"Benar. Andrea Zimmer. Ia adalah pebinis tanpa bakat dan yang ia bisa lakukan hanyalah berbisnis secara brutal. Kudengar ada rumor sekitar 10 tahun lalu ia melakukan penipuan besar-besaran pada seorang pebisnis asal Asia Timur hingga menyebabkan pria itu meninggal."Jantung Rachel seolah berhenti berdetak. Pikirannya mulai melayang kemana-mana. Entah apa yang merasukinya, tiba-tiba saja Rachel merasa pebisnis yang baru saja Calvin katakan adalah ayahnya. Tidak. Ia tidak boleh berpikir macam-macam apalagi sampai menuduh. Ayahnya meninggal dengan wajar di rumah sakit tidak mungkin ada hubungannya dengan Andrea Zimmer."Kau kenapa" melihat Rachel melamun Calvin mencoba untuk menyadarkannya. Rachel tersebtak kaget lalu menggeleng."Aku mengantuk, bagaimana kalau kita tidur" Rachel mencoba mengalihkan pembicaraan dan Calvin tampak tidak masalah dengan hal tersebut. Rachel segera melangkahkan kaki ke kamar mandi untuk membersihkan diri.***Suasana di ka
"Bagaimana kondisi ibumu?" tanya Calvin saat melihat Rachel sudah pulang. Gadis itu hanya mengangguk dan merebahkan tubuhnya di kasur."Ibuku baik-baik saja, operasinya juga berhasil. Aku sangat lelah hari ini, bisakah kau membiarkanku tidur di kasur khusus hari ini saja?" Rachel memohon pada Calvin. Ia benar-benar lelah hari ini. Menunggu operasi ibunya saja sudah menguras tenaga dan pikirannya, ditambah ia juga harus mengurus banyaknya pekerjaan kantor yang mau tidak mau harus tetap ia kerjakan.Sepetinya memang Diana sudah resmi menyatakan perang. Hari ini ia mengajukan cuti dengan alasan operasi ibunya namun Diana tetap memberinya pekerjaan dengan dalih kejar deadline.Ia hanyalah seorang karyawan biasa dan sudah pasti tidak bisa menolak lalu inilah hasilnya. Rachel terkapar tidak berdaya di atas kasur milik Calvin tanpa peduli pria itu juga sedang duduk berselanjar kaki."Baiklah silahkan gunakan kasur ini sepuasnya khusus hari ini saja." Melihat Rachel yang tampak sangat kelelah
"Kau pikir kau akan menang? Asal kau tahu, sejak dulu Calvin milikku! Aku, Diana, tidak akan membiarkan kamu wanita murahan merebut Calvin dariku!" Rachel menegang saat Diana berkata dengan pelan tepat ketika wanita itu berjalan melewati dirinya. Tepat setelah mebgatakan hal itu, Diana segera berlalu.Ia masih tidak percaya. Hubungannya dengan Calvin tidak ada yang tahu, tapi Diana mengatakan seolah wanita itu mengetahui segalanya.Kini ia mulai paham alasan Diana terus mengusiknya. Semakin dekat ia dengan Calvin maka perilaku Diana akan semakin brutal. Rachel hanya bisa tersenyum getir.***Sudah hampir seminggu kehidupan kantor Rachel berantakan akibat berbagai rumor tentang dirinya. Rumor itu semakin hari semakin berkembang. Bahkan ada suatu saat ia mendengar orang-orang bergosip kalau ia memiliki anak dengan Alexander Zimmer.Ia tidak maslaah dengan semua rumor itu, hanya saja hal itu sedikit banyak mempengaruhi pekerjaannya. Semua yang ia kerjakan
"Tolong aku Vin, mereka semua menyakitiku"Bagai tersambar petir di siang bolong tubuh Calvin langsung menegang mendengar ucapan parau Rachel. Pria itu mencoba untuk lebih mendekatkan diri pada Rachel agar bisa mendengar lebih jelas."Rumor sialan itu!" seru Rachel kesal. Ia membalikkan tubuhnya dan mulai terlelap."Rumor?" Merasa tidak mendapat jawaban dari Rachel, Calvin mengecek kondisi gadis itu. Rachel sudah terlelap. Perasaan Calvin tidak enak. Ia mengambil ponselnya dan meninggalkan pesan untuk Nicky mengenai rumor apa yang sedang beredar di perusahaan tentang Rachel.***Rahang Calvin mengeras saat pagi tadi Nicky melaporkan rumor yang selama ini beredar padanya. Pria itu terus mengutuk dirinya sendiri karena merasa begitu bodoh sampai tidak tahu hal besar telah terjadi di perusahaannya sendiri.Lebih parahnya lagi hal itu terjadi pada Rachel!Pria itu terdiam. Ia mencoba memikirkan berbagai c
Seluruh kantor dihebohkan dengan berita Calvin mengungkap langsung di rapat anggota dewan kalau Diana mencuri hasil kerja karyawan baru bernama Rachel Lee yang selama ini dirumorkan.Rachel masuk ke dalam bilik toilet. Ia mencoba menghubungi Calvin namun pria itu tidak mengangkatnya sedari tadi. Ia benar-benar tidak menduga Calvin akan melakukan hal ini.Ia mencoba untuk tenang. Otaknya terus bekerja memikirkan kejadian semalam dan apa yang ia katakan pada pria itu saat mabuk. Ia yakin telah mengatakan sesuatu sampai membuat Calvin bertindak gila.Namun tak dapat dipungkiri hatinya menjadi sedikit lega. Beban yang selama ini menimpah dirinya seolah telah terangkat. Tapi ia kini dihadapkan dengan rumor yang lebih besar lagi."Aku benar-benar tidak menyangka Pak Calvin akan mempermalukan Bu Diana seperti itu." samar-samar Rachel mendengar suara seseorang di luar kamar mandi."Demi Rachel. Wanita itu benar-benar seperti ular." suara itu
"Sejak kapan aku mencintaimu?"Diana tidak dapat menyembunyikan ekspresi kagetnya saat Calvin mengatakan hal tersebut. Ia berjalan mendekati Calvin."Jangan bohong Calvin! Aku tahu kau menyukaiku sejak kita masih menempuh pendidikan!""Kau gila!""Kalau begitu kenapa kau memberikanku jam tangan ini sebagai hadiah? Kenapa kau selalu menemaniku saat tugas malam? Kenapa juga kau mau membantuku belajar setiap hari? Jelaskan Calvin!" Calvin mengerutkan keningnya bingung. Baginya itu adalah sesuatu yang biasa saja. Ia juga tidak pernah dengan sengaja menarik perhatian Diana."Aku meminta uang pada nenek karena aku ingin kembali padamu setelah menjadi orang yang lebih baik. Untuk bersanding denganmu aku membutuhkan latar belakang yang hebat. Aku tidak mau kau mengajakku berkencan dengan kondisi aku yang belum siap mendampingimu. Tapi apa yang kau lakukan? Kau malah memilih wanita yang bahkan latar belakangnya lebih buruk dariku waktu itu!"Kali ini Calvin
"Maaf Pak Calvin tapi Rachel sedang bertengkar dengan karyawan lain."Mendengar berita tersebut dari Nicky, tanpa berkata sepatah katapun lagi Calvin segera berlari keluar ruangannya. Ia bahakn tidak mempedulikan teriakan Diana yang terus menerus memanggil namanya.Di dalan otaknya kini hanya ada Rachel. "Berhenti!" seru Calvin saat melihat dua orang gadis saling menjambak. Tidak. Lebih tepatnya salah satu dari mereka lebih unggul dan Calvin dapat mengenali kalau gadis yang lebih lemah adalah Rachel, istrinya sendiri.Mendengar teriakan Calvin pertengkaran itu terhenti. Tanpa diperintahkan lagi, semua orang menepi untuk memberikan jalan pada Calvin."Kau tidak apa-apa?" Calvin menghampiri Rachel namun gadis itu hanya menunduk dan terdiam."Apa yang kalian lakukan di kantor?" Tanya Calvin sambil menahan emosinya. Semua enggan menjawab. Calvin menatap Rachel. Rambutnya sudah berantakan dengan luka cakaran di pipi yang terlihat cukup dalam."Jawab!" bentakan itu sontak membuat semua ora
"Aku tahu karena kau memberitahuku Rachel."Perkataan Calvin di mobil tadi masih terngiang-ngiang di kepala Rachel. Ia tidak ingat kapan dirinya telah memberi tahu Calvin. Otaknya berusaha bekerja keras mengingat kembali kejadian saat ia mabuk.Rachel mengerang kesal saat ingatan saat ia mabuk tidak kunjung kembali. Ia merutuki dirinya sendiri yang tidak kuat minum alkohol. Dalam hati, Rachel berjanji akan berusaha keras menghindari alkohol seumur hidupnya.Tiba-tiba ponselnya bergetar, menandakan sebuah pesan masuk. Senyuman lebar langsung terlukis di wajah Rachel saat melihat pesan tersebut dari adiknya, Juan.Juan mengabari Rachel kalau lusa sang ibu sudah boleh pulang. Ini benar-benar keajaiban. Ibunya sudah berbaring lama di rumah sakit tanpa adanya sedikitpun kemajuan. Namun hal itu seolah berubah drastis sejak kedatangan Calvin, pria itu berhasil menepati janjinya untuk merawat sang ibu hingga sembuh."Kau kenapa?" Calvin yang baru saja selesai mandi menatap Rachel kebingungan