Home / Horor / Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku / Bab 1. Bekerja Atau Bercerai

Share

Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku
Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku
Author: Sisi Ryri

Bab 1. Bekerja Atau Bercerai

Author: Sisi Ryri
last update Last Updated: 2024-02-12 10:47:38

"Aku nggak mau tau, Mas! Pokoknya hari ini kamu harus dapet kerja!"

Petak rumah persegi yang cukup sempit itu tidak pernah sepi. Gema suara Roro terus mengalun hingga sang suami frustasi sendiri. Barangkali para tetangga pun tidak berhenti mendengar pembicaraan mereka.

Pasalnya, Jaka—suami Roro belum mendapatkan pekerjaan semenjak jatuh miskin. Waktu pria itu habis hanya untuk tidur, menonton televisi, dan main catur bersama para tetangga di warung.

Jaka masih mencoba mengusap punggung Roro, meminta wanita itu untuk tenang. Dia malu kalau seisi kompleks perumahan kecilnya itu mendengar bentakan Roro setiap hari.

"Sabar, Neng. Aku juga masih berusaha nyari kerjaan. Kamu doain aku dong. Jangan malah dibentak-bentak kayak gini."

Jaka beralih mengusap perut buncit Roro dan mencoba memeluknya. Akan tetapi, wanita itu malah menepis. Tatapan tajamnya sungguh sadis. Hingga di detik itu Jaka menciut dan memilih mundur sedikit jauh dari wanita itu.

"Sabar-sabar! Dari dulu tetep aja disuruh sabar! Mas, anakmu ini mau kamu kasih makan apa kalo kamu terus-terusan nggak dapet kerja? Mau kamu kasih makan rumput?"

Bunga desa itu sedang mengandung anak pertama mereka. Sekarang kandungannya berusia delapan bulan. Makanya wajar kalau dia marah melihat suaminya yang lebih senang rebahan ketimbang cari kerja. Semenjak digusur ke rumah kecil yang Roro pikir lebih pantas disebut gubuk ini, Jaka tidak pernah mencari nafkah lagi. Seolah-olah pria itu pasrah saja hidup mereka digerus kemiskinan.

Jaka yang mulai panas mendengar omelan istrinya mendengus. Dia melangkahkan kakinya menuju meja makan dan membuka tudungnya sejenak. Rupanya tidak ada makanan sama sekali. Kemudian dia beralih melihat galon di sudut ruangan. Dia mengacak rambut frustasi. Kerut dahinya pertanda putus asa itu terlihat jelas. Bahkan air galon pun hampir terkuras habis.

"Iya, Neng. Aku tahu. Kemarin aku juga sempet ngeliat brosur pekerjaan. Katanya perusahaan lagi rekrut orang besar-besaran buat jadi supir di pabrik. Ya nggak mungkin dong aku terima. Coba, siapa yang mau kerja jadi supir di pabrik!" Jaka bertanya sekaligus menjawab sembari mendudukkan tubuhnya di kursi kayu kecil dekat jendela.

"Ya kamu lah! Siapa lagi?"

Lagi-lagi bentakan itu menggema. Putus sudah urat malu Jaka. Pagi, siang, dan malam Roro terus saja berbuat kegaduhan. Kalau bukan masalah pekerjaan, dia sibuk mendebat masalah kehamilannya.

Jaka tidak akan pernah mau kalau diminta bekerja di pabrik. Baginya itu pekerjaan rendahan. Sebelum digusur di rumah sempit ini, dia adalah anak Pak Gunawan yang terkenal konglomerat. Bisnis ayahnya pernah melambung tinggi. Pak Gunawan merupakan seorang pebisnis terkenal yang pernah dinobatkan sebagai CEO paling berpengaruh dan menginspirasi di Jawa Timur.

Sewaktu kecil dulu main balap karung bukan kesukaan Jaka. Alih-alih ikut anak-anak kampung main balap karung atau lempar kelereng, dia memilih mengajak mereka main PS di rumahnya. Menginjak dewasa Jaka tidak pernah pusing masalah uang jajan habis atau keperluan belajarnya tidak terpenuhi.

Semenjak Pak Gunawan meninggal dan keluarganya berpisah entah ke mana, Jaka harus menyambung hidup di kompleks perumahan kecil semacam ini. Kini yang adalah konflik utamanya. Roro tidak segan-segan memukul kalau dia pulang dan masih saja membawa tangan kosong.

Pasti berakhir Jaka berhutang makanan di warung depan. Kalau pemilik warung tidak meladeni Jaka sembari menatap sinis, ya mengomel hingga Jaka pergi dari warungnya dengan tangan kosong.

"Aku ini dari keluarga terpandang, Neng. Almarhum ayahku adalah pengusaha terhormat. Kamu pikir aku pantas mengambil pekerjaan itu?Supir pabrik itu hanya untuk masyarakat-masyarakat menengah ke bawah seperti mereka-mereka ini," ucap Jaka sembari menunjuk deret rumah di seberang mereka.

"Mas, rumah mereka aja lebih bagus dari kita! Mereka masih punya beras dan bisa masak enak! Lah kita? Kenyataannya sekarang kita jatuh miskin, Mas! Kamu harus sadar!"

Jaka melengos. Dia baringkan tubuhnya ke kursi panjang di ruang tamu dan meringkuk, ingin tidur. Mendengar omelan sang istri membuatnya hampir depresi. Dadanya sesak bukan kepalang. Ubun-ubun hingga panas keterlaluan.

"Aku nggak mau tau lagi! Kalo sampe dalam dua minggu kamu nggak dapet pekerjaan, aku nggak akan segan-segan buat ceraikan kamu!"

Sementara, Roro segera melangkah, menghampiri Jaka dengan perut buncitnya itu. Dia pukul-pukul lengan Jaka sekuat mungkin. 

"Neng, perceraian itu bukan bahan candaan."

"Aku nggak bercanda, Mas! Pokoknya kamu harus segera dapat kerja, TITIK!"

Jaka yang terus dipukul dan tubuhnya ditarik supaya bangun dari kursi itu mendengus. Muka kusutnya dia usap kasar. Dia mengurungkan niat untuk tidur lebih awal dan memilih bangkit dari kursi. Diraihnya jaket lusuh yang tersampir di sandaran kursi dan melangkah pergi.

"Mas Jaka! Aku lagi bicara sama kamu!"

Jaka tidak menggubris teriakan Roro. Terkadang kata-kata dari istrinya itu sangat pedas hingga membuatnya dongkol sendirian.

"Kamu ini! Dasar suami nggak tau diri!"

Dari tepi jalan sana, Jaka masih bisa mendengar jelas makian istrinya.

Mendengus, melangkahkan kaki semakin lebar ke arah seberang. Lantas melangkah menuju warung langganannya. Benar bahwa dari sekian banyak masalah yang bertumpuk, warung itu adalah tempat terakhir yang paling nyaman untuk mendekam biarpun hutangnya terus ditagih dan terus dikatain pria pengangguran tidak tahu malu.

Tak pernah terbayangkan sedikitpun bahwa Jaka akan jatuh miskin seperti ini. Pak Gunawan meninggal dengan cara paling tragis yang pernah Jaka tahu. Bisnisnya hancur. Tanahnya dirampas pemerintah. Uangnya ludes entah ke mana. Kini Jaka tidak mendapatkan apa-apa. Untuk tetap hidup dan menghidupi Roro, Jaka harus membawa sang istri pergi jauh dari rumah mewahnya. 

Jaka ketiban sial. Seolah-olah hidup sudah tidak berpihak lagi pada Jaka.

Sekali lagi dia mengacak rambutnya frustasi. Hawa kantuk bercampur lelah membuatnya semakin stres. Sisa uang seribu di dompet tidak akan memberikan jaminan apa pun. Terkadang Jaka ingin lari saja dari pernikahannya. Akan tetapi, lagi-lagi dia dibayangi bayi mungil yang sangat mirip dengannya.

'Ya Allah, anakku mau lahiran, tapi bapaknya ini belum mendapat pekerjaan sama sekali. Biaya persalinan saja tidak ada. Apalagi membelikan baju dan menyiapkan bubur untuknya.'

Jaka menyesal pernah menggebu-gebu ingin punya anak secepatnya.

Sekian menit usai itu, di tengah lamunannya, mata Jaka terbuka lebar. Tembok besar seberang sana memperlihatkan iklan lowongan pekerjaan yang tertempel di dinding teramat besar dan jelas. Jaka langsung melangkah, mendekat untuk membaca lebih teliti tulisan yang tertera.

Lowongan pekerjaan menjadi pengantar peti mati. Di tengah makian sang istri, omelan penjaga warung yang menagih hutang padanya, dan bayang-bayang anak sulung yang akan lahir dalam waktu dekat, Jaka menimbang-nimbang. Pekerjaan aneh semacam itu berhasil menarik atensi Jaka untuk membaca informasinya lebih lanjut.

HRD menulis bahwa gaji akan diberikan langsung ketika peti mati tersebut tiba di lokasi. Pekerjaan ini adalah alternatif yang sangat tepat karena Jaka ingin segera mendapatkan uang.

Langkah Jaka yang hendak pergi ke warung kini putar haluan. Dia ingin segera melamar pekerjaan itu sebelum didahului orang-orang. Jaka mengepalkan kedua tangan. Tekatnya begitu kuat dan harapannya bangkit kembali. Semoga saja HRD menerima lamaran pekerjaannya.

“Aku harus mengambil kesempatan ini!” tegas Jaka lalu melangkah masuk ke dalam pabrik tanpa banyak berpikir.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 72. Roro Kembali

    Meski tawa Dumadi begitu sinis tapi Jaka tetap harus mendengarkannya. Mereka terus berada di rumah Irawan sampai akhirnya langit perlahan gelap dan Jaka sadar kalau ini saatnya pulang.Dia bersama Bowo kemudian memasuki kembali mobil pick up tua yang berjalan begitu lambat menyusuri jalan pulang yang hari itu terlihat lebih lengang.Sesekali mata Jak terlihat sayu karena lelah dengan semua kejadian barusan dan kembali terang begitu tiba di jalan kampung yang berarti dia semakin dekat dengan rumahnya."Aku turun di sana aja," ucap Bowo sambil menepuk bahu Jaka yang tegap."Oh!" Sedetik kemudian Jaka sudah menyalakan lampu sein dan mobil perlahan bergerak ke kiri.Tangan Bowo segera membuka pintu lalu melambai begitu kedua kakinya mendarat di atas tanah yang basah, sepertinya hujan turun beberapa saat lalu. "Ah, sudah sampai," ucapnya lalu menutup pintu dengan tangan kirinya."Yok!" jawab Jaka singkat lalu kembali menginjak pedal gas sebelum Bowo menyampaikan salam perpisahan.Entah men

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 71. Irawan Kemana

    Serpihan itu perlahan terbang meninggalkan rumah mewah milik perwira polisi itu meski Jaka dan Bowo terus mengamatinya.Butiran-butiran itu terbang begitu bebas kemudian menghilang tersapu angin."Itu!" teriak Bowo menyadari ada yang salah dari diamnya mereka. "Kemana mereka?" Pertanyaan itu membuat Jaka tersadar, Irawan yang ada di kamar tiba-tiba menghilang. Entah kapan dia pergi, mungkin saat Red menghilang atau mungkin saat mereka lengah.Gila!Teriak Jaka lalu melangkah masuk ke dalam kamar milik sepupunya itu dengan wajah penuh kesedihan. "Bagaimana aku bisa melupakannya," desis Jaka lalu masuk ke dalam kamar untuk memastikan apa yang dia lihat. "Dia benar-benar hilang," ulang Jaka setelah memastikan jika kamar itu memang sudah kosong."Sudah! Sudah!" Tiba-tiba dari dinding yang bisa terlihat sesosok cahaya yang kemudian dikenali Jaka sebagai Gunawan, ayahnya. "Aku tau ini pasti terjadi. Mereka pasti punya rencana jahat hingga kamu harus hati-hati padanya.""Ayah, tapi dia meng

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 70. Balas Dendam Darma

    "Diam!" teriak Marni yang sudah sejak tadi ingin menghabisi adik ipar Jaka itu. "Kamu tidak akan bisa lari lagi. Sekarang aku akan menghabisimu!" Darma yang mendengar perkataan Marni langsung berdiri karena ternyata tadi yang melilit tubuhnya tidak berfungsi. Dia lalu menatap wajah Marni yang ketakutan kemudian menepis tangan pelayan Irawan itu kuat-kuat hingga pisau yang ada di tangannya terpetal jauh."Kee--napa kamu bisa sekuat ini?" tanya Marni tidak percaya."Mas, habisi dia. Dia ini setan. Dia akan mudah kamu taklukkan sekarang!" teriak Darma lalu memutar lehernya ke arah Jaka.Tidak perlu menunggu, Jaka langsung mendekat ke arah Marni. "Tenyata mudah mengalahkanmu!" teriak Jaka lalu meremas jemarinya untuk siap membogem wanita paruh baya itu.Plas!Tangannya melayang dan wajah sedetik kemudian wajah Marni remuk karena bogemannya itu. Ah!Marni terkapar di atas lantai lalu melirik ke arah kamar dimana Irawan sudah jadi mayat hidup yang tidak kunjung dijemput sang malaikat maut

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 69. Aku Tau Kelemahan Mereka

    "Aku tau kelemahan mereka," desis Darma lalu melirik ke arah Jaka.Hah!Jaka terbelalak mendengar perkataan adik iparnya itu merasa tidak mungkin tapi wajah Darma nampak begitu yakin dengan apa yang dikatakannya."Lalu apa yang kamu tau soal mereka?" tanya Bowo dengan wajah kebingungan. "Kalau bisa kita habisi saja sekarang,"Mendengar perkataan Bowo wajah Darma yang awalnya begitu yakin sontak berubah tertunduk. Dia lalu melirik ke arah Jaka yang masih duduk di sampingnya kemudian berkata. "Tapi aku tidak tau caranya,"Mmm!Jaka yang tadinya yakin pada Darma dengan kesal berkata. "Kamu ini kayak kentut. Tadi yakin banget, sekarang ragu. Sebenarnya mau kamu apa, sih?""Ada sosok yang terang di saat aku mau masuk ke gerbang kematian, Mas. Dia bilang kamu adalah orang yang kuat, hanya saja ketidakyakinan itu membuatmu lemah."Deg!Jantung Bowo berdegup kencang, dia teringat pada perkataan Nenek Manda soal kekuatan Jaka yang tersembunyi. Dia lalu menarik tangan Jaka kuat-kuat hingga kepa

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 68. Darma Ingin Membantu

    "Kalian harus ijinkan Darma tetap di rumah itu dan membantu Jaka dari rong-rongan Irawan," bisik Nenek Manda dengan suara yang tiba-tiba jadi lantang. Tidak cuma suaranya yang jadi lantang, mata Nenek Manda berubah jadi merah dan rambutnya seperti terkibar angin yang datang dari sekeliling rumah.Bowo yang tidak mengerti tentang perubahan diri wanita tua itu hanya terdiam memandangi sorot mata yang begitu asing baginya. Dia terus mencoba mengartikan apa gerangan maksud dari nenek sakti ini. "Apa yang kamu maksud sebenarnya?" tanya kernet baik itu berharap Manda mau menjelaskan lebih detail maksud perkataannya."Aku tau ini terdengar aneh, tepi kamu harus biarkan Darma di sana. Hanya itu tugas terakhir Darma di hidupnya,""Apa?" Bowo terbelalak. Dia kembali teringat cerita ibu warung kalau adik ipar Jaka itu saat ini sedang dalam keadaan koma dan bisa kapan saja meninggal.Bowo berusaha menenangkan diri karena kabar ini bukan kabar bagus baginya, dia terus berharap apa yang dia pikirk

  • Jeritan Dibalik Peti Mati Ayahku   Bab 67. Benar-Benar Jahat

    "Tidak ada!" teriak Bowo setelah memastikan dua sosok itu sudah pergi dari tempat yang mereka duga adalah tempat persembunyian mereka."Iya, tapi aku yakin dia akan kembali ke rumah ini. Mereka berdua masih mau Mas mati," tambah Darma lalu mendekat ke arah Jaka. "Mas tau kan kenapa aku tidak mau Mas jadi korban mereka?""Apa?" tanya Jaka semakin penasaran dengan keputusan adiknya yang tidak mau meninggal padahal saat ini dia sedang ada di gerbang antara hidup dan mati."Karena Rio, Mas. Anakmu masih butuh kamu dan aku lihat tenagamu semakin hari semakin tipis saja. Sepertinya ada sesuatu denganmu hingga tenaga pemberian nenak sakti itu tidak semuanya bisa kamu dapatkan!"Jaka mengangguk membenarkan apa yang dikatakan Darma sore itu. Semenjak beberapa hari lalu tenaganya sudah tidak sebesar sebelumnya. Dia kembali jadi penakut seperti tidak berdaya apa lagi saat pelayan Irawan yang notabene adalah seorang wanita menyerangnya saja dia tidak bisa mengelak.Mendengar cerita Darma tentang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status