjauh.Li Mei merasakan kepalanya berdenyut sakit. Dia berusaha membuka matanya namun tidak bisa. Matanya terasa berat dan sekujur tubuhnya terasa sangat panas.'Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah aku masih selamat setelah jatuh dari tempat setinggi itu?' desah Li Mei di dalam hatinya.Hal terakhir yang diingatnya adalah saat dirinya didorong oleh sahabatnya sendiri dari atas tangga rumahnya karena memergoki sahabatnya sedang mencuri. Apakah saat ini dia sedang berada di rumah sakit? Tapi kenapa orang tadi dipanggil dengan sebutan tabib, bukan dokter?Li Mei masih berusaha menyadarkan dirinya, namun dia tetap tidak berhasil. Tiba-tiba, dia merasakan sebuah tangan besar yang hangat menyentuh pipinya."Dasar bodoh," bisik pria itu seraya membelai lembut pipinya.Sudah dua hari Li Mei tidak sadarkan diri, tapi dia tetap bisa merasakan obat yang hangat mengaliri tenggorokannya setiap hari. Dia juga bisa merasakan belaian lembut tangan seorang pria yang terasa kasar. Sangat jelas kalau pemilik tangan itu adalah seorang pekerja keras.Tapi ... siapa dia? Kenapa dia mau menjaga Li Mei? Dia tidak merasa memiliki keluarga atau teman dekat seperti laki-laki ini. Setelah kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan ketika dia kecil, dia hanya hidup berdua dengan kakeknya. Dan kakeknya telah meninggal dua tahun yang lalu. Di hari ketiga, Li Mei akhirnya bisa membuka matanya. Dia berusaha untuk menyesuaikan matanya dengan sinar redup di sekitarnya. Saat matanya akhirnya bisa melihat dengan jelas, dia hampir saja memekik kaget karena melihat seorang pria tertidur pulas di sampingnya. Li Mei segera menutup mulutnya rapat-rapat dengan kedua tangannya, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan dan menatap wajah pria tersebut lekat-lekat.Wajah pria itu terlihat sangat tampan. Rahangnya kokoh, alis matanya seperti dilukis dengan hati-hati. Kulitnya yang kecoklatan menandakan dia adalah orang yang sering bekerja di bawah sinar matahari. Tubuhnya tinggi dan kekar. Hidungnya lancip, dan bibirnya tipis. Sangat tampan! Sebenarnya laki-laki di sampingnya ini termasuk pria yang sesuai dengan tipe idaman Li Mei. Dia bahkan sangat yakin kalau saja laki-laki ini hidup di tempatnya berasal, dia bisa menjadi seorang idola besar!Li Mei menatap ke sekitarnya. "Tempat apa ini? Kenapa semua perabotan terlihat usang?" gumamnya pelan.Selain ranjang yang mereka pakai, hanya ada lemari, dan juga sebuah meja dengan empat kursi. Di sudut lain ada sebuah ruangan kecil, dan kalau dilihat sekilas, itu sepertinya adalah dapur mereka.Tapi … apa-apaan dengan gaya baju yang dipakai dirinya dan laki-laki ini? Kenapa seperti baju-baju yang biasa dia lihat di drama-drama kolosal? Bedanya hanyalah, baju mereka indah, sedangkan baju Li Mei dan laki-laki di sebelahnya penuh dengan tambalan.Seakan menyadari sesuatu, Li Mei membeku.Jangan bilang dia melintasi waktu dan datang ke jaman kuno seperti di novel-novel yang biasa dia baca? Apakah dirinya yang asli di jaman modern sudah mati? Bisakah dia kembali ke tempatnya berasal? Setelah terdiam dan berpikir selama beberapa saat, dia akhirnya menghela nafas panjang.Dia sudah datang ke zaman ini. Lagi pula dia tidak memiliki keluarga di kehidupannya sebelumnya, bahkan sahabatnya jugalah yang telah membunuhnya. Jadi, tidak akan ada orang yang merasa sedih dengan kematiannya. Dia juga tidak memiliki jalan untuk kembali, berarti mau tidak mau dia harus mencoba bertahan hidup di dunia ini.Tiba-tiba, mata laki-laki di depannya terbuka. Li Mei menoleh dan menatap laki-laki yang tidak dapat menyembunyikan sorot mata yang penuh dengan kekhawatiran itu."Apakah kamu baik-baik saja? Apa masih ada bagian yang terasa sakit?" tanyanya seraya duduk di atas tempat tidur.Li Mei hanya menatapnya dalam diam. Dia tidak bergeming. Sejujurnya, dia merasa sedikit bingung bagaimana harus bereaksi. "Siapa kamu?" tanya Li Mei dengan suara yang serak.Wajah laki-laki di depannya langsung berubah muram, "apa ini salah satu caramu untuk meminta bercerai dariku lagi?"Li Mei kembali tertegun. Ternyata laki-laki di hadapannya ini adalah suaminya? Sekarang semuanya terasa masuk akal kenapa mereka bisa tidur seranjang. "Bukan begitu, hanya saja ... aku merasa sedikit linglung saat ini," ujar Li Mei berusaha mencari alasan.Laki-laki itu mengerutkan keningnya dalam-dalam dan menatap Li Mei dengan tatapan menyelidik. Setelah beberapa saat, dia baru merasa yakin kalau Li Mei sedang tidak berbohong. Dia menghela nafas panjang sebelum akhirnya menjelaskan kepada Li Mei."Namamu adalah Li Mei. Aku menemukanmu tergeletak pingsan di saat aku pergi ke gunung tiga bulan yang lalu. Setelah itu aku membawamu pulang. Kamu tidak mengingat apapun kecuali namamu. Agar bisa merawatmu dan menjagamu, akhirnya kita menikah."Li Mei berusaha menyerap informasi yang baru saja diterimanya. Rupanya nama gadis ini juga sama dengan namanya, Li Mei. "Lalu, siapa kamu? Ini dinasti apa?" tanya Li Mei lagi."Namaku Bai Changyi, suamimu. Kita hidup di Dinasti Xing, di Desa Fanrong."Li Mei kembali mengerutkan alisnya. Dinasti Xing? Kenapa dia tidak pernah mendengar nama dinasti ini sebelumnya? Sepertinya dinasti ini tidak tercatat di dalam buku sejarah."Istriku," Bai Changyi kembali memanggilnya dan menatapnya dengan tatapan serius. "Kalau kamu ingin bercerai, tunggulah beberapa hari lagi. Aku akan berusaha mengumpulkan uang dari hasil berburu terlebih dahulu. Setelah itu kamu bisa membawa uang itu untuk memenuhi kebutuhanmu sementara waktu. Kalau kamu memberitahuku di mana kamu akan tinggal setelah kita bercerai, aku akan tetap memberimu uang agar kamu tetap bisa menyambung hidup. Jadi, tolonglah berjanji, jangan pernah berusaha bunuh diri lagi, ya?""Bunuh diri? Siapa? Aku?" tanya Li Mei terkejut seraya menunjuk dirinya sendiri.Li Mei tertegun ketika mendengar ucapan Bai Changyi. Dia tiba-tiba merasa pemilik tubuh ini sangat bodoh. Kenapa dia mau berpisah dengan laki-laki sebaik dan setulus ini? Dan, ehm ... setampan ini? Li Mei bahkan tidak pernah melihat seorang laki-laki yang bersikap tulus seperti pria ini di zaman modern."Aku …." Baru saja Li Mei ingin mengucapkan sesuatu, tiba-tiba perutnya berbunyi dengan sangat keras. Li Mei merasa sangat malu hingga dia menundukkan kepalanya dengan canggung."Ah, kamu pasti lapar setelah tiga hari tidak sadarkan diri. Sebentar, aku akan segera mengambilkan minuman dan makanan dari dapur," kata Bai Changyi seraya turun dari ranjang.Tidak lama kemudian, Bai Changyi keluar dari dapur dan membawa semangkuk bubur putih di tangan kanannya dan segelas air hangat di tangan kirinya. Dia menyerahkannya kepada Li Mei lalu berkata dengan lembut, "aku tahu kamu tidak menyukainya, tapi kamu baru saja sadar setelah tiga hari tidak sadarkan diri. Jadi, makanlah.""Terima kasih," Li Mei menerima gelas dan mangkuk bubur seraya tersenyum dengan lembut. Perutnya memang sudah tidak terisi selama tiga hari, semangkuk bubur putih adalah makanan yang paling pas untuknya.Bai Changyi tertegun. Dia merasa sangat kaget ketika melihat senyum lembut di wajah Li Mei. Kapan dia pernah melihat senyuman di wajah cantik Li Mei? Tentu saja tidak pernah! Jadi ini adalah kali pertama dia melihat senyumannya yang sangat mempesona."Begini … aku …." Perkataannya Li Mei kembali terpotong. Kali ini oleh suara seorang wanita yang berteriak dari luar."Bai Changyi! Keluarlah!""Apa yang kamu maksud dengan 'ini'?" tanya Fu Lian santai."Lian'er, kamu tahu apa maksudku," jawab Wang Gongfai kesal. "Kabar sebesar ini, bagaimana aku tidak bisa mengetahuinya?"Fu Lian akhirnya berhenti berpura-pura. Dia menatap Wang Gongfai dengan wajah cemberut, "kamu sudah tahu aku menginginkan ini sejak lama, mengapa kamu tidak bisa mendukungku?"Wang Gongfai terpana dengan perkataan Fu Lian. Calon istrinya akan pergi untuk berperang, bagaimana dia akan mendukungnya?"Apa kamu bodoh? Bagaimana aku bisa melepaskanmu untuk pergi berperang?" tanya Wang Gongfai dengan 2 alis terangkat."Apa yang kamu khawatirkan? Semuanya akan baik-baik saja," kata Fu Lian mencoba menenangkannya."Lian'er." Wang Gongfai menarik tangan Fu Lian dan menariknya menjauh. Dia tidak ingin mereka menjadi pusat perhatian para pengawal yang ada di sekitar.Dun Ming berlari mengikuti di belakang mereka. Dia tidak menyangka Wang Gongfai akan berhenti tiba-tiba hingga membuatnya menabraknya."Yang Mulia, maafka
"Apa benar kamu Pangeran Pertama?" tanya Fu Lian ragu."Tentu saja! Untuk apa aku berbohong?" celetuk Wang Gongfai kesal.Fu Lian menatap Wang Gongfai selama beberapa saat lalu menganggukkan kepalanya, "baiklah. Aku akan mengantarmu.""Bagus, bagus," kata Wang Gongfai senang. Dia lalu berjalan di samping Fu Lian dan mengikuti langkahnya. Dia berkali-kali mencuri pandang ke arah Fu Lian."Berhenti menatapku," kata Fu Lian kesal.Wang Gongfai hanya menggaruk pelan kepalanya yang tidak terasa gatal. Dia hanya mengagumi kecantikan Fu Lian, mengapa dia harus merasa terganggu?Sesosok tubuh besar berwarna putih tiba-tiba mendarat di depan keduanya. Senyuman mengembang di wajah Fu Lian sedangkan Wang Gongfai tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya."Xiao Lang!" Fu Lian bergegas menubruk tubuh besar Xiao Lang."Wow! Apakah dia benar-benar Xiao Lang?" Wang Gongfai merasa sangat k
Kediaman Adipati Qiang terlihat begitu meriah hari ini. Beberapa tamu undangan berjalan memasuki kediaman Adipati Qiang dengan pakaian terbaiknya.Li Mei terlihat cantik dengan balutan hanfu berwarna biru tua. Tidak jauh darinya, terlihat Fu Changyi yang menggunakan baju dengan warna senada. Fu Xingshen yang berada di sebelah Fu Changyi juga terlihat menggunakan baju berwarna biru gelap. Ketiganya terlihat sibuk menyambut para tamu.Hari ini mereka sedang merayakan hari ulang tahun Fu Lian dan Fu Huanran yang ke-10. Tidak ada seorangpun tamu yang tidak datang. Mereka semua ingin menjalin hubungan yang baik dengan keluarga Adipati Qiang.Tiba-tiba, Li Mei melihat Nuannuan berjalan dengan panik ke arahnya. Dia segera menoleh ke beberapa orang tamu wanita yang sedang mengelilinginya, "Nyonya-nyonya, maafkan aku. Aku harus pergi untuk melihat persiapan Putriku.""Tidak apa-apa, kamu tidak perlu tergesa-gesa," kata Nyonya Lin, istri Perdana Menteri Yan."Kami tahu betapa repotnya mempersia
8 orang preman mengelilingi 3 orang anak kecil. Fu Huanran merasa sangat ketakutan, dia hampir menangis.Fu Lian menggertakkan giginya, "minggir! Apa kalian tidak takut seseorang akan datang dan menghukum kalian?"Kedelapan preman itu saling memandang ketika mendengar perkataan Fu Lian lalu tertawa terbahak-bahak. Setelah beberapa saat, Erzhu berkata pada mereka, "siapa yang akan menemukan kami? Tidak akan ada yang tahu!"Tiba-tiba Fu Lian menerjang ke arah Erzhu. Dia mengangkat kakinya tinggi lalu menendang tepat di titik vital Erzhu.Kedua mata Erzhu membola sempurna saat suara lengkingan terdengar dari mulutnya, "ah!"Ketujuh orang lainnya langsung memegangi alat vital mereka masing-masing dan menatap Erzhu dengan ngeri. Mereka yakin itu pasti sangat menyakitkan. Atau bahkan mungkin, hancur? Baiklah, sepertinya mereka harus membuat acara perpisahan yang layak untuk masa depan Erzhu yang baru saja hilang."Anak kecil brengsek!" Dafu, yang sebelumnya dipanggil dengan sebutan kakak ke
"Aku sudah kenyang!" kata Fu Lian. Dia mendorong mangkuknya yang sudah kosong menjauh."Aku juga sudah selesai," kata Fu Huanran. "Kalau begitu ayo kita pulang."Ketiganya meninggalkan meja dan pergi menghampiri Ming Feng, "Paman Ming, kami sudah selesai." Setelah itu, Fu Lian mengeluarkan. 1 tael perak lalu memberikannya kepada Ming Feng."Sudah selesai? Apa kalian akan langsung pulang?" tanya Ming Feng khawatir. Dia melihat ke arah jalanan tapi tidak bisa menemukan Ming Shao."Ya, Paman. Kamu tidak perlu khawatir," kata Fu Lian seraya tersenyum manis."Tunggu sebentar, biar aku memberimu kembaliannya," kata Ming Feng. Dia berencana mengulur-ngulur waktu hingga seseorang dari kediaman Adipati Qiang datang."Tidak perlu. Paman bisa menyimpannya," kata Fu Lian. Dia segera berbalik lalu menyeret kedua saudaranya pergi."Ah, ah, bagaimana bisa seperti itu?" tanya Ming Feng panik. Dia hendak mengejar ketiga anak itu, namun sayangnya mereka terlalu gesit. "Celaka! Celaka! Mereka tidak perg
"Haohao! Haohao!" Suara bisikan dari balik bebatuan taman mengusik Fu Hao. Anak laki-laki berusia 3 tahun itu menoleh dan melihat kedua kakak kembarnya sedang bersembunyi di antara bebatuan. Setelah beberapa saat, Fu Hao berjalan menghampiri keduanya."Ada apa?" tanya Fu Hao datar.Fu Lian segera menariknya untuk bersembunyi di balik bebatuan. Dia menatap buku-buku yang ada di tangan Fu Hao, "apa yang akan kamu lakukan dengan buku-buku membosankan itu?"Tentu saja pergi belajar. Bukankan Guru Jiang akan segera datang?" tanya Fu Hao tanpa berekpresi.Fu Lian menghela nafas panjang, "untuk apa kita pergi belajar? Aku sangat bosan. Lebih baik kita pergi berjalan-jalan!"Fu Huanran terlihat gelisah ketika mendengar perkataan Fu Lian. Ini bukan pertama kalinya saudara kembarnya mengajaknya untuk bolos belajar. Fu Lian selalu suka menyeret Fu Huanran dan Fu Hao pergi bermain di area perkotaan atau pegunungan untuk mencari buah-buahan liar."Lian'er, kalau Ibu mengetahuinya, dia akan memukul
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments