Share

dia makin suka

Percakapanku dengan Pak Hamdan terhenti ketika Mas Imam menelpon. Pak Hamdan yag sedikit tidak sudah mengetahui kisah hidupku, terlihat mundur ketika membaca nama Mas Imam di layar ponselku.

"Bu Yanti bicara aja dulu," ujarnya.

"Enggak, penting kok, silakan lanjutkan apa yang ingin Bapak katakan," ucapku yang hendak mendengar kembali ucapannya yang tertahan tadi.

"Gak ada, kok, saya tak mengatakan sesuatu yang penting."

Aku hanya bisa tersenyum kecut kecewa karena sedikit lagi momen penting harus tertunda oleh panggilan telepon yang tak kuinginkan.

"Bentar ya Pak, saya ingin bicara," ujarku dan dia pun mengangguk.

Kualihkan diri pada ponsel dan menjawab panggilan yang terus berdering gencar. Andai berdekatan, ingin sekali kulempar gawai ini ke muka Mas Imam, betapa ia sudah sangat menyebalkan bagiku.

"Halo ...."

"Ya, Allah, akhirnya kamu jawab ponselku. Sudha satu bulan aku berusaha menghubungi kamu. Di mana kamu Bund?"

"Kenapa mencariku, kita tak punya hubungan apa apa lagi, Imam!
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status