"Pak Bram pernah bertemu Brama?" Tanya Philip
"Pernah pak, saat saya mengunjungi apartemen Marchel saya gendong dia, karena anaknya lucu, ganteng seperti Marchel." Jawab Bram.
"Saya malah belum pernah gendong Brama pak, padahal tiap hari ketemu, aneh ya pak?"
"Sekali-kali gendong aja pak buat menghibur Marchel, anggap aja cucunya."
"Susah pak ini soal rasa, soal hubungan batin itu tidak bisa dipaksakan."
"Ya setidaknya atas nama belas kasihan dan rasa kemanusiaan pak, pak Karno aja dulu setiap ketemu anak-anak selalu beliau gendong kok, padahal anak rakyat jelata." Ujar Bram
Mendengar ucapan Bram itu, Philip baru tergugah, dia merasa selama ini terlalu membeda-bedakan kasih sayang, hanya atas dasar hubungan darah dan ikatan batin. Sehingga lupa pada nilai-nilai hakiki dalam hubungan kemanusiaan.
Memang beda cara pandang Philip dengan Bram, dalam melihat dan menilai hubungan kemanusiaan. Philip lebih men
Di kantor, Marchel menceritakan kabar dari Asha kepada Bram di ruang kerja Bram,"Semoga itu jadi kabar baik buat Asha ya Cel." Ucap Bram"Ya pak, ternyata Allah mendengar doa-doa Asha selama ini." Jawab Marchel"Kasihan sama Asha, sejak bayi tidak mengenal orang tuanya, syukur-syukur kalau hidup orang tuanya lebih baik ya.""Itu yang ingin di ketahui Asha dari Bibinya, karena Bibinya belum cerita banyak dengan Asha soal rencana kedatangan Mamanya pak." Jelas Marchel"Ya kamu ajak Asha ketemu dan ngobrol sama Bibinya..""Asha ngajak saya hari ini pak, cuma saya gak bisa, lagi sibuk banget hari ini pak.""Besok aja, kamu beresin semua kerjaan hari ini, supaya besok kamu longgar, dan bisa temani Asha."Bram sangat senang mendengar Asha akan ketemu dengan Mamanya, karena Bram sangat tahu seperti apa penderitaan Asha selama ini, itulah yang membuat Bram sampai dekat dengan Asha, karena dia kasihan sama Asha.
Sekarang semua merasa bersedih melihat kondisi Brama yang sedang sakit, terutama Bram, meskipun dia tidak berada di rumah sakit. Jelas Bram lebih kuatir, karena Brama adalah darah dagingnya dengan Asha.Brama menjadi pusat perhatian, semua menyayangi Brama, bahkan sangat takut kehilangan Brama.Begitulah rencana Tuhan, anak yang tidak berdosa itu hanya menerima akibat dari dosa orang tuanya. Dia sama sekali tidak pernah menginginkan lahir ke muka bumi ini.Bahkan dia tidak pernah tahu akan lahir dari rahim siapa, dan siapa yang membuahinya. Sudah sepantasnya dia tidak menerima akibat itu semua, dan sudah sepantasnya siapa pun menyayanginya, karena dia hanyalah bayi yang tidak mengerti apa-apa.Di sela-sela kesibukan membesuk Brama, Papi Marchel sempat ngobrol sama Asha,"Kapan Mama kamu mau pulang ke Indonesia Sha? Dalam rangka apa? Mau ketemu kamu?" Tanya Papi Marchel"Ya Pi, cuma belum tahu kapan, katanya sih mau memperluas
"Ya pak, ujar Marchel sambil keluar dari kamar, aayup-sayup terdengar suara Bram, "Gimana Cel keadaan Brama?" Tanya Bram"Sudah mendingan pak, suhu badannya juga normal." Jawab Marchel"Syukurlah kalau gitu, Asha juga harus cukup istirahatnya," lanjut Bram"Ya pak, tadi dia baru bangun pak."Ya udah cel.." Tutup BramBaru saja Marchel mau ke kamar, Papinya menyapa, "Pak Bram perhatian sekali ya sama Brama Cel," sapa Papi Marchel"Perhatiannya sama Marchel Pi, karena dia kasihan, dia butuh Marchel di kantor." Jawab Marchel, sambil membalikkan badannya ke arah Papinya.
Setelah tahu status sosial orang tua Asha, barulah Papi dan Mami Marchel menghargai Asha. Sambil makan siang, mereka menanyakan tentang Mama Asha,"Mama kamu pegang jaringan hotel apa Asha?" Tanya Papi Marchel"Oh ya? Pegang jaringan hotel? Hebat ya Mama kamu Sha?" Tanya Mami MarchelAsha yang sedang mau menyendok nasi kepiringnya mengurungkan niatnya, "Asha belum tahu Pi, karena belum dengar penjelasan Bibi." Jawab Asha."Iya Mi, katanya sih gitu, Asha sih biasa aja mi." Lanjut asha kembali menyendokkan nasi ke piringnya."Kalau belum ketemu Bibinya, belum jelas Pi kebenaran semuanya." Timpal Marchel
Marchel, mas Kardi dan Nain membersihkan Paviliun, dia mengingatkan pada mas Kardi dan Nain agar tidak menggeser dan memindahkan, perabotan yang ada di ruangan itu sesuai dengan amanat Maminya.Semua lantai di sapu dan di pel dengan bersih, karpet yang ada pun di ganti dengan yang bersih. Termasuk juga kamar mandi, di sikat dengan bersih.Melihat itu semua, Papi dan Mami Marchel sangat senang, karena dengan demikian mereka mendapatkan kepastian kalau Marchel segera akan menempati Paviliun tersebut, tidak kembali ke apartemen.Yang paling sibuk Mami Marchel, karena dia melihat kondisi di dalam paviliun, dan mengecek satu persatu perabotan yang ada di dalam pavliun, karena dia tidak ingin ada barang yang di geser atau di pindahkan.Mami bertanya pada Marchel, "Kapan kalian mau tempati Cel? Hari ini atau besok?""Besok pagi Mi, malam ini kita masih tetap di rumah," jawab Marchel"Yaudah di sini aja selamanya Cel, apartemen kamu sewakan aj
Marchel membalas tatapan Asha, "Karena kamu sangat menggairahkan." Ujar Marchel sambil mencolek ujung hidung AshaMarchel berdiri mematikan seluruh lampu paviliun, penerangan yang tersisa hanya lampu di samping tempat tidur, dan cahaya dari televisi. Marchel kembali mendekati Asha yang sudah tiduran di sofa, TV tetap di biarkan menyala.Dalam remang kegelapan paviliun, Marchel dan Asha sudah bergumul di atas sofa, mereka menikmati malam pertama menempati paviliun tersebut. Marchel tahu Asha sangat tegang beberapa hari terakhir, karena harus menjaga dan merawat Brama yang sedang sakit.Malam ini Marchel ingin Asha bisa melakukan pelepasan, dari segala ketegangan yang sudah di hadapinya beberapa hari terakhir. Marchel mengajak Asha untuk benar-benar menikmatinya. Mulai dari fore play yang maksimal, sampai penetrasi, Marchel melakukannya dengan sangat sempurna, sehingga Asha sangat terpuaskan.Sambil masih terengah-engah, Asha bilang pada Marchel, "Mas ... t
"Kok empat hari? Kita sudah enam hari mas disini." Balas Asha"Dua hari kan di rumah sakit Sha, di paviliun baru satu hari, tiga hari di rumah utama." Terang Marchel"Oh iya," jawab Asha sambil terus berkutat dengan masakannya.Selesai memasak, Asha langsung menyajikan sarapan pagi di meja makan. Marchel dan Asha sampai lupa dengan keberadaan Narti, "Oh ya mas, Narti sudah sarapan belum ya?" Tanya Asha"Biar aja dia sarapan sama bik Tum dan mbok Nah di belakang." Jawab MarchelSambil sarapan Marchel ingatkan Asha, "Nanti aku jalan kerja, kamu di paviliun aja, gak usah keluar," ingat Marchel.&nbs
Di kantor, Marchel sedang berbicara dengan seseorang melaui ponselnya,"Maaf ma, Marchel gak kenal nomornya, (mendengarkan), bisa sih ma."Marchel duduk di kursi kerjanya,"Mama kasih tahu posisinya aja, (mendengarkan), ok ma ... Marchel langsung kesana."Marchel mengakhiri pembicaraannya, dia keluar ruangan menuju ke ruangan kerja Bram.Tok tok tok..Marchel mengetuk pintu ruang Bram"Yak masuk.." terdengar sautan Bram dari dalamMarchel masuk dan memberikan salam, "Selamat siang pak, saya mau izin keluar sebentar pak, sebelum sore saya sudah pulang." Ujar Marchel&n