หน้าหลัก / Romansa / Jodoh di Tangan Mama / BAB 6 - Kalau Nanti Abang Ketemu dengan Perempuan yang Tepat…

แชร์

BAB 6 - Kalau Nanti Abang Ketemu dengan Perempuan yang Tepat…

ผู้เขียน: Sara Maureen
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-06-02 14:23:51

“Kalau kasar, itu bukan cinta, Tha.”

“Aku tahu apa yang aku lakukan, Sa.”

Percakapan singkatnya dengan Athalia tempo hari kembali mengusik Asa. Lelaki itu berdecak pelan ketika mengingat kembali Athalia yang tak menjawab ketika ia bertanya, apakah kekasih Athalia berbuat kasar padanya atau tidak.

Dari bagaimana Athalia yang diam saat itu, Asa yakin kalau kekasih perempuan itu memang menyakitinya.

Asa bisa saja melengos pergi dan tak peduli, tapi bayang-bayang luka yang coba disembunyikan Athalia terus mengusiknya bahkan beberapa hari setelah pertemuan mereka di Heavenly & Co.

“Abang kenapa? Nggak suka temenin Mama lunch hari ini ya?”

Asa buru-buru mengerjapkan mata ketika menyadari kalau saat ini ia tak sendirian. Di hadapannya, ada sang mama yang tengah menatapnya dengan penuh selidik.

Hari ini Padma memang memang mengajaknya makan siang bersama, kebetulan ayahnya tengah ada meeting dengan orang lain sehingga hanya mereka berdua yang bisa.

Ta Wan Plaza Senayan di siang hari itu cukup ramai, sesekali Asa menangkap tatapan kagum orang-orang yang ia pikir pastilah tertuju pada mamanya.

Meski sudah memiliki tiga anak dan usianya tak lagi muda, aura mamanya yang kuat serta kecantikannya yang tak memudar masih mampu membuat orang lain menoleh dua kali.

Karena hal itu juga, orang-orang masih sulit untuk menolak permintaan mamanya, termasuk Asa sendiri.

“Mana mungkin Abang nggak suka? You’re my favorite person, Ma.”

“Mulut kamu manisnya sama kayak Papa,” gerutu sang mama yang membuat Asa tertawa. “Abang mikirin apa dari tadi?”

“Kerjaan di kantor aja kok, Ma,” dusta Asa. Mana mungkin Asa mengatakan kalau ia memikirkan Athalia?

Mamanya pasti akan langsung menyeretnya ke Heavenly & Co. detik ini juga kalau ia sampai mengatakan hal tersebut.

Di seberang Asa, Padma memicingkan matanya. Tentu saja perempuan berstatus ibu Asa itu tak langsung percaya dengan apa yang dikatakan Asa. Asa termasuk orang yang sangat mudah memisahkan pekerjaan dan kehidupan pribadinya.

Di luar jam kantor dan saat sedang tidak di kantor, ia jarang mengajak orang lain berdiskusi mengenai pekerjaannya, kecuali jika ada yang mengajaknya diskusi lebih dulu.

“Gimana sama Athalia, Bang? Abang nggak pernah cerita-cerita lagi sama Mama sampai Mama harus bener-bener tanya kayak sekarang.”

Beruntung Asa sedang tak makan sesuatu. Kalau iya, pasti saat ini ia sudah tersedak karena mamanya yang begitu frontal tanpa basa-basi.

“Mama capek nunggu Abang cerita, sampai orang dari dinasti Ming dateng lagi ke sini juga Abang nggak bakal ngomong apa-apa,” gerutu Padma yang memang lebih suka bicara terang-terangan dan telak itu membuat Asa langsung mati kutu.

Asa sendiri meringis mendengar gerutuan mamanya. Beberapa hari belakangan sang mama memang sibuk menyiapkan kejutan ulang tahun untuk ayahnya. Makanya wajar kalau ia belum dibombardir pertanyaan mengenai Athalia.

Hal itulah yang menyebabkan Asa tak sadar kalau tujuan mamanya mengajaknya makan siang hari ini adalah untuk menanyakan hal tersebut.

“Nggak gimana-gimana, Ma. Dia masih baik-baik aja kayak terakhir kali aku ketemu dan dia cukup pinter untuk langsung tahu kedatanganku ke kantor Om Ksatria itu adalah ulah Mama.”

“Nah, Mama makin suka sama dia.” Mamanya tersenyum senang. “Dia pinter, Mama suka. Baik dan sopan juga.”

“Tapi dia nggak suka sama aku, Ma.”

“Itu bisa diusahakan.” Perempuan paruh baya itu mengibaskan tangan di udara dengan santai. “Kayak yang Mama sering bilang, Bang, kamu itu gampang untuk disukain orang kok. Tinggal kamu mau nggak sama dia.”

Asa tak langsung menjawab, ia memilih untuk menyantap brokoli scallop saus tiramnya.

“Atau beneran nggak mau sama Athalia?” tanya ibunya dengan penasaran. “Mau Mama kenalin sama yang lain aja, Bang?”

“Kayaknya mau itu Athalia atau orang lain, sama aja hasilnya, Ma.”

Mamanya menghela napas dan akhirnya mengangguk samar. “Yah, kita bicarakan lagi nanti kalau begitu.”

Asa menatap mamanya dengan penasaran selagi perempuan itu mulai kembali menyendok sapo pesanannya. “Mama emangnya bosen ya sama Abang? Makanya nyuruh Abang cepet-cepet cari pacar atau calon istri?”

“Bosen?” Mamanya tertawa geli. “Mana ada, Bang? Kalau Mama ngebiarin diri Mama egois sedikit aja, Mama maunya sama kamu aja terus sampai nanti meninggal, Bang. Mama cuma mikir aja dari kemarin, di usia kamu saat ini, papamu udah ketemu Mama dan kami jatuh cinta satu sama lain dalam waktu yang singkat.

“Mama tahu, semua orang prosesnya pasti beda. Tapi apa Abang nggak pernah kepikiran untuk bareng sama seseorang yang bukan adek atau orangtua Abang? Kayak Papa dan Mama gitu.”

Asa terdiam, tapi tangannya tetap bergerak menyendok makanannya. Sejujurnya, dalam beberapa kali kesempatan, Asa sempat memikirkan hal tersebut.

Ia beberapa kali membayangkan, bagaimana rasanya punya seseorang di sisinya yang akan mendengarkan ceritanya, seperti bagaimana ibunya mendengarkan semua ocehan ayahnya setiap hari?

Juga, bagaimana rasanya dibutuhkan oleh orang lain selain keluarganya? Bukannya Asa butuh sebuah ‘pengakuan’, tapi lama kelamaan ia bisa merasakan kalau… memang ia butuh seseorang di sisinya.

Hanya saja selama ini ia menolak untuk merasakannya dan mengakuinya. Denial.

“Ya udah, Abang nggak usah pikirin dulu.” Ibunya tersenyum dan mengusap pelan punggung tangan Asa. “Maaf ya, kayaknya Mama akhir-akhir ini demanding banget ke Abang.

“Tapi percaya deh, Bang, itu cuma karena Mama excited aja ngelihat kamu akhirnya sama perempuan. Kalau nanti Abang ketemu perempuan yang tepat, kapan pun itu, siapa pun dia, please, kasih tahu Mama ya.”

“Iya, Ma, pasti kok.” Asa balas menggenggam tangan mamanya. “Maaf kalau Abang belum bisa jadi kayak anak lain yang nyenengin ibunya dengan bawa calon menantu. Untuk saat ini, Abang belum kepikiran ke sana. Keluarga jadi prioritas nomor satu Abang.”

Mereka pun memutuskan untuk tidak lagi membahas Athalia atau perjodohan apa pun yang tadinya diusahakan oleh Padma untuk Asa, anaknya. Setidaknya untuk saat ini.

Usai makan siang, ibu dan anak itu berpisah di dekat eskalator karena Padma masih ingin berkeliling dan Asa harus kembali ke kantornya.

Semua berjalan seperti biasa—kecuali ketika Asa lagi-lagi melihat Athalia tengah ditarik paksa oleh seorang lelaki.

Awalnya Asa pikir ia berhalusinasi. Namun, ketika ia berjalan mendekati halusinasinya tersebut, tatapannya bertabrakan dengan Athalia yang menoleh dengan tak sengaja dan di sana ia melihat… ketakutan.

Saat itulah Asa yakin kalau ia tidak sedang berhalusinasi.

“Athalia?” panggil Asa seraya mendekat.

Athalia terkejut, lalu menggeleng dengan cepat. Ia buru-buru melengos dan hal itu bukannya membuat Asa berhenti mengejarnya—malah sebaliknya.

“Athalia!” panggil Asa lagi dengan lebih yakin.

Asa melihat lelaki yang kini menyeret Athalia, tak peduli dengan tatapan orang lain, dan Asa segera mengenalinya sebagai lelaki yang ia temui di kos Athalia.

“Hei, bisa berhenti menyeret Athalia?” Asa meraih bahu kekasih Athalia dan mencengkeramnya dengan kuat, hingga langkah kekasih Athalia itu terhenti karenanya.

“Nggak usah ikut campur urusan orang ya!” hardik Marcell, kekasih Athalia.

Sedetik kemudian lelaki itu menyadari kalau ia pernah bertemu dengan Asa sebelumnya. “Oh….” Matanya memicing, lalu ganti menatap Athalia dengan senyum sinis di wajahnya. “Ini laki-laki yang jadi simpanan kamu akhir-akhir ini? Yang tidur sama kamu di kosan waktu itu, iya?!”

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Jodoh di Tangan Mama   EXTRA - Kita adalah Sepasang Kekasih

    “Mama tahu florist yang bagus dan bisa cepet jadi nggak? Florist langgananku tutup.”“Tahu, Mama ada beberapa florist langganan.” Padma meraih ponselnya dan dugaan Asa, mamanya itu sedang mengirim beberapa kontak florist untuknya.Denting singkat di ponselnya membuktikan dugaan Asa. Asa meraih ponselnya dan tersenyum lebar melihat sederet kontak yang dikirimkan Padma.“Thank you, Ma!” Asa tersenyum lebar dan ia bisa merasakan tatapan ingin tahu dari kedua orangtuanya.Siang ini Asa makan siang bertiga dengan orangtuanya. Padma datang ke kantor dan mengajaknya untuk ikut makan siang bersama. Asa pun mengiakan tanpa pikir panjang. Ia selalu suka berada di sekitar keluarganya sekalipun saat ia sudah menikah seperti sekarang.

  • Jodoh di Tangan Mama   EXTRA - Selamanya, Dia adalah Tuan Putri Kesayangan Asa

    “Sekarang aku ngerti perasaannya Mbak Aline.”“Mbak Aline?”Asa mengangguk, ia menaruh ponselnya ke saku jas dengan asal, lalu menghampiri Athalia yang masih duduk di depan meja rias. Istrinya hari ini sangat terlihat cantik, padahal mereka hanya akan menghadiri pernikahan dari anak rekan bisnisnya.Kalau sudah begini, Asa harus mengubur dalam-dalam ketidakrelaannya untuk mengajak Athalia ke pesta tersebut. Asa tidak boleh egois dengan berpikir bahwa orang lain tidak boleh melihat istrinya yang secantik ini.“Dulu kan Mbak Aline kayaknya nggak begitu suka sama aku, waktu kita baru deket dan pacaran,” ungkap Asa yang kini sudah berdiri di belakang Athalia.Dengan perlahan dan lembut, Asa mengambil alih kalung yang sedang Athalia berusaha

  • Jodoh di Tangan Mama   EXTRA - Harga untuk Sebuah Kebahagiaan

    “Ika Handaru tertangkap dalam OTT KPK pada Jumat malam, di kediaman salah satu pejabat terkait kasus suap untuk tender proyek pemerintahan di kawasan….”“Wow.”Asa berdecak pelan saat benar-benar mendengar apa yang dikatakan oleh pembawa acara di siaran berita pagi. Terlihat sosok Ika Handaru berjalan dengan tangan diborgol di depan dan ada dua orang berseragam yang mengapitnya.Setelah Marcell dipenjara dan vonis hakim diserukan lantang, Ika memang masih mencoba mengintimidasi Asa dan Athalia. Tapi semua itu selesai saat Asa kembali melaporkan perbuatannya ke polisi.Tidak cukup dengan itu, Asa juga mengancam supaya Ika ti

  • Jodoh di Tangan Mama   EXTRA - Akhirnya Mereka Berdamai dengan Masa Lalu

    “Kamu nggak mau istirahat sebentar, Bang?”Asa menggeleng tanpa menatap mamanya, yang baru saja bertanya. Lelaki itu tetap bertahan duduk di samping ranjang Banyu—sang kakek yang tengah tertidur setelah beberapa jam lalu mengeluh dadanya terasa nyeri.“Kamu belum makan dan tidur lho, Bang.”“Iya sih, Ma, tapi aku mau nemenin Eyang dulu di sini….”“Sampai kapan?”Sampai kapan?Asa tidak benar-benar tahu jawabannya, jadi ia hanya menggeleng sekenanya. Apakah sampai tengah malam nanti bisa dibilang cukup? Atau lebih baik sampai besok pagi?

  • Jodoh di Tangan Mama   EXTRA - Waktu yang Telah Lama Ia Nantikan

    “Kayaknya setiap kita ketemu, Naya makin cantik deh, Tha,” puji Aline. Ia menyenggol pelan bahu Athalia yang duduk di sebelahnya dengan iseng.Athalia tersenyum malu. Padahal yang dipuji adalah anaknya, tapi rasanya ia tetap tidak bisa meyembunyikan senyum malu sekaligus bangganya.“Makasih, Tante Aline.” Athalia menirukan suara anak kecil, seolah yang baru saja membalas pujian dari Aline adalah anaknya, Naya.Aline yang duduk di samping Athalia pun tertawa karenanya. “Tapi beneran lho, Naya makin cantik deh. Hati-hati nih, pas gede yang deketin pasti banyak banget.”Athalia meringis. “Bapaknya bakal jadi super duper protektif kayaknya.”

  • Jodoh di Tangan Mama   BAB 100 - Akhir dari Kisah Mereka

    Rasa tidak percaya diri mulai menguasai Athalia, tapi ia memutuskan untuk tetap memulas wajahnya dengan makeup. Semenjak beberapa bulan ini, Athalia jadi agak malas merawat kulit wajahnya.Berjibaku menjadi ibu baru membuat Athalia masih jungkir balik untuk mengatur waktunya dan tentu saja, memakai serangkaian skincare menjadi hal terakhir yang melintas di benaknya.Makanya saat kemarin Asa mengajaknya keluar untuk dinner berdua saja dalam rangka hari jadi pernikahan mereka yang kedua, Athalia sempat ragu.Sepertinya Asa menyadari apa yang menjadi keraguan Athalia. Asa meyakinkannya kalau Athalia baik-baik saja, ia masih cantik—dan bahkan lebih cantik dari sebelumnya. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan hanya untuk pergi keluar malam ini.“Inget, Tha, jangan minderan.&rdq

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status