PELUKAN BERDARAH

PELUKAN BERDARAH

last updateLast Updated : 2025-09-15
By:  AyuwineCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
80Chapters
675views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Seorang gadis bernama Nayla kehilangan seluruh keluarganya dalam satu malam karena dibantai oleh sekelompok pria utusan rentenir kejam bernama Surya Mahendra. Nayla kecil selamat karena disembunyikan oleh ibunya di atas lemari. Trauma dan dendam yang mengakar dalam membuat Nayla bersumpah untuk kembali dan membalas semuanya. Bertahun-tahun kemudian, Nayla kembali dengan wajah baru dan rencana sempurna. Ia mendekati Arya, putra Surya Mahendra, tanpa peduli bahwa Arya sudah memiliki istri. Nayla menjadi orang ketiga, menggoda Arya, menghancurkan rumah tangganya, dan perlahan masuk ke dalam lingkungan keluarga Mahendra. Di balik senyumnya yang lembut, Nayla menyusun balas dendam berdarah satu per satu.

View More

Chapter 1

BERSEMBUNYI DI ATAS LEMARI

Suasana malam mencekam.

Dari luar, suara dobrakan keras terdengar menghantam pintu kamar. Wajah sang ibu dipenuhi kepanikan, apalagi saat matanya menangkap tubuh suaminya yang telah terbujur kaku di halaman tertembak para rentenir yang tak kenal ampun.

Kini, hanya ia dan putrinya yang masih berumur sepuluh tahun yang tersisa.

“Nak, cepat! Sembunyilah di atas lemari itu. Tubuhmu kecil, pasti muat. Mereka tak akan melihatmu dari sini!” perintah sang ibu, napasnya memburu menahan rasa takut yang menyesakkan dada.

Namun sang anak menggeleng, air mata telah membasahi wajah kecilnya.

BRAK!

BRAK!

BRAK!

Suara dobrakan itu semakin dekat.

Sang ibu makin panik. “Cepatlah…!” katanya lagi, suaranya nyaris memohon.

“Tidak, Bu! Aku ingin bersamamu!” tolak sang anak keras kepala, mengguncangkan kepala kecilnya dengan air mata yang jatuh makin deras.

Waktu tak banyak. Suara langkah dan dobrakan dari depan rumah semakin mendekat, hingga hanya tinggal beberapa detik sebelum pintu utama runtuh.

Sang ibu mencium kaki putrinya, air matanya jatuh membasahi kulit mungil itu.

“Ibu mohon… hanya kamu satu-satunya harapan kami. Balaskan dendam ayah dan ibu…” katanya lirih dengan suara bergetar, menahan ketakutan luar biasa.

Mau tak mau, gadis kecil itu mengangguk. Tubuhnya yang kecil bergetar hebat saat ia memanjat tubuh sang ibu untuk naik ke atas lemari besar. Ia merentangkan tubuhnya di atas permukaan lemari, cukup tinggi dan gelap untuk menutupi keberadaannya.

DUARRR!

Pintu depan berhasil didobrak.

Sang ibu membelalak, jantungnya berdetak tak karuan. Ia menyelinap ke balik pintu kamar, menunggu ajal datang.

"Satu... dua... satu... dua... Di mana kamu, Ratna?!"

Teriakan itu terdengar dari luar kamar, diucapkan oleh seorang pria dengan nada seolah sedang bermain petak umpet namun jelas menyimpan teror di baliknya.

Nada main-main itu justru membuat udara semakin mencekam.

Tubuh Ratna menggigil hebat. Ia tahu… waktunya hampir habis.

DRAP.

DRAP.

DRAP.

Langkah-langkah kaki itu semakin mendekat berat, lambat, namun pasti.

Mereka mengarah tepat ke kamar tempat Ratna dan sang putri bersembunyi.

Ratna memejamkan matanya sejenak. Ia sudah siap menghadapi kematian. Tapi sebelum itu, ia mendongakkan kepala, menatap putrinya yang masih gemetar di atas lemari. Matanya berkata banyak hal yang tak bisa terucap.

“Sstt…”

Ratna menaruh telunjuknya di bibir isyarat untuk tetap diam.

Gadis kecil itu mengangguk cepat, lalu segera menutup mulutnya dengan kedua tangan. Keringat dingin bercucuran dari dahinya, air mata tak henti menetes dari pipi mungilnya.

Di luar kamar, suara napas berat terdengar…

Seseorang berdiri tepat di depan pintu.

Gagang pintu mulai berputar perlahan.

"BA—!"

Teriakan itu menggema keras, memecah udara.

Seorang pria berbadan tegap muncul di ambang pintu dialah pemimpin para rentenir.

Ratna terbelalak, terkejut bukan main.

Kepalanya menggeleng cepat, langkahnya mundur perlahan. Tapi tak ada lagi ruang untuk lari punggungnya sudah menabrak tembok. Jalan keluar tertutup.

Pria itu melangkah masuk, senyum menyeringai menghiasi wajahnya. Tatapannya dingin, liar. Ia menelusuri tubuh Ratna dari atas hingga bawah seperti seekor singa kelaparan yang baru menemukan mangsanya.

Ratna memeluk tubuhnya sendiri.

Napasnya memburu.

Tangannya gemetar.

Sementara di atas lemari, sang gadis kecil hanya bisa menggigit bibir, berusaha menahan suara tangisnya yang sudah sampai di ujung tenggorokan.

"Ampun..."

Suara Ratna lirih, nyaris tak terdengar. Tubuhnya gemetar hebat, suaranya penuh ketakutan.

Namun pria itu pemimpin para rentenir hanya menyeringai lebih lebar melihat ketakutan itu. Seperti seorang predator yang menikmati ketidakberdayaan mangsanya.

Tanpa aba-aba, ia menyerang. Ratna terjatuh. Ia berusaha melawan, menolak, namun kekuatan mereka terlalu besar. Beberapa pria masuk dan ikut menahan tubuhnya.

Jeritan Ratna menggema, namun tak pernah keluar dari rumah itu.

Tak ada yang tahu…

…di atas lemari, seorang gadis kecil menutup mulutnya rapat-rapat. Air matanya mengalir deras. Ia menyaksikan segalanya tanpa suara, tanpa daya, hatinya hancur dalam diam.

Hari itu…

dunia kecilnya runtuh.

Dan api balas dendam mulai menyala diam-diam, dalam senyap.

Hening. Sunyi.

Deru mesin mobil terdengar menjauh…

Beberapa motor melaju, lalu hilang di tengah malam yang kelam.

Pukul satu dini hari.

Gadis kecil itu perlahan turun dari atas lemari.

Kakinya goyah, tubuhnya menggigil.

Matanya menatap ibunya tergeletak tak bernyawa di lantai kamar.

Darah sudah mengering, tubuh itu kaku dan dingin. Tapi bukan itu yang membuat gadis kecil itu diam membatu.

Tatapannya dingin. Menusuk.

Ia tak menangis.

Tak meraung.

Tak satu suara pun keluar dari mulut mungilnya.

Tapi tangan kecil itu… menggenggam erat, seolah menahan amarah yang terlalu besar untuk usianya.

Gubrak.

Langit tiba-tiba runtuh. Hujan turun deras, seperti ikut meratapi tragedi malam itu.

Ia kini sendirian.

Tak punya siapa-siapa di dunia ini.

Tak ada rumah, tak ada keluarga, hanya luka yang terlalu dalam untuk dijelaskan.

Tubuhnya gemetar. Ia tak tahu harus ke mana.

Tiba-tiba

Wiuu… wiuu…

Suara sirene ambulans dan damkar menembus hujan, memasuki halaman rumah.

Lampunya berkedip-kedip, merah biru, menerangi kegelapan seperti mimpi buruk yang belum selesai.

Tapi gadis kecil itu tetap berdiri di sana.

Membisu.

Memandang ke arah cahaya dengan mata yang kosong.

Kakinya terasa berat seperti tertancap di lantai.

Hatinya sudah beku.

***

Wajah manis itu tertidur lelap.

Kepalanya bersandar di pangkuan seorang petugas pemadam kebakaran seorang pria muda, belum genap dua puluh tahun. Napas gadis kecil itu tenang, meski matanya masih menyisakan bekas air mata.

Pria muda itu memandanginya dengan seksama.

Ada luka di mata gadis itu yang tak terlihat siapa pun tapi terasa jelas di hatinya. Seolah dia bisa merasakan sedikit dari kepedihan yang tak terucap itu.

Tak jauh dari sana, seorang pria lain mendekat lebih dewasa, dengan seragam yang sama. Matanya penuh iba menatap keponakannya dan gadis kecil di pangkuannya.

“Apa yang akan kita lakukan dengan gadis ini?” tanyanya lirih, mencoba pelan agar tak membangunkannya.

Mereka adalah paman dan keponakan. Sama-sama bertugas malam itu. Dan sama-sama tahu… bahwa hidup si gadis kecil telah hancur dalam semalam.

Pria muda itu menggeleng pelan, tak menjawab.

Tatapannya tak teralihkan dari wajah mungil di pangkuannya. Ada keheningan yang panjang… hanya suara hujan yang masih menetes dari atap ambulans yang terbuka.

Ia tak tahu harus menjawab apa. Tapi satu hal ia tahu pasti:

Gadis ini butuh perlindungan. Butuh tempat untuk memulai kembali.

Dan mungkin…

Tuhan mempertemukan mereka bukan tanpa alasan.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Yusuf Supriatna
Seru ceritnya suka
2025-08-20 03:08:03
0
80 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status