Setelah sore yang hangat itu, Elmer mengirimkan kasur busa tebal, sebuah almari, alat untuk memasak nasi dan perabot memasak lainnya, juga makanan yang berlimpah membuat seluruh penghuni kost sangat senang. Terutama Vita. Gadis itu seperti sangat beruntung telah mengenal Lena. Karena ke esokan harinya, sebuah mobil mewah lengkap dengan sopirnya siap mengantar jemput mereka.
"Tuan muda kenapa melakukan semua ini?" tanya Lena pertama kali saat Elmer mengangkat ponselnya.
Bahkan lelaki muda itu juga meninggalkan sebuah ponsel mahal padanya.
"Hubungi aku jika kamu butuh bantuan. Jangan pernah matikan ponsel dan membuatku panik." Ucapan pria itu seperti sebuah perintah yang harus mau tidak mau ditaati oleh Lena."Karena aku tahu, kamu pasti menolak saat aku menawarkanmu rumah yang layak atau sebuah apartemen," jawab suara di ujung sana.
Kembali, hati Lena berdesir hangat. "Tapi ini terlalu berlebihan, Tuan. Kamar ini dirancang sederhana deng
Alena mendesah kasar saat melihat Kai datang lagi dan melihat-lihat sepatu. Ia mundur ke belakang agar tidak terlihat oleh laki-laki itu. Seorang temannya maju dan menyapa Kai dengan ramah."Ada yang bisa saya bantu, Kak?""Gadis yang kemarin melayani aku dimana?" tanya Kai sambil mengedarkan pandang ke sekeliling.Raut wajah gadis itu langsung masam ketika pria tampan dan tajir itu hanya mencari Alena.”Noh, lu dicari," sengaknya terlihat sekali tak suka.Lena menarik napas panjang dan mendekati Kakak iparnya itu dengan terpaksa. Ia hanya diam berdiri dan bergeming tanpa mengucap sepatah kata pun di sampingnya.Kaindra menoleh dan sesaat menatap wajah masam Alena. "Apa pantas seorang pelayan toko dengan wajah ga enak gitu di pandang.""Lalu mau Tuan apa? Kenapa datang lagi ke sini?""Ya aku mau beli sepatu. Emang mau makan?"Gadis itu meliriknya jengah. Ia mengekor di belakang Kaindra yang berjalan sambil meli
Sorot mata tajam penuh kebencian dan penyesalan itu menyorot gadis di hadapannya yang duduk santai dan tak acuh."Jangan menatapku seperti itu, Papi. Aku merasa risih dengan kebencianmu," ucap Vena, tapi sikapnya tidak menampakkan sopan atau pun rasa bersalah sama sekali."Aku tidak menyangka kamu lebih licik dari Seno." Tuan Dhanu menggeleng pelan dengan raut menyesal.Avena tertawa nyaring. "Dulu … Papi pernah berkata padaku, bahwa seorang anak adalah peniru ulung. Dan apakah Elmer juga tidak meniru Papi saat muda dulu?""Tutup mulutmu! Jangan bawa putraku dalam masalah kita!" pekik pria paruh baya itu, kini benar-benar murka.Vena menarik sudut bibirnya ke atas dan tersenyum sinis menanggapi kemarahan pria tua itu. "Jelas ada hubungan Elmer dengan masalah kita, Papi. Karena Elmer lah kunci dari semua masalah ini. Jika bukan karena Elmer … aku tidak akan pernah mengkhianati Papi," pungkas Vena dengan wajah sedikit send
Toko sepatu tampak lebih ramai dari hari biasanya. Semua orang sibuk melayani pelanggan. Alena sedang menunjukkan sebuah heels pada seorang wanita, ketika Kaindra kembali datang. Tapi, kali ini laki-laki itu hanya diam tanpa memilih-milih sepatu seperti biasanya."Setelah pulang nanti, aku ingin bicara denganmu," ujar Kai setelah dilihatnya Lena selesai dengan wanita tadi.Hari mulai larut, saat Lena keluar dari tempat kerjanya. Ia terkejut ketika melihat Kai sengaja menunggunya dengan menyandarkan tubuhnya di mobil."Masuklah." Pria itu membuka pintu mobil, tapi Alena menggeleng, menolaknya."Kenapa?""Kita bicara di sini saja, Tuan." Tegas gadis itu."Kita bicara sambil aku mengantarmu pulang," sahut Kai datar.Kembali, Lena menggeleng. Ia sebenarnya takut jika Elmer melihatnya bersama sang Kakak. Ia sangat menjaga perasaan kekasihnya itu.Kaindra mendesah kasar, dengan sikap keras kepala Lena. "Apa Elmer
Alena menggeliat dan mengerjapkan matanya. Bau minyak angin menyeruak indra penciumannya. Sesaat ia bingung berada dimana. Namun, sedetik kemudian ia tersadar dan menyadari tentang sesuatu. Ia melompat bangun, membuat Doni yang duduk di bangku kayu tidak jauh darinya terlonjak kaget."Tuan …." Lena menatap Doni yang menatapnya dengan gamang.Gadis itu beringsut bangun dan mendekati Doni, lalu bersimpuh di hadapannya."Nona … Nona jangan seperti ini." Doni panik dengan sikap Lena yang tiba-tiba aneh."Bang … aku mohon, ceritakan tentang Tuan muda." Ia mendongak menyorot Doni dengan mata berkabut yang sewaktu-waktu bisa luruh.Doni gelagapan dan tidak tahu harus bicara apa."Aku mohon, Bang," lirih Lena membuat hati Doni mencelos."Kenapa Anda tidak bertanya langsung pada Tuan Elmer?" Sebuah suara terdengar dari arah belakang.Randy sudah berdiri di depan pintu dengan ekspresi datar, saa
Pagi yang indah dengan mentari bersinar cerah. Dua orang sejoli duduk sarapan di pinggir danau. Terdengar suara canda tawa mereka. Randy dan Doni mengamati mereka dari atas dengan tersenyum. Ada selarik bahagia dalam hati mereka melihat binar bahagia dari sorot mata Elmer."Aku bisa dipecat jika siang ini tidak berangkat kerja." Lena setengah merajuk."Aku memang akan membuatmu dipecat," sahut Elmer tak acuh sambil menyuap sesendok nasi goreng."Hei, Tuan muda. Kalau aku tidak kerja, bagaimana aku bisa makan." Ia memasang wajah ditekuk membuat Elmer tertawa geli dan gemas."Kamu bisa bekerja padaku. Aku akan menggajimu sepuluh kali lipat.""Tapi aku tidak mau," sahut Lena sambil membuang muka."Kamu tidak mau?" Dahi Elmer mengernyit."Kalau aku kerja bersama kamu, sama aja aku makan gaji buta. Dan itu akan membuatku semakin malas," cebiknya.Suara tawa Elmer membahana mendengar ucapan kekasihnya. Ia menatap penuh
Reta berjalan cepat menuju ruang keluarga membawa sebuah nampan berisi teh melati. Tampak Nyonya Merry sangat gelisah dengan berjalan mondar-mandir.Reta yang mengerti akan kegundahan sang majikan, segera menuangkan teh pada sebuah cangkir porselen."Di minum dulu, Nyonya. Wangi teh melati akan membuat pikiran kita fresh.""Iya, aku tahu, Reta. Diamlah," hardiknya dan seketika wanita mendekati paruh baya itu bungkam.Berkali, Nyonya Merry menatap layar ponsel yang dari tadi berada dalam genggamannya. "Kenapa putraku tidak mau sama sekali mengangkat telepon? Apa dia juga marah padaku, Reta?" Ia menoleh pada kepala pelayannya yang masih diam."Sejak ia berkelahi dengan Kai, seminggu yang lalu, Elmer tak pernah pulang sama sekali. Bahkan dia juga tidak mau mengangkat telepon dariku. Apa dia marah, Reta?""Lalu di mana dia sekarang? Di villa juga tidak ada. Tinggal dimana putra bungsuku itu, Reta." Sekali lagi dia menoleh pada sang k
Bibir Elmer menyusuri leher jenjang Lena. Napasnya mulai terengah. Entah sejak kapan, tapi kancing kemeja gadis itu sudah terbuka menampilkan dua gundukan kenyal yang dibalut bra warna biru, membuat Elmer semakin mendesah. Ia meraih pengait bra dan tersembul lah dua gundukan indah itu. Ia menjilat dan mengisapnya membuat Lena mendesah.Napas gadis itu mulai terengah, terlebih tangan Elmer mulai meremasnya lembut. Entah apa yang terjadi pada Lena kali ini.Selama ini, ia selalu menjaga dirinya sebaik mungkin. Tapi, dihadapan Elmer, ia seperti terlena dan menikmati setiap sentuhan laki-laki itu.Apakah memang cinta segila ini? Apakah benar, saat orang jatuh cinta, maka logika akan terlupakan begitu saja?"Tuan …." Lena mengerang. Ia menggigit bibirnya karena merasakan sebuah sensasi yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.Elmer melepaskan isapannya dan mendongak, menatap sayu pada Lena."Aku janji hanya sampai sin
"Sudah siap semuanya?" Elmer memandang pada beberapa seserahan yang dihias dengan cantik."Sudah, Tuan." Randy dan Doni serempak mengangguk.Elmer menggandeng tangan Lena menuju mobil. Sekitar tiga mobil, yang berisi semua anak buah Randy, mulai meninggalkan villa dua lantai tersebut.Sepanjang perjalanan, Lena selalu menggelayut manja pada Elmer. Dan berkali pula, ia tidur di lengan lelaki itu.Membutuhkan waktu kurang lebih sembilan jam, perjalanan mereka. Iring-iringan mobil mulai masuk kota Yogyakarta."Sayang … bangun. Kita sudah sampai." Lembut suara Elmer membangunkan kekasihnya.Lena mengucek matanya dan kaget melihat jalanan. "Lhoh, ini bukannya Yogya? Rumahku 'kan bukan di kota ini," protesnya."Iya. Tapi, tidak mungkin kita pulang ke rumahmu. Anak buah Seno pasti selalu mengawasi rumahmu.""Terus kita mau kemana?""Diamlah dan ikuti perintahku." Elmer menggigit gemas bibir Lena. "Kam