Tangan Algazka menahan leher Allesa untuk memperdalam ciumannya. Gerakan yang dilakukan Algazka penuh kerakusan dalam melahap bibir mungil Allesa yang berusaha melepaskan dari jeratan liar lelaki tampan itu.Namun tidak ada kepedulian dari Algazka. Rasa cemburunya membabi buta apalagi setelah kedatangan Arga yang menjadi kebenciannya meluap.Tubuh Allesa yang dihimpit oleh Algazka mulai meronta meski dia tidak dapat melepaskan lumatan liar dari lelaki berparas tampan tersebut. Apalagi kekuatan Algazka yang dipastikan berkali-kali lipat dari Allesa.Algazka terlalu gila, emosi kecemburuannya mendatangkan ketakutan atas Allesa yang bisa pergi. Bohong jika dia tidak merasakan ketakutan pada Allesa yang mungkin mudah untuk berpaling.Hampir dua menit Algazka melahap bibir Allesa tanpa henti. Allesa mulai meronta-ronta, berusaha melepaskan sekuat tenaga sampai akhirnya dia bisa mendorong Algazka.PLAKKK! Sebuah tamparan keras melayang di wajah
"Nona Allesa!" Daskar yang mendengar itu tentu saja sangat terkejut ketika Allesa mengucapkan demikian.Bagaimana bisa Allesa mengatakan demikian walau hati Daskar tidak marah, tapi melihat keberadaan Algazka akan sangat menjadi tidak baik dan berantakan."Kamu diam aja ya, Daskar!" Allesa memperingatkan Daskar dengan tatapannya lalu kembali menyorot Algazka yang berada di hadapan dia. "Apaaa? Mau ngomong apa lagi? Yaudah kalo kamu emang mau menikahkan aku sama Daskar, biar aku nikahin kamu juga sama Princess!" Allesa yang super ngoceh-ngoeh melihat tingkah Algazka.Setelah dia puas dan tidak mendapatkan kata-kata Algazka lagi, gadis polos itu langsung melengos pergi tanpa rasa peduli pada Algazka yang bisa saja membuat Allesa lenyap.Allesa meninggalkan Algazka bersama Daskar yang masih berdiri dengan jantung yang mulai berdegup. Masalahnya bukan pada Algazka, tapi entah kenapa jantungnya lebih berdegup cepat saat Allesa mengatakan demikian. Rasa
"Mana Almana? Kenapa kamu pulang sendiri? Kenapa nggak bawa Almana? Katanya kamu mau bawa Almana lagi ke rumah?" tanya Nadya kesal. Kedatangan Garvin yang seorang diri membuat Nadya jadi kesal mengingat janjinya yang meyakinkan untuk membawa Almana pulang. Tapi setelah Nadya memastikan sekitar, tidak ada tanda-tanda Almana. Bahkan suara bayi kesayangannya itu tidak ada sama sekali. "Dengerin aku ..." "Aku nggak mau dengerin kamu lagi. Kamu emang selalu nggak bisa bikin hati aku nyaman. Udah nggak ada gunanya aku percaya sama kamu." Nadya langsung bergegas masuk meninggalkan Garvin tanpa mau mendengarkan penjelasan apapun lagi. Tapi Garvin buru-buru mengejar Nadya yang ingin masuk ke dalam kamar. Satu tangannya menahan pintu yang ingin Nadya buka. "Kamu apa-apaan sih?! Aku lagi nggak mau ngomong sama kamu." Nadya mendorong tubuh Garvin agar menyingkir dari hadapannya, tapi yang ada Garvin menggeser langkahnya sehingga dia menghalangi pintu agar Nadya tidak bisa masuk. "Denge
Air mata kerinduan yang selama ini tersimpan akhirnya lepas membasahi wajah Allesa yang bisa menatap Garvin. Lelaki yang menjadi cinta pertama dia dan akan selalu menjadi cinta pertama yang tidak terkalahkan. Tangan Allesa menyentuh tangan Garvin yang kini berhasil dia genggam. Sudah lima bulan lebih dia tidak melihat Garvin yang Allesa sayangi. Bahkan rasa benci itu tidak pernah datang meski posisinya memiliki sebab dari Garvin sendiri. Tapi, semua memiliki kesalahan karena tidak ada yang sempurna di dunia ini. Begitu pun kedua orang tua dia yang tidak pernah luput dari kesalahan walau Allesa selalu melihat kesempurnaan dari sisi Nadya dan baik itu dari sisi Garvin. "Apa kabar, Papa?" tanya Allesa yang tidak mau menangis lagi. Air mata yang tidak mau Allesa perlihatkan karena percakapan dan saling melepas kerinduan jauh lebih penting. "Baik, Papa selalu baik. Allesa gimana? Papa selalu mikirin Allesa, anak yang Papa sayang." Garvin menyentuh wajah Allesa yang akhirnya berha
Allesa sudah kembali masuk ke dalam kamarnya sambil menangis-nangis. Menutup mulutnya agar tangisan dia tidak terdengar oleh Almana yang masih tertidur. Gerakan tangan Almana yang mulai terlihat membuat Allesa buru-buru menghapus air matanya dan berjalan mendekati bayi mungil itu. Allesa jadi ingin menangis mengingat ucapan Algazka yang sangat menyebalkan bagi dia. Lelaki kejam dan tidak punya perasaan hanya karena tengah cemburu. "Kenapa bangun, Sayang?" tanya Allesa tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Bayi mungil tidak berdosa dijadikan alat oleh Algazka untuk menekan dirinya. Padahal Algazka pernah berjanji untuk tidak membawa-bawa Almana lagi. "Apa mau apa, Almana?" tanya Allesa lembut. Kaki tangan Almana dihentak-hentakkan dan ingin menangis. Buru-buru Allesa mengangkat tubuh Almana dan membawa ke dalam dekapannya. "Kenapa, Sayang? Jangan nangis, ada aku disini yang selalu jagain kamu." Allesa menenangkan. Mungkin kah Almana merasakan kesedihan di hati Allesa? Kare
Allesa menatap penuh kebingungan atas apa yang diucapkan oleh Algazka. Apa maksudnya?"Maksud kamu apa?" tanya Allesa masih tidak mengerti."Pertanyaan saya kan jelas, Almana atau Argantara?" tanya Algazka mengulangi pertanyaannya yang malah jadi membingungkan untuk Allesa."Ya apa hubungannya sama mereka?""Kamu pilih mana yang harus kamu hilangkan sosoknya dari bumi ini!" Ketegasan Algazka yang akhirnya dapat Allesa mengerti membuat dia tercengang.Satu alis Algazka diangkat melihat ekspresi Allesa yang akhirnya dapat memahami perkataannya. Pertanyaan yang rasanya sangat mudah dan tanpa membutuhkan pikiran yang harus panjang."Gampang kan?" tanya Algazka membuat Allesa menggeleng-gelengkan kepalanya."Apanya yang gampang, Algazka? Kenapa kamu jadi bawa dua orang yang jelas-jelas sangat berbeda jauh?" Allesa yang masih tidak mengerti dengan pikiran Algazka.Entah apa yang berada di dalam pikirannya itu, tapi Al
"Almana happy nggak bisa liat aku? Ini aku, Kakak Allesa. Cantik kan kayak kamu?" Allesa yang sejak tadi tidak henti bermain dengan Almana.Kaget bukan main ketika mendapatkan Almana yang berada di hadapan dia. Gimana tidak terkejut? Allesa yang selama ini sangat merindukan Almana dan belum pernah melihat secara langsung. Bahkan membayangkan bisa melihat Almana saja tidak mungkin bagi Allesa. Namun sekarang semua hadir dalam sekejap.Almana yang tidak hanya Allesa lihat, tapi Almana yang bisa Allesa gendong dan ciumi sepuasnya. Super senang melihat keberadaan Almana meski Allesa tidak tahu kenapa bisa Almana berada di tangan Daskar. Tapi Allesa tidak mau memusingkan hal itu sekarang, dia masih mau fokus pada Almana dulu."Almana naik apa kesini, Sayang? Almana lucu banget ih kamu." Allesa gemas sekali sejak tadi melihat Almana yang dia sukuri bisa tenang saat bersama dirinya.Bahkan dia tidak menangis lagi seperti tadi. Hanya sesekali menangis rin
"AKU NGGAK MAU ALMANA DIBAWA PERGIII, AKU NGGAK MAUUUU!" teriak Nadya histeris setelah Algazka berhasil membawa pergi Almana dari rumah mereka.Dan tentu saja Algazka berhasil karena tidak mungkin juga dia gagal ditambah para penjaganya yang selalu siaga."Iya, iya nanti kita bawa bawa Almana pulang." Garvin berusaha menenangkan Nadya yang tidak henti-hentinya menangis.Dia mendekati Nadya yang terduduk lemas dan pasrah walau hatinya tidak akan pernah bisa pasrah untuk melepaskan Almana. Putri dia yang lagi-lagi dibawa oleh lelaki keparat itu.Nadya tidak kuasa menahan beban yang dideritanya. Allesa sudah pergi dibawa Algazka dan sekarang dia juga membawa Almana yang tidak berdosa. Almana yang tidak tahu apa-apa dan dipastikan Almana yang menangis karena jauh dari Nadya."Sayang ...""Aku nggak mau nantiii!" Nadya menghempaskan tangan Garvin yang ingin memberikan ketenangan dirinya.Dia menatap Garvin kesal, marah, kecew
"NGGAK, NGGAK, NGGAK BOLEHHHH. ALGAZKAAA!" teriak Nadya histeris dengan air matanya.Nadya meronta-ronta, tapi gerakan tubuhnya itu telah dikunci oleh masing-masing dua penjaga Algazka yang menahan Nadya dan juga Garvin di sisi kiri dan kanan mereka."ALGAZKAAA!" teriak Garvin menahan amarahnya, tapi dia pun tidak bisa bergerak karena dua penjaga Algazka memiliki tubuh yang kokoh dan pastinya terlatih.Tatapan Garvin penuh murka saat Daskar berhasil membawa Almana keluar dari kamarnya. Namun Algazka yang selalu santai meski mampu menerkam kapan saja."Algazka, tolong kamu jangan keterlaluan!""Algazka, lepasin anak akuuu. Kamu nggak berhak mengambil anak aku semuanya. Dia anak aku, lepasin Almana, lepasinnn!" Nadya menangis histeris sambil meronta-ronta.Tidak terima dengan perilaku Algazka yang sudah berniat membawa Almana. Kasihan sekali anak bayinya itu yang masih tertidur yang kini berada di dalam dekapan Daskar.Algazka melihat Almana yang digendong oleh Daskar. Bayi mungil itu p