Share

Bab 4

Penulis: Erna Azura
last update Terakhir Diperbarui: 2024-05-31 22:46:02

Melihat Arsha menangis, Kama meraup wajahnya kasar, hembusan nafas terdengar berkali-kali keluar dari mulutnya.

Noda darah yang mewarnai seprei putih membuatnya semakin yakin bila ia telah merenggut kesucian perempuan itu.

Menyesal pun tidak ada guna, tapi jelas ia harus bertanggung jawab.

Menikahi perempuan itu? Yang benar saja, mereka tidak saling mencintai bahkan tidak saling mengenal.

Kama tidak tau siapa perempuan itu sebenarnya, bagaimana keluarganya juga latar belakangnya.

Walau bagaimanapun ia menyandang nama Gunadhya di belakang namanya terlebih demi apapun ia tidak sedang ingin terlibat hubungan dengan seorang wanita.

Oke, setidaknya ia harus meminta maaf. Bagi pria sejati seharusnya itu tidak sulit.

“Maaf,” ucap Kama tulus meski tenggorokannya tercekat.

Suara parau itu kenapa malah terdengar sexy ditelinga Arsha?

Satu kata dalam bahasa Indonesia meyakinkan Arsha bila pria itu berkebangsaan sama dengan dirinya.

Arsha tidak menjawab, mengusap air mata kemudian berusaha berdiri dengan menopang pada sofa di sampingnya.

“Bawain baju-baju gue ke depan pintu kamar mandi.” Arsha memerintah dengan nada ketus membuat kedua alis Kama terangkat.

Seenaknya saja perempuan itu memerintahnya, memangnya siapa dia?

Di kantor dirinya yang selalu memerintah, lalu sekarang seorang perempuan mungil berani memerintahnya.

“Cuih,” Kama berdecih membuang tatapannya ke arah lain.

Arsha berjalan tertatih masuk ke dalam kamar mandi sambil menahan sakit yang luar biasa pada intinya.

***

Arsha memasang tampang sangar ketika keluar dari kamar mandi, ia hanya memakai bathrobe putih yang disediakan pihak hotel.

Sering membungkuk untuk memungut pakaiannya yang berceceran.

Kama sama sekali tidak mau mengikuti perintah Arsha membuat perempuan itu jengkel setengah mati.

Setidaknya permintaan maaf Kama tulus dengan membantunya mengumpulkan pakaian yang tadi malam dengan tidak sabar pria itu lucuti.

Arsha melongok ke bawah kursi kemudian mengobrak-ngabrik ranjang mencari pakaian dalamnya.

Di ambang pintu balkon, Kama menyandarkan setengah bagian tubuhnya dengan cangkir kopi di tangan.

Matanya mengawasi Arsha secara terang-terangan.

Setitik rasa bersalah timbul kembali tatkala melihat Arsha tertegun sesaat melihat bercak darah miliknya di atas seprei.

Arsha enggan melirik ke arah Kama, pasalnya pria itu seperti sengaja tidak memakai kaos atau kemeja untuk memamerkan otot yang terpatri indah di dadanya.

Entahlah Arsha harus bersyukur atau bagaimana karena kesuciannya direnggut pria tampan bertubuh atletis bukan pria mengerikan apalagi om-om hidung belang.

“Cari apa?” tanya Kama datar.

Tanpa mengalihkan tatapan dan menghentikan pergerakannya mencari celana dalam, Arsha menjawab, “Celana dalem!”

“Dia atas meja,” balas Kama.

Arsha menengok ke atas meja dan ternyata benar, celana dalam warna hitam dengan renda dan bentuk yang sexy teronggok di tengah-tengah meja.

“Kenapa ada di situ?” Arsha malah bertanya dengan nada ketus.

“Kamu yang lempar ke situ!” balas Kama terselip nada meledek.

“Enggak mungkin, lo pasti yang ngelempar ke sana setelah ngelepasin—“ Arsha tidak mampu melanjutkan kalimatnya, nafasnya menderu dengan jatung menggila mengingat kejadian semalam.

Apa saja yang dilakukannya ketika mabuk tadi malam, kenapa yang diingatnya hanya ketika pria itu sedang memacu diri di atasnya saja?

“Terserah,” gumam Kama kemudian melengos melewati Arsha.

Pria itu masuk ke dalam kamar mandi setelah menyimpan cangkir kopi di atas nakas, sengaja menutup pintu dengan kencang, menghasilkan debuman yang berhasil membuat Arsha berjengit.

Arsha mengesah panjang, bergegas ia memakai pakaiannya untuk pergi dari sana.

Suara gemericik air terdengar, menandakan makhluk menyebalkan di dalam kamar mandi sedang membersihkan tubuhnya.

Arsha menoleh ke arah pintu kamar mandi setelah menghentikan langkah menuju pintu.

“Siapapun lo, gue harap enggak pernah ketemu lo lagi!” gumam Arsha kemudian melanjutkan langkahnya keluar dari kamar itu.

Arsha juga membanting pintu sekencang mungkin untuk membalas Kama membuat pria itu memutar kran shower untuk menghentikan air yang membasuh tubuhnya.

Terburu-buru memakai handuk dan dalam keadaan basah keluar dari kamar mandi mencari perempuan tidak sopan yang telah meledeknya.

Kosong, kamar itu kosong. Hanya aroma parfum Arsha yang tertinggal di sana.

Kama mengetatkan rahang, ia menggeleng samar. Mengutuk kejadian tadi malam dan pertemuannya dengan perempuan mungil nan cantik yang sayangnya menjengkelkan.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 288

    “Kok malah dipelototin?” Pertanyaan Kejora itu membuat Zhafira berhenti berpikir. “Heu?” Zhafira menoleh. “Pake ini.” Zara memberikan sarung tangan plastik kepada Zhafira. “Pake ini makannya?” Dengan polosnya Zhafira bertanya. “Iya sayang, kamu pesen Fufu ... makanan khas Afrika, jadi makan kuah

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 287

    “Kok kita baru bisa liburan bareng sekarang ya?” celetuk Arsha sambil memilih pakaian yang terpajang di butik di mana mereka berada saat ini. “Kak Caca ‘kan sibuk produksi anak terus.” Kejora yang menyahut terlebih dahulu. “Kak Zara sibuk jadi dokter.” Kejora menambahkan. “Zhafira sibuk kerja,” t

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 286

    “Ca ... itu perut kamu kemana-mana!” tegur Kama, melirik perut istrinya. “Emang kenapa? Perut Caca enak diliat, kan? Walau udah punya anak empat tapi rata ... kenceng.” Sang istri berkilah, keras kepala. Kama mengembuskan napas, tidak baik berdebat di depan anak-anak mereka yang saat ini sedang d

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 285

    “Mau kemana?” Kama yang duduk di kursi meja makan bertanya sambil memindai istrinya dari atas ke bawah. Sport-braa dipadankan legging panjang dengan motif senada kemudian hanya memakai cardigan hoodie tanpa sleting atau kancing di bagian depannya. “Perut kamu enggak akan masuk angin itu, sayang?”

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 284

    “Biasanya kalau gue curhat sama cewek, pasti berakhir di atas ranjang ... dan gue paling pantang bawa cewek dari Nightclub ke atas ranjang gue ... enggak bersih.” Satu detik setelah Arkana berkata demikian, ia mendapat siraman minuman dari Lovely yang kemudian pergi meninggalkan meja para pria tampa

  • Jodoh Di Tangan Papa   Bab 283

    Kelima pria tampan melangkah beriringan memasuki sebuah Nightclub. Wajah rupawan, tubuh atletis dengan tinggi menjulang dan outfit dari brand terkenal dunia menjadikan mereka incaran para gadis. “Lo pada pernah nyesel enggak sih, kerena memutuskan menikah?” celetuk Arkana bertanya. Kini mereka su

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status