Di kekaisaran Thang yang megah, Xiao Feng, seorang pemuda penuh ambisi, menjalani pelatihan seni bela diri di bawah bimbingan para guru. Namun, hidupnya hancur ketika Shifu Yan, salah satu gurunya, dibunuh oleh Yin Mo Sect, sekte jahat yang ingin menguasai kekaisaran. Terpukul oleh kehilangan ini, Xiao Feng bersumpah untuk membalas dendam dan melatih dirinya lebih keras, meski menghadapi kekalahan pahit dalam pertempuran melawan salah satu pendekar sesat. Di tengah keputusasaan, Xiao Feng menemukan Kitab Dewa Naga, kitab kuno yang diwariskan oleh gurunya. Dalam proses mempelajari kitab tersebut, ia bertemu dengan Xiao Chen, Pendekar Pedang Suci yang mengajarkan teknik peningkatan kekuatan dan memberi misi tambahan untuk menguji kemampuannya. Bersama Xiao Chen, Xiao Feng belajar menguatkan tulangnya dan mencari zirah besi, senjata pusaka yang memberikannya ketahanan fisik. Selama pelatihan, Xiao Feng juga menemukan cinta sejatinya, seorang perempuan yang menggetarkan hatinya. Momen-momen indah mereka membawa harapan baru dalam hidupnya dan memperkuat tekadnya untuk berjuang. Ketika kekuatan Xiao Feng berkembang, ancaman dari Yin Mo Sect semakin mendekat. Dengan keberanian dan kekuatan baru yang diperoleh dari Kitab Dewa Naga dan bimbingan Xiao Chen, Xiao Feng menghadapi konfrontasi terakhir melawan pemimpin sekte, Mo Tian. Dalam pertarungan epik ini, ia belajar bahwa balas dendam bukanlah tujuan utama, melainkan penemuan diri dan arti sejati dari kekuatan, cinta, dan pengorbanan di bawah langit naga yang mengawasi takdirnya.
View MoreAngin berhembus lembut di antara pepohonan pinus yang menjulang tinggi, menggoyangkan dedaunan seperti melodi lembut. Di tengah hutan, sebuah dojo kecil berdiri kokoh, tempat di mana para murid berkumpul untuk mengasah kemampuan bela diri mereka. Di sinilah Xiao Feng berlatih, di bawah bimbingan Shifu Yan, seorang guru yang dihormati dan bijaksana. Dengan tatapan penuh harapan, ia memfokuskan diri pada gerakan-gerakan yang diajarkan.
Hari itu, pelatihan terasa berbeda. Ada ketegangan di udara, seolah-olah alam merasakan peristiwa yang akan datang. "Feng, ingat, kekuatan bukan hanya berasal dari fisik, tetapi juga dari dalam diri," suara Shifu Yan mengalun lembut namun tegas, mengingatkan Xiao Feng untuk selalu memperhatikan keseimbangan antara kekuatan dan ketenangan dalam hidupnya.
Pemuda itu tersenyum tipis sebelum akhirnya menjawab. "Ya, Shifu," jawab Xiao Feng, sambil mengatur napasnya. Dengan keahlian yang terasah, ia melanjutkan gerakan pedangnya, menghindari bayang-bayang yang seolah mengintai di sekelilingnya. Namun, meski ia berusaha keras, ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Seakan ada sesuatu yang buruk akan segera terjadi.
Beberapa saat berlalu hingga akhirnya menjelang malam, langit mulai gelap, dan bintang-bintang bersinar dengan samar di balik awan. Xiao Feng duduk di tepi danau kecil di belakang dojo, salah satu tempat yang bisa menenangkan hati pemuda itu dengan merenungkan nasib dan impiannya. "Apa yang akan terjadi jika aku tidak bisa menjadi pendekar seperti yang diharapkan Shifu?" pikirnya.
Namun tiba-tiba, suara langkah kaki menghentikan lamunannya. Dari bayang-bayang pohon tidak jauh dari tempatnya, muncul dua sosok mengenakan jubah hitam. Mereka berjalan sangat cepat, seolah memiliki tujuan tertentu. Hal itu membuat Xiao Feng merasakan ada sesuatu yang tidak beres akan segera terjadi. Intuisi sebagai seorang pendekar muda memberitahunya bahwa kedatangan mereka bukanlah hal baik.
Tanpa berfikir panjang, ia segera berlari menuju dojo untuk memperingatkan Shifu Yan. Namun, saat ia sampai, pintu dojo terbuka lebar dan ia mendapati pemandangan yang membuat hatinya tercekat. Suatu pemandangan yang tidak ia harapkan sama sekali. Shifu Yan tergeletak di tanah, dikelilingi oleh sosok-sosok bertopeng yang sedang melancarkan serangan. Xiao Feng membuka matanya dengan lebar, mulutnya bergetar hebat, ia ingin menangis saat itu juga. Tetapi suara itu terhenti di tenggorakkan "Shifu!" teriaknya, suaranya pecah oleh ketakutan.
Dengan keberanian yang tersisa, Xiao Feng melompat masuk, bersiap menghadapi musuh yang tak terduga tersebut. Ia meraih pedangnya dan berlari menerjang. Namun, serangan mereka terlalu cepat, dan dalam sekejap, satu dari mereka mendorongnya ke tanah, membuatnya kehilangan kendali. "Kau hanya anak kecil yang berani," cemooh salah satu dari mereka. "Jangan menghalangi kami!" ujar salah satu dari pria tersebut sambil menunjuk ke arah Xiao Feng.
Dengan perasaan yang campur aduk, Xiao Feng berjuang bangkit, matanya terfokus pada gurunya yang terluka parah. Rasa sakit di dadanya semakin mendalam akibat serangan barusa, terlebih dengan keadaan gurunya yang semakin parah. Ia tahu, ini adalah ujian terberat dalam hidupnya. Dengan semua tenaga yang tersisa, ia melawan, mengandalkan pelajaran yang telah diajarkan Shifu Yan.
Ia berlari sembari memegang pedangnya Kembali, berharap ia bisa memberikan satu tebasan saja terhadap musuh yang berada didepannya, “Terima ini…” pekik Xiao Feng. Namun, dengan sekali gerakan, musuh dapat mengatasi hal itu dengan sangat mudah bahkan salah satu pria tersebut memberikan tendangan keras tepat mengenai dada Xiao Feng. Dengan serangan musuh terlalu kuat itu, membuat Xiao Feng merasa terdesak.
Namun tiba-tiba, suara gemuruh menggema di langit, dan kilatan petir menyambar. Salah satu sosok bertopeng terjatuh, terkejut oleh suara tersebut. Hal itu membuat celah, hingga akhirnya Xiao Feng memanfaatkan kesempatan itu, ia menyerang, mengayunkan pedangnya kembali dengan segenap kekuatan. Namun, serangan itu belum cukup untuk memberikan luka gores kecil di tubuh musuh yang kembali berdiri dengan cepat. Tentu saja, musuhnya memiliki kekuatan besar dan keberanian hampir tak terbatas. Kejadian barusan bukan karena sesuatu penjahat itu takut, melainkan hanya terkejut.
Gurunya yang masih sadarkan diri segera berteriak, ketika melihat muridnya terjatuh untuk kedua kali. "Feng, jangan!" teriak Shifu Yan dengan suara lemah, namun penuh ketegasan. "Lari! Mereka bukan lawanmu!"
Akan tetapi, kata-kata itu terlambat. Xiao Feng terlalu terperangkap dalam perasaannya. Ia tidak bisa meninggalkan gurunya. Dalam sekejap, dia mengayunkan pedangnya lagi, tetapi sebuah tendangan menghantam tubuhnya, membuatnya terjatuh kembali.
Pemuda itu meringis kesakitan, bahkan ia sempat memuntahkan darah dari dalam mulut dan saat ia terbaring di tanah, pandangannya mulai kabur. Dalam keputusasaannya, ia melihat Shifu Yan berjuang melawan musuh-musuhnya kembali. Dengan setiap gerakan, ia menyaksikan sang guru mempertaruhkan segalanya untuk melindunginya. "Jangan biarkan mereka mengalahkanmu, Shifu!" teriak Xiao Feng, suaranya dipenuhi dengan air mata.
Namun, semua usaha Shifu Yan sia-sia. Dalam satu Gerakan terakhir, salah satu musuh melayangkan serangan mematikan, dan dalam sekejap, Xiao Feng menyaksikan darah segar menyembur dari tubuh Shifu dengan pedang tertancap tepat di dadanya. Suara teriakan memecah kesunyian malam, dan tubuh Shifu Yan terjatuh ke tanah, tidak bergerak. Ia telah mati.
Xiao Feng menangis sejadi-jadinya, dunia seakan mulai runtuh di sekeliling Xiao Feng. Rasa kehilangan dan kemarahan membakar dalam dirinya. Dengan satu gerakan, dia berusaha bangkit, meski lututnya bergetar dengan hebat. Ia mengumpulkan semua keberanian yang tersisa. "Aku tidak akan membiarkan kalian lolos!" teriaknya, suaranya bergema di hutan yang sunyi.
Namun semua harapannya sirna saat salah satu musuh meraih pedang Shifu yang tertancap di dada Sang guru dan mengarahkannya tepat ke arah Xiao Feng. "Kau harus belajar untuk melepaskan," ucap pria tersebut. Senyum sinis di wajah pria itu tampak jelas, menggambarkan sesuatu yang membuat Xiao Feng ingin mengutuk pria itu. Hal tersebut membuat Xiao Feng murka akan tetapi ia tidak berdaya, hingga dalam sekejap, Xiao Feng merasakan kegelapan menutupi pandangannya. Ia terjatuh, tidak tahu apakah ia akan bangkit lagi atau menutup mata untuk selamanya.
Pasukan Bendera Biru yang tadinya terpecah belah kini berdiri diam, terpaku melihat tubuh pemimpin mereka, Luo Yunhai, yang tergeletak di tanah. Namun, ketenangan itu tiba-tiba berubah menjadi keterkejutan ketika tubuh Luo Yunhai perlahan bergerak. Dengan langkah gontai, ia bangkit berdiri, darah menetes dari sudut bibirnya, tetapi matanya menyala penuh kebencian dan tekad.“Jangan pikir aku akan mati semudah itu,” suara Luo Yunhai terdengar serak namun penuh kemarahan, menggema di seluruh arena. "Aku... adalah Pelaut Bayangan Laut! Tak ada yang bisa menjatuhkanku!"Sorakan pasukan Bendera Biru kembali pecah. Mereka berteriak penuh semangat, seolah kebangkitan Luo Yunhai membakar kembali nyali mereka yang sempat memudar. Mereka mulai bergerak lagi, mengepung Xiao Feng dan Bai Ling yang kini semakin kelelahan.Xiao Feng memandang Luo Yunhai dengan tajam, napasnya memburu. "Orang ini... bagaimana dia bisa bertahan dari serangan itu?" pikirnya. Luka di tubuh Luo Yunhai memang jelas terli
Saat kekacauan pertempuran semakin memuncak dan harapan hampir hilang serta kematian kakak seperguruan Xiao Feng yang telah mengorbankan diri dari peperangan itu. Bai Ling tiba-tiba menunjuk ke arah langit, seolah melihat satu harapan yang akan segera datang. "Feng'Ge! Lihat ke atas!" serunya dengan nada bergetar.Melihat hal itu, Xiao Feng segera mendongak, melihat kearah yang sama. Di antara awan gelap dan kilat yang menyambar, muncul sosok pria yang melayang perlahan, auranya menyelimuti medan perang dengan tekanan luar biasa. Tubuhnya diselimuti kilauan hitam pekat seperti sisik naga, sementara matanya menyala tajam seperti emas cair. Rambut hitam panjangnya berkibar diterpa angin, memberi kesan seorang pendekar yang tak tertandingi."Itu... Long Yu," gumam Xiao Feng dengan nada tidak percaya.Luo Yunhai, pemimpin kelompok Bendera Biru, mengernyit, matanya menyipit penuh waspada. "Long Yu? Siapa dia?" tanyanya.Xiao Feng mengatur napasnya, masih terpaku pada pria di udara itu. "Di
Pada saat ini, pertempuran terus berlangsung dalam kekacauan yang semakin mencekam. tampak darah mengalir, membasahi tanah, mengotori pasar gelap yang kini berubah menjadi medan perang. Terdengar jelas, rintihan kesakitan bercampur dengan suara denting pedang dan teriakan para prajurit yang masih bertarung.Sementara itu Xiao Feng masih bertarung sengit melawan Luo Yunhai yang saat ini masih menunjukkan aksinya dalam sebuah peperangan. Sementara Bai Ling mulai tampak ragu dalam mengambil tindakan. Matanya melirik ke arah rekan-rekannya yang semakin terdesak, terutama Xiao Feng, ia bingung harus berbuat apa dalam kondisi seperti ini.**Di satu sisi Qing Yue sedang mengayunkan tombaknya dengan kekuatan terakhir yang ia miliki, mencoba menahan pasukan musuh yang semakin ganas. "Lin Mei! Bertahanlah!" serunya dengan napas tersengal. Namun, Lin Mei sudah sangat kelelahan, tubuhnya penuh luka, dan pedangnya bergetar lemah di tangannya, seolah ingin segera mengakhiri hidupnya, menyerah dala
Saat ini. Tekanan dari segala sisi semakin terasa berat. Pasukan Bendera Biru yang terus berdatangan seperti ombak tak berujung membuat kelompok Xiao Feng semakin terdesak. Meski mereka telah bertarung mati-matian, kelelahan mulai terlihat di wajah mereka. Napas mereka tersengal-sengal, keringat bercucuran, dan luka-luka di tubuh mulai bertambah.Tepat berada di tengah medan pertempuran, Xiao Feng masih bertahan melawan Luo Yunhai, meskipun tubuhnya sudah terasa sangat berat, karena melepaskan begitu banyak tenaga pada serangan sebelumnya. Tampak Pedang Pembalik Surga di tangannya sedikit gemetar, tetapi sorot matanya tetap tajam.Sementara itu Luo Yunhai, dengan trisula besarnya, masih berdiri di depannya seperti gunung yang tak tergoyahkan."Menyerahlah, Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara tenang namun dingin. "Kau mungkin kuat, tapi kau sudah terlalu lelah. Kau tak akan bisa melindungi teman-temanmu. Sebentar lagi, mereka akan mati satu per satu."Mendengar kalimat itu, Xiao F
Pada saat mencoba untuk melarikan diri dari kejaran musuh. Udara malam yang dingin diwarnai suara ribuan langkah kaki yang menggema dari arah berlawanan terdengar jelas di telinga. Dari dalam kegelapan, terlihat bendera-bendera biru berkibar dengan lambang ombak yang meliuk di tengahnya. Pasukan ini bukanlah sembarang pasukan, mereka adalah kelompok Bendera Biru, yang terkenal akan kekuatan mereka di wilayah laut dan perbudakan internasional.Pemimpinnya tidak lain ialah Luo Yunhai, yang dikenal sebagai Pelaut Bayangan, ia saat ini tampak berdiri di atas bukit kecil di depan pasukannya. Tubuhnya tinggi dengan sorot mata dingin yang seperti menembus tulang, rambut hitam panjangnya berkibar tertiup angin. Ia memegang sebuah trisula besar berwarna biru keperakan, senjata yang menjadi ciri khasnya."Jadi, kau Xiao Feng," ujar Luo Yunhai dengan suara yang berat namun tajam, seperti suara ombak menghantam karang. "Kau membunuh Zhang Tianbao, menghancurkan kelompok Yu Zhi, dan kini mencoba m
Tubuh Yang Zhan telah diamankan oleh Lin Mei dan Jian Hong ke tempat yang lebih aman, meski mereka masih dikepung oleh musuh dari segala arah. Bai Ling menciptakan dinding es tebal untuk melindungi mereka sementara Qing Yue terus menyerang dengan tombaknya, matanya memerah penuh kemarahan.Namun, musuh tidak memberi mereka waktu untuk berduka. Pasukan Bendera Merah, dengan jumlah yang terus bertambah, mulai mendobrak pertahanan Bai Ling dan menyerang kembali dengan kekuatan penuh. Di tengah kekacauan itu, Xiao Feng maju ke depan, melindungi yang lain sambil menghadapi Yu Zhi, pemimpin pasukan tersebut.Yu Zhi, dengan senjata pedang berwarna hitam pekat yang bersinar dengan aura gelap, maju dengan penuh percaya diri. "Jadi, kau Xiao Feng, si pendekar yang membunuh Zhang Tianbao. Menurutku, kau tidak sehebat yang diceritakan."Xiao Feng memutar Pedang Pembalik Surga di tangannya, menatap Yu Zhi dengan dingin. "Kau akan segera tahu mengapa aku disebut seperti itu."Mereka berdua melompat
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments