Share

41. Perubahan Jiwa

Seiring tipisnya asap putih kebiruan menguap, napas Jagat terlihat mulai teratur. Setelah sekian waktu kedua matanya membuka dan menyesuaikan dengan sinar mentari yang menerobos bilik bambu. Bibirnya mengulas senyum tipis kala dilihatnya wajah tua penuh senyum.

"Dewa Mabuk!" sapa lirih Jagat.

Pria tua dengan perut buncit ternyata seorang pendekar dengan julukan Dewa Mabuk. Jagat pernah bertemu dengannya sebanyak dua kali tetapi saat itu dia belum tahu nama tenarnya. Terakhir kali saat di kedai kopi itulah seorang pelayan memberi tahu namanya .

"Namaku Singolangit, Pangeran. Jangan samakan aku dengan pendekar kelas kakap seperti beliau." Singolangit tersenyum sambil menyodorkan gelas bambu berisi air kendi.

Jagat menerima dan langsung menenggaknya hingga tuntas. Senyum tersunging di bibir tipis nan merah beserta ucapan terima kasih atas perhatiannya selama ini.

"Ini sudah kewajibanku, Pangeran. Dan aku sangat lama nantikan waktu sebelum jiwaku sirna," papar Singolangit.

"Maksudny
Заблокированная глава
Продолжайте читать эту книгу в приложении

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status