Berondong Simpananku, Ternyata CEO Kaya Raya

Berondong Simpananku, Ternyata CEO Kaya Raya

last updateLast Updated : 2025-11-12
By:  Jihan FahriraUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
7Chapters
7views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Menikah dengan Erick merupakan bentuk balas budinya terhadap Tuan Warsana, kakek dari pria tersebut. Giselle, pada akhirnya harus menjalani sebuah pernikahan bak neraka lantaran memiliki suami yang temperamental dan amat membencinya. Di tahun kedua pernikahan, Tuan Warsana mengajukan sebuah syarat kepada Erick. Bahwasannya, pria itu harus memiliki anak dari Giselle supaya Tuan Warsana bisa melimpahkan segala aset warisannya kepada sang cucu. Tapi, bagaimana jika kenyataannya, Erick tidak pernah menyentuh Giselle sama sekali?

View More

Chapter 1

1. Kakek Ingin Cicit

Brak!

Wanita yang semula tengah melipat pakaian itu terlonjak kaget ketika mendengar suara pintu yang ditendang secara kasar. Ia lantas menatap pria yang kini menghampirinya itu dengan raut heran bercampur takut. Apa lagi kali ini? Apakah ia akan ditampar, atau dirinya akan diseret ke kamar mandi dan disiram air bertubi-tubi seperti kemarin?

Baru kemarin sore Erick mendatanginya dengan amarah yang memuncak.

Erick bilang, ia sudah membuat pria itu marah karena berani menampakkan wajah di hadapan Hana—kekasih pria itu.

Ya. Walau sudah setahun lebih menikah, Giselle dan Erick sama-sama tidak saling mencintai. Justru, pria itu memiliki seorang kekasih sejak awal. Pernikahan Erick dan Giselle sendiri timbul karena perjodohan yang diatur oleh Tuan Warsana, kakek dari Erick. Satu-satunya keluarga kandung yang pria itu miliki saat ini.

Andai malam itu Tuan Warsana dan ajudannya tidak menolong Giselle yang hampir sekarat di tangan para rentenir, mungkin pernikahan semacam ini tak akan pernah terjadi.

Giselle adalah wanita yatim-piatu yang hidup sebatang kara di sebuah kota kecil. Setiap hari, ia bekerja serabutan untuk bisa sekedar membeli makanan yang cukup bagi dirinya seorang.

Pukulan dan cacian adalah hal yang biasa bagi wanita itu.

Namun, di suatu malam, rentenir kembali datang untuk menagih hutang yang ditinggalkan oleh mendiang orang tua Giselle. Mereka menyentak, memaksa, dan menyudutkan wanita itu hingga tak berdaya.

Giselle nyaris diruda paksa oleh sekelompok pria tersebut, andai teriakannya tidak menggema di malam yang sunyi kala itu. Beruntung, Tuan Warsana dan ajudannya yang sedang lewat di sana mendengar teriakan sang wanita dan segera menolongnya.

Giselle selamat malam itu, meski ia harus mendapat 12 jahitan di dahinya setelah rentenir itu membenturkan kepalanya ke dinding akibat berteriak dan memberontak. Namun, yang ia tidak ketahui saat itu adalah, penderitaan lain telah menunggu melalui kakek berhati malaikat tersebut.

Siapa sangka, Giselle harus menikah dengan Erick yang selama ini terus menunjukkan kebencian dan sikap kasarnya kepada sang wanita.

"Ada apa? Aku tidak melakukan kesalahan apa-apa seharian ini. Aku sedang melakukan pekerjaanku."

Erick menatap sengit wanita yang terlihat kumal di matanya itu. "Kakek memintaku untuk membawamu ke rumah. Hmph! Aku harap kau bisa menempatkan diri."

Giselle sontak menunduk memperhatikan penampilannya yang sedikit berantakan.

Tentu saja. Wanita itu sedang melakukan pekerjaannya sehari-hari, seperti mencuci, bersih-bersih, menyiram tanaman, dan yang lainnya.

Meski Giselle diboyong ke rumah mewah milik Erick, tetapi wanita itu tak pernah merasakan benar-benar menjadi Nyonya di rumah ini. Para pembantu sinis terhadapnya, bahkan tukang kebun sekalipun.

Giselle sering dikerjai oleh pembantu-pembantu di sini. Akan tetapi, wanita itu tak pernah sekalipun marah atau mengeluh. Justru sebaliknya, ia merasa bersyukur. Setidaknya, ia sudah tidak dihantui hutang-hutang mendiang orang tuanya. Juga, dirinya tak perlu bekerja serabutan lagi hanya demi menyambung hidup. Ia bisa berpakaian layak, tidur di ranjang yang empuk, dan makan 3 kali sehari. Semua itu cukup bagi Giselle.

"Apa kamu ingin aku berdandan?"

Erick mendengus geli. "Berpakaian saja tidak bisa, bagaimana mau berdandan?" ejeknya.

Kening Giselle sedikit mengernyit saat mendengar ledekan tersebut. Jadi, apa yang pria itu inginkan darinya?

"Suha!" Erick berseru memanggil salah seorang pelayan di rumah ini.

Sesaat kemudian, beberapa wanita yang Giselle ketahui sebagai pelayan rumah itu datang dengan beragam benda di tangan mereka.

"Lakukan pekerjaan kalian! Jangan buang waktu! Kakek menunggu di rumah," perintah Erick kepada para pekerjanya.

"Baik, Tuan."

***

Giselle berjalan mengimbangi langkah Erick. Ia sedikit gelisah akan hal ini. Berkali-kali wanita itu berusaha menarik turun rok yang dikenakannya. Hari ini, untuk pertama kalinya dalam hidup, wanita itu mengenakan pakaian berkelas seperti ini. Sebuah stelan rok dan blazer yang didalamnya dipadukan dengan blouse putih yang tampak elegan.

Hanya satu yang Giselle kurang sukai dari pakaian ini. Roknya yang terlalu pendek baginya.

Melihat kedatangan sang cucu, senyum Tuan Warsana langsung mengembang di ruang keluarga. Ia memeluk sejenak cucu dan menantunya, sebelum akhirnya mempersilakan keduanya untuk duduk.

Saat duduk, rok Giselle semakin terangkat ke atas. Dan rasanya sungguh tidak nyaman. Untung saja Erick menyadari kegelisahan wanita itu dan segera melepaskan jasnya sebagai penutup untuk sang istri.

Tuan Warsana merasa bahagia saat melihat bagaimana cucunya memperhatikan sang istri. "Ini baru cucu Kakek!"

Ah! Giselle langsung tersadar. Mungkin, Erick melakukannya bukan karena peduli, melainkan ingin mencari muka saja di depan Tuan Warsana.

"Kenapa Kakek tiba-tiba meminta kami datang?" tanya Erick yang tampak tak tertarik.

"Hei ...." Tuan Warsana mendelik. "Kenapa buru-buru sekali? Kakek bahkan belum menanyakan kabar kalian."

"Emh! Kami baik-baik saja, Kek. Kakek sendiri bagaimana? Sehat, bukan?" sahut Giselle yang tulus menanyakan kondisi pria tua itu.

"Yah .... Seperti inilah, Giselle. Sepertinya, waktu Kakek tidak lama lagi."

Giselle dan Erick sama-sama terkejut mendengar ucapan pria itu.

"Maksud Kakek apa, sih?!" sungut Erick kesal.

"Kakek, kenapa berkata seperti itu? Apa Kakek sedang sakit?" tanya Giselle khawatir.

"Ah! Tidak. Namanya juga orang tua," kata Tuan Warsana santai. "Ngomong-ngomong, apa kalian belum memiliki rencana bulan madu? Ini sudah satu tahun lebih, dan Kakek belum pernah dengar soal rencana bulan madu kalian."

"Untuk apa bulan madu?" sergah Erick cepat. "Kami bisa melakukannya di mana pun, Kek. Tidak perlu bulan madu."

Giselle terkejut, tetapi Tuan Warsana justru merasa gembira mendengar ucapan sang cucu.

"Haha! Kakek suka gaya kamu, Erick! Tapi, kali ini Kakek serius."

Erick hanya melirik, lalu menyilangkan salah satu kakinya di atas kaki yang lain.

"Kakek ingin agar kalian segera memiliki anak."

"Kenapa harus buru-buru? Aku dan Giselle masih berusaha mengenal satu sama lain."

"Sudah satu tahun, Erick. Kakek yakin, kalian sudah saling mengenal luar dan dalam."

Giselle menelan ludah mendengar perkataan Tuan Warsana. Ia memilih untuk diam dan tak ikut berkomentar. Entah bagaimana jika pria tua itu tahu yang sebenarnya, bahwa ia dan Erick tidur di kamar terpisah. Jangankan untuk melakukan hubungan intim layaknya pasangan suami istri. Bertatap muka saja jarang, meski satu rumah.

"Aku masih sibuk. Kalau istriku hamil, siapa yang akan memperhatikannya nanti?"

Tuan Warsana tersenyum mendengarnya. "Kakek tahu, kamu mengkhawatirkan Giselle jika dia hamil di tengah kesibukanmu. Maka, Kakek sudah mengatur segalanya. Selama tiga bulan ke depan, silakan beristirahat dari pekerjaan. Kamu dan Giselle akan berbulan madu ke pulau. Kalian bisa menikmati waktu bersama."

Erick hendak menyela. Namun, kakeknya itu lebih dulu menambahkan, "Jika kalian pulang dalam kondisi Giselle berbadan dua, maka Kakek akan langsung mewariskan seluruh aset milik Kakek ke tangan kamu dan Giselle, Erick."

Giselle tertegun. Ia refleks menoleh menatap Erick yang tampak kehabisan kata-kata.

"Tapi kalau kamu menolak, maka jangan pernah mengharapkan sepeser pun warisan dari Kakek," pungkas Tuan Warsana, yang memicu perang batin di dalam diri Erick.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
7 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status