Malam hari di hari yang sama Lingga dan beberapa pendekar melakukan pengujian terhadap pendekar pemula, Zali terhanyut duduk di atap rumahnya yang tinggi menatap keindahan bulan yang saat itu bulat utuh.
Tiba-tiba sesosok pendekar muncul di belakang Zali. Walau tidak bersuara sama sekali Zali mengetahui keberadaannya karena kanuragan miliknya.
"Bagaimana Guru Lingga atas pengujian pendekarnya?" sapa Zali duluan tanpa berbalik badan dan tanpa mengalihkan pemandangannya dari bulan.
"Anda sungguh hebat Tuan Zali. Anda bisa mengenali bahwa ini saya tanpa menoleh ke belakang bahkan saya masih dalam pakaian penyamaran," balas Lingga.
Zali hanya tersenyum.
"Aku meminta maaf karena sebelumnya meragukan dirimu atas pilihan pendekar yang anda pilih. Hari ini, aku menguji langsung Giri, Abimana, dan Sekar. Mereka semua sudah layak mengikuti ujian pendekar," tambah Lingga kemudian.
"Seperti perkataan kasarku terakhir kali,
Masih di lapangan latihan tersebut, Zali berdiri berhadapan dengan Regu 1. Ia akan memulai latihannya di hari itu juga. "Baiklah, aku akan memulai latihan kita yang pertama," celetuk Zali. "Wah apakah kau akan mengajari kami jurus cakar petir? Atau jurus pemanggil anjing?" sahut Abimana sangat bersemangat padahal beberapa saat yang lalu ia yang paling gengsi menerima Zali sebagai guru. "Tidak Abimana, kalian terlalu dini untuk mempelajari jurus itu. Kedua jurus itu adalah jurus tingkat tinggi," jelas Zali. "Ahhh," Abimana kecewa. "Pada latihan pertama ini, aku hanya ingin melihat kemampuan kalian. Terakhir kali, aku tidak begitu jelas melihat kemampuan Giri ataupun Abimana yang bertarung dengan murid Wangkawa. Sekar pun tidak terlibat dalam keahlian." "Jadi, sekarang aku akan menguji kalian bertiga sekarang juga," tambah Zali. Abimana dan Giri sanga
Zali mengejar Giri yang bersembunyi di balik hutan lebat. Ia tahu keberadaannya dari aura kanuragan milik Giri. Zali berniat menyelesaikan latihan tarung tersebut. Namun tiba-tiba langkah Zali terhenti dan ia tersenyum kecil. "Giri, tidak heran kau dikatakan pendekar pemula terbaik," gumam Zali. Zali menghentikan langkah bukan tanpa alasan. Tiba-tiba aura kanuragan milik Giri telah menghilang. Tidak mudah menyembunyikan aura kanuragan apalagi masih tingkat pendekar pemula. Kini Zali benar-benar kehilangan jejak Giri. Sedangkan Giri masih terus memantau Zali jauh, yang berdiri di lapangan terbuka. Buak! Tiba-tiba Giri sudah di belakang Zali dengan memberikan tendangan. Beruntung Zali cepat menyadari dan langsung menangkis tendangan tersebut. "Anak ini, selain bisa menyembunyikan kanuragan. Ia dapat melangkah tanpa terdengar langkahnya?" Zali membatin. Pertarungan pun terjadi antara Zali dan Giri. Tentu saja
Hari yang ditunggu-tunggu pendekar pemula pun tiba. Ujian pendekar. Regu 1 sebelumnya berkumpul tidak jauh dari rumah Abimana. Mereka akan bergerak bersama menuju perguruan, karena disanalah tempat ujian pendekar tahap pertama akan diselenggarakan. "Oy Kakek! Kami akan melakukan ujian pendekar saat ini! Doakan kami!" ucap Abimana saat berjalan melewati tetangganya yang sering mengejeknya. "Cih. Kau hanya beruntung bisa ikut ujian itu, pastilah kau akan gugur hanya pada tahap pertama," ketus tetangganya. "Tidak kakek! Aku akan lulus menjadi pendekar menengah. Dan suatu hari nanti menjadi Raja. Lihat saja!" Kakek tua itu hanya menatap kesal Abimana. Tapi sejujurnya ia berharap memiliki usia yang panjang untuk melihat ucapan anak tersebut terbukti benar atau hanya ocehan belaka. Walau baru sebentar dilatih oleh Zali, tapi rasanya memang ada yang berbeda bagi Giri terkhususnya. Zali telah mengajarkan banyak hal kepa
"Se.. sepertinya kita sedikit terlambat masuk ke dalam ruangan ini," gumam Sekar gugup melihat para pendekar itu yang terus menatap tajam kepada mereka.Giri tidak terintimidasi sama sekali dengan tatapan itu. Sementara Abimana sangat bersemangat karena ia melihat teman-temannya yang pendekar tingkat pemula pun sudah hadir disana."Oey Kaloka! Kau sudah sampai duluan ternyata," sapa Abimana semangat."Haha lihat siapa yang datang. Pendekar yang berkhayal menjadi Raja!" balas Kaloka.Di dekat Kaloka terdapat pendekar pemula yang lain yang tentu saja satu regu dengannya. Sakta dan Lika."A..abimana.." sapa Lika, pendekar perempuan yang sangat pemalu tersebut. Padahal ia sangat manis."Hah? Lika kau mengatakan sesuatu? Suaramu tidak berubah sejak dulu," balas Abimana.Kaloka Asuga, Sakta Sarangga, Lika Kusuma adalah Regu 3. Mereka direkomendasikan oleh Djani. Pendekar tingkat tinggi yang menjadi pengaw
Seluruh peserta ujian pendekar telah memasuki ruangan ujian tahap pertama. Di ruangan berbeda, beberapa pendekar tingkat tinggi yang menjadi pembimbing sedang berkumpul membicarakan murid-murid mereka yang sedang mengikuti ujian. "Kupikir, tiga muridku tidak akan ada masalah pada ujian tahap pertama ini. Atau pun tahap kedua nanti. Dari seluruh regu pendekar pemula Asoka, aku pikir regu mereka yang memiliki gabungan terbaik," celetuk Djani percaya diri. "Hmm, aku juga setuju. Kaloka dengan serigalanya. Lika berasal dari keluarga Kusuma yang terpandang. Dan Sakta, dia memiliki ajian diri yang luar biasa," balas Rumi, salah seorang pendekar perempuan tingkat tinggi yang membimbing Regu 2 pendekar pemula. Ia memiliki mata yang indah dan rambut hitam panjang sepunggung. "Kau sendiri bagaimana Rumi? Bukankah muridmu termasuk Regu yang paling terkenal di antara para pendekar Asoka? karena gabungan mereka adalah generasi Regu 2 terdahulu yaitu orangtua mereka
"Ehem.""Ehem, Abimana."Abimana tersentak seperti ada seseorang yang terus memanggilnya. Ketika ia menoleh ke sisi kiri benar saja ternyata Lika yang sejak tadi memanggilnya. Ia juga baru sadar gadis itu mendapatkan posisi duduk tepat di sampingnya."Abimana, jika kau ingin melihat gulunganku katakan saja," bisik Lika dengan sangat malu. Abimana pun terkaget. Terlebih saat ia menangkap gulungan Lika sudah terisi separuh. Ia tidak tahu Lika sepintar itu ternyata.Lika berasal dari keluarga Kusuma, keluarga terpandang selain Mahasura. Sejak kecil para anggota keluarganya sudah didik di lingkungan keluarga tentang apa itu sopan santun, ilmu-ilmu dasar beladiri, hingga ilmu duniawi lainnya. Sehingga ketika memasuki perguruan setiap orang Kusuma pasti tidak pernah kesulitan sama sekali.Di beberapa kesempatan seorang Kusuma sering bersaing dengan seorang Mahasura dalam bidang apapun itu.
"Heh? Benarkah kami sudah dinyatakan lulus tahap ini? Bahkan tidak penting apa isi dari yang kami tulis di gulungan ini?" celetuk Sadana kesal. "Ya, kalian semua yang ada disini aku nyatakan lulus," jawab Suro. "Cih. Lebih baik tadi aku tidur saja," gerutu Sadana. "Yihaaaa! Aku lulus tahap pertama!" teriak Abimana memecahkan keheningan. Ia sangat senang karena telah dinyatakan lulus oleh Suro. "Ketika pertama kali aku masuk ruangan ini, aku langsung menseleksi orang-orang yang tidak tahu sopan-santun. Karena seorang pendekar harus tahu dimana ia berada dan bagaimana ia bersikap," "Setelahnya, kalian dikejutkan dengan persoalan di dalam gulungan yang sangat sulit. Hal ini untuk kalian sadari betapa pentingnya kecerdasan itu," "Tidak lama kemudian, kalian yang merasa tidak dapat menjawab gulungan memakai segala cara dengan kemampuan kalian. Sampai sini, kecerdikan kalian telah terbukti, selama kalian melakukannya
Ujian pendekar tahap kedua telah dimulai, beberapa regu tampak sangat bersemangat tapi tidak sedikit juga yang sedikit santai dengan menyusun siasat lain. "Kalau bisa jangan sampai kita berhadapan dengan musuh saat mencari dua gulungan itu," celetuk Sadana malas. "Sadana... Bagaimana ini, apakah ada makanan di hutan ini?" Inge sungguh kesal dengan dua teman seregunya itu. Mereka sama sekali tidak ada niat untuk mengikuti ujian pendekar ini. Di gerbang lain, Kaloka dan Arka meloncat dari satu dahan ke dahan lainnya. Mereka sangat lincah, bahkan Kaloka yang manusia berlari dan meloncat seolah dia serigala. "Yuhuuuuu!" teriak Kaloka girang saat meloncat. "Kaloka, pelan-pelan saja," ujar Lika yang berada di belakangnya. "Tidak perlu pelan-pelan Lika, bukankah regu kita sudah terbiasa dengan hutan seperti ini? Aku dan Sakta bisa mencium dimana gulungan itu bahkan tanpa peta. Bukankah begitu Sakta?