Share

Menjelajahi Hutan Terlarang

Author: HADAZTA
last update Last Updated: 2024-06-03 12:09:36

Hutan lebat dan menakutkan yang mengelilingi Desa Tumbal tampak menjulang di depan Danu, Sari, dan Ujang saat mereka menyusuri jalan berliku. Kanopi pohon-pohon tinggi menghalangi sinar matahari, membuat hutan tampak remang-remang seperti senja, yang membuat bulu kuduk Danu meremang.

Sari memimpin jalan dengan langkah pasti dan penuh tujuan, seolah-olah dia telah berkali-kali melewati jalur ini. Ujang, teman masa kecilnya, mengikuti di belakangnya, matanya terus-menerus mengawasi bayangan mencari tanda bahaya.

Danu, dengan buku catatannya yang tersimpan rapi di jaketnya, berusaha mengingat setiap detail dari lingkungan mereka. Udara terasa tebal dengan aroma tanah lembap dan bisikan-bisikan mengerikan dari pepohonan, seolah-olah hutan itu sendiri hidup dan mengawasi setiap gerakan mereka.

"Kamu yakin ini jalannya, Sari?" tanya Danu, suaranya hampir berbisik, seolah berbicara terlalu keras bisa menarik perhatian makhluk tak terlihat.

Sari menoleh ke belakang, ekspresinya penuh keyakinan. "Ya, aku yakin. Ada kuil kuno jauh di dalam hutan yang mungkin menyimpan kunci untuk memahami perjanjian yang dibuat leluhur kita dengan roh hutan."

Ujang mengangguk, alisnya berkerut dengan kekhawatiran. "Ini tempat yang berbahaya, Danu. Penduduk desa bilang pengaruh roh itu paling kuat di sini, dan mereka yang pergi terlalu jauh ke dalam hutan... mereka tidak pernah kembali."

Danu merasakan dingin menjalar di punggungnya, tapi dia menolak menunjukkan rasa takutnya. "Aku mengerti risikonya, Ujang, tapi aku harus mencoba. Keamanan desa ini, nyawa pendudukmu, bergantung pada kita untuk mengungkap kebenaran."

Sari meraih dan menggenggam tangan Danu, matanya penuh dengan campuran rasa terima kasih dan ketakutan. "Aku tahu, Danu. Itulah mengapa aku bersedia mengambil risiko ini bersamamu. Kita harus menemukan cara untuk memutus kutukan ini, apapun biayanya."

Ujang menghela napas pasrah. "Kalau begitu ayo kita lanjutkan. Semakin cepat kita menemukan kuil ini, semakin baik."

Mereka bertiga melanjutkan perjalanan, hutan semakin gelap dan menekan dengan setiap langkah. Danu tak bisa menghilangkan perasaan bahwa mereka sedang diawasi, dan dia terus-menerus menoleh ke belakang, mencari tanda-tanda pergerakan di bayangan.

Saat mereka semakin dalam memasuki jantung hutan, jalannya semakin berbahaya, dengan akar-akar berbelit dan ranting-ranting jatuh yang mengancam menjegal mereka di setiap tikungan. Sari menavigasi rintangan dengan mudah, sementara Danu dan Ujang berjuang untuk tetap mengikuti, fokus mereka terbagi antara medan yang berbahaya dan bahaya tak terlihat yang mengintai di sekitar mereka.

Tiba-tiba, Sari berhenti, tangannya terangkat memberi perintah diam-diam kepada yang lain untuk berhenti. Danu dan Ujang membeku, jantung mereka berdebar saat mereka berusaha mendengar apa yang membuat Sari berhenti.

"Di sana," bisik Sari, matanya tertuju pada sebuah area kecil yang ditumbuhi semak belukar di depan. "Kamu lihat itu?"

Danu menyipitkan mata, pandangannya mengikuti arah jari telunjuk Sari. Pada awalnya, dia tidak melihat apa-apa selain belitan tumbuhan dan semak belukar, tetapi kemudian, perlahan, sebuah struktur mulai muncul dari bayangan – sebuah kuil kuno yang runtuh, dindingnya dihiasi dengan ukiran dan simbol yang rumit.

"Demi dewa..." desah Ujang, suaranya penuh dengan campuran kekaguman dan ketakutan. "Jadi benar. Kuil terlarang itu nyata."

Danu merasakan lonjakan kegembiraan dan ketakutan. "Ini pasti tempat yang Bu Lestari bicarakan – yang menyimpan kunci untuk ritual dan perjanjian dengan roh hutan."

Sari mengangguk, ekspresinya serius. "Ya. Dan jika kita ingin memiliki kesempatan untuk memutus kutukan ini, kita harus menemukan rahasia apa yang disimpannya."

Tanpa berkata apa-apa lagi, Sari melangkah maju, gerakannya hati-hati dan teliti saat mendekati struktur kuno itu. Danu dan Ujang mengikuti di belakangnya, indra mereka terjaga saat mereka memindai hutan mencari tanda-tanda bahaya.

Saat mereka mendekat, ukiran rumit di dinding kuil semakin terlihat, dan Danu merasakan rasa kagum dan ketakutan menyelimutinya. Simbol-simbol itu, meskipun tidak dikenal, tampak memancarkan kekuatan kuno yang membuatnya merinding.

"Hati-hati," Ujang memperingatkan, suaranya rendah dan tegang. "Penduduk desa bilang tempat ini terkutuk, bahwa kehadiran roh hutan paling kuat di sini."

Danu mengangguk, cengkeramannya mengencang pada tali tas selempangnya. "Aku tahu, tapi kita harus terus maju. Kita sudah terlalu jauh untuk mundur sekarang."

Sari berhenti di pintu masuk kuil, tangannya menyentuh batu yang sudah lapuk. "Ini dia, Danu. Kamu siap?"

Danu menarik napas dalam-dalam, menguatkan keberaniannya. "Siap atau tidak, kita harus lakukan ini."

Bersama-sama, mereka melangkah melewati lengkungan yang runtuh, udara di dalam kuil tebal dengan aroma pembusukan dan beban rahasia berabad-abad.

Bagian dalam kuil remang-remang, satu-satunya pencahayaan berasal dari sinar matahari yang menerobos melalui belitan tumbuhan dan dedaunan. Mata Danu tertuju pada ukiran dinding yang rumit yang menghiasi ruangan itu, menggambarkan upacara ritual dan persembahan kepada sosok berkepala tanduk yang mengirimkan rasa dingin ke tulang punggungnya.

"Ini pasti roh hutan itu," bisik Sari, jarinya mengikuti garis sosok yang mengesankan itu. "Yang leluhur kita buat perjanjian dengannya."

Ujang mengusap permukaan batu halus di altar rendah, alisnya berkerut dalam konsentrasi. "Dan ini... ini pasti tempat mereka melakukan ritualnya, tempat mereka membuat pengorbanan."

Danu merasakan gelombang mual saat kenyataan situasi itu menyentuhnya. "Jadi semua ini – hilangnya orang-orang, kematian – semuanya bagian dari perjanjian kuno yang tak bisa diputuskan?"

Ekspresi Sari mengeras, matanya menyala dengan tekad yang kuat. "Tidak tak bisa diputuskan, Danu. Pasti ada cara untuk membebaskan desa kita dari kutukan ini, dan kita akan menemukannya."

Ujang mengangguk, pandangannya menyapu seluruh bagian dalam kuil. "Sari benar. Tempat ini pasti menyimpan jawaban yang kita cari, jika kita tahu di mana mencarinya."

Danu menarik napas dalam-dalam, pikirannya sudah berlari dengan kemungkinan-kemungkinan. "Kalau begitu mari kita mulai bekerja. Semakin banyak yang bisa kita ungkap tentang perjanjian dan ritual ini, semakin besar peluang kita untuk memutus kutukan ini."

Mereka bertiga berpencar, masing-masing memeriksa ukiran dan artefak di kuil dengan mata yang tajam, mencari petunjuk yang bisa membawa mereka ke solusi yang sangat mereka cari.

Saat jam berlalu, Danu menemukan dirinya tenggelam dalam teks kuno yang dia temukan, jantungnya berdetak kencang dengan setiap wahyu baru. Perjanjian, ritual, roh hutan – semuanya dijelaskan dengan detail yang mengerikan, sebuah bukti dingin dari keputusasaan dan ketakutan yang mendorong leluhur mereka membuat keputusan yang menentukan itu.

"Sari, Ujang, lihat ini," panggilnya, suaranya bergetar dengan campuran horor dan tekad.

Yang lainnya bergegas mendekatinya, mata mereka membesar saat melihat naskah kuno itu.

"Ini dia," bisik Sari, tangannya menggenggam lengan Danu. "Kunci untuk memutus kutukan. Kita harus menunjukkan ini kepada ibuku, dan kepada Pak Tarman. Mereka perlu melihat ini, untuk memahami kebenarannya."

Ujang mengangguk, ekspresinya serius. "Tapi apakah mereka siap menghadapi kegelapan yang ada di inti sejarah desa ini? Bisakah mereka menghadapi kenyataan dari apa yang telah dilakukan leluhur kita?"

Rahang Danu mengencang, tekadnya menguat. "Mereka harus, Ujang. Nyawa penduduk desa bergantung padanya. Kita harus mencoba, apapun biayanya."

Dengan naskah kuno tersimpan dengan aman di tas Danu, mereka bertiga kembali melalui hutan yang padat dan menakutkan, langkah mereka dipercepat oleh rasa tujuan dan urgensi yang baru. Beban penemuan mereka terasa berat di udara, tapi Danu tahu bahwa mereka selangkah lebih dekat untuk mengungkap kebenaran dan, mungkin, menemukan cara untuk memutus kutukan yang telah menghantui Desa Tumbal selama beberapa generasi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JURNALIS JENIUS MENGUNGKAP MISTERI PEMBUNUHAN   Perang Teknologi

    Setelah berhasil mendapatkan akses ke data sindikat Black Phoenix, Danu dan timnya dihadapkan pada tantangan terbesar mereka: menghancurkan markas utama sindikat tersebut. Black Phoenix tidak hanya memiliki pasukan yang terlatih, tetapi juga dilengkapi dengan teknologi canggih yang bisa mengubah jalannya pertempuran kapan saja.Danu mengumpulkan timnya di markas sementara. "Kita sudah sejauh ini. Tidak ada jalan untuk mundur," katanya dengan tegas. "Kita harus menghancurkan mereka sekali dan untuk selamanya."Emily mengangguk setuju. "Aku akan menyiapkan semua peralatan yang kita butuhkan. Kita akan memanipulasi teknologi mereka dan menggunakannya untuk melawan mereka."Lara merapikan senjatanya. "Kita harus sangat berhati-hati. Mereka pasti sudah menyiapkan perangkap untuk kita."Tom, yang sedang memeriksa peta lokasi, menatap Danu. "Do you think we can do this, Danu? They have some of the best technology out there."Danu menjawab dengan tegas, "Yes, we can. We have Emily on our side

  • JURNALIS JENIUS MENGUNGKAP MISTERI PEMBUNUHAN   Teknologi yang Mengancam

    Setelah berhasil menyelamatkan Lila, Danu dan timnya kembali ke markas sementara mereka di Eropa Timur. Meskipun lega bisa menyelamatkan teman lama mereka, mereka tahu bahwa misi mereka belum selesai. Mereka harus menghancurkan sindikat Black Phoenix yang telah menyiksa dan mencuci otak Lila selama lima tahun.Lila duduk di ruang briefing, mencoba mengingat setiap detail yang mungkin berguna bagi tim. "Mereka memiliki teknologi canggih yang sangat sulit dikalahkan," kata Lila. "Drone, AI, sistem keamanan yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Mereka selalu selangkah di depan kita."Danu mendengarkan dengan seksama. "Kita butuh bantuan ahli teknologi. Aku tahu seseorang yang bisa membantu."Tom mengangkat alisnya. "Who do you have in mind?""Dr. Emily Carter," jawab Danu. "Dia ahli dalam AI dan sistem keamanan. Aku akan menghubunginya."Danu mengambil ponselnya dan mulai mengetik pesan. "Aku harap dia bisa segera datang. Kita tidak punya banyak waktu."Beberapa jam kemudian, Dr. Emily C

  • JURNALIS JENIUS MENGUNGKAP MISTERI PEMBUNUHAN   Penyelamatan Lila

    Danu dan timnya bekerja tanpa lelah sepanjang malam, menganalisis peta dan informasi yang mereka peroleh dari Irina. Mereka tahu bahwa waktu mereka terbatas. Lila, seorang agen yang dianggap tewas lima tahun lalu, ternyata masih hidup dan ditahan oleh sindikat Black Phoenix.“Ini adalah lokasi penahanan yang paling mungkin,” kata Tom sambil menunjukkan titik di peta. “Tempat ini adalah gudang tua di pinggiran kota, jauh dari keramaian.”Danu mengangguk. “Kita harus bergerak cepat. Semakin lama kita menunggu, semakin besar risiko bagi Lila.”Mereka menyusun rencana dengan hati-hati, memastikan bahwa setiap langkah diperhitungkan dengan baik. Mereka tahu bahwa penyelamatan ini akan berbahaya, tetapi tidak ada pilihan lain.Saat matahari mulai terbit, Danu dan timnya sudah siap. Mereka berangkat menuju lokasi penahanan dengan menggunakan van yang tidak mencolok. Dalam perjalanan, suasana di dalam van terasa tegang. Setiap orang mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk.“Kita harus t

  • JURNALIS JENIUS MENGUNGKAP MISTERI PEMBUNUHAN   Pengkhianatan dalam Tim

    Setelah berhasil menggagalkan pengiriman senjata Black Phoenix, Danu dan timnya kembali ke markas sementara mereka di Praha. Malam itu, suasana di apartemen terasa tegang. Mereka tahu bahwa keberhasilan mereka hanya sementara. Masih ada pengkhianat di antara mereka yang harus ditemukan.“Kita harus segera menemukan siapa pengkhianat ini,” kata Danu dengan nada tegas sambil melihat ke arah peta di dinding. “Jika tidak, segala usaha kita bisa sia-sia.”Tom mengangguk setuju. “I’ve already started planting false information, hoping to catch the mole. We should know soon enough.”Lara, yang baru saja kembali dari tugasnya, masuk ke ruangan dengan wajah serius. “Aku mendapat beberapa informasi tambahan tentang Black Phoenix. Tapi aku merasa ada yang aneh. Mereka sepertinya tahu gerak-gerik kita.”Danu berpikir sejenak. “Mereka pasti mendapat informasi dari dalam. Kita harus lebih berhati-hati.”Keesokan harinya, Danu dan timnya berkumpul di ruang pertemuan. Tom telah menyiapkan beberapa do

  • JURNALIS JENIUS MENGUNGKAP MISTERI PEMBUNUHAN   Pertemuan Rahasia

    Pagi itu, di sebuah apartemen kecil di pinggiran kota Praha, Danu dan timnya sedang merencanakan langkah berikutnya. Lila sedang beristirahat setelah malam yang panjang, dan Danu merasa sedikit lega melihatnya aman. Namun, masalah mereka masih jauh dari selesai.“Tom, kita perlu lebih banyak informasi tentang sindikat ini. Kita harus memastikan bahwa kita memiliki rencana yang solid sebelum menyerang lagi,” kata Danu sambil memeriksa peta yang tergantung di dinding.Tom mengangguk. “I agree. We need to know their weak points. That’s why I’ve set up a meeting with Irina again. She might have more intel for us.”Mereka memutuskan untuk bertemu dengan Irina di sebuah lokasi yang lebih aman. Tom telah memilih sebuah kafe kecil yang tersembunyi di sudut kota, tempat yang ideal untuk bertemu tanpa menarik perhatian.Beberapa jam kemudian, Danu dan Tom tiba di kafe yang dimaksud. Tempat itu hampir kosong, hanya ada beberapa pelanggan yang duduk sambil menikmati kopi mereka. Irina sudah menun

  • JURNALIS JENIUS MENGUNGKAP MISTERI PEMBUNUHAN   Kerjasama dengan Musuh Lama

    Danu melangkah masuk ke sebuah kafe tua di pusat kota Praha. Kafe itu dipenuhi dengan aroma kopi yang kuat dan suara percakapan dalam bahasa Ceko. Dia melihat ke sekeliling, mencari wajah yang dikenalnya. Di sudut ruangan, seorang pria berpenampilan rapi dengan rambut abu-abu dan wajah tegas duduk sambil membaca koran. Itu adalah Tom, mantan kolega yang dulu sering bekerja dengannya dalam berbagai misi rahasia.Tom mengangkat pandangannya dan melihat Danu, memberikan isyarat untuk duduk. Danu berjalan ke arah meja Tom dan duduk di depannya.“Long time no see, Tom,” kata Danu dengan senyum tipis.Tom melipat korannya dan tersenyum kembali. “Danu, it's been a while. How are you holding up?”Danu menghela napas. “Not great, to be honest. Things have been complicated.”Tom mengangguk, memahami situasinya. “I heard about Lila. I can’t believe she’s alive. We need to get her back.”Danu mengangguk setuju. “That’s why I need your help. This syndicate is much more dangerous than we thought. T

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status