Share

14. Dia Tidak Ada

Degup jantung Abdul berdetak kian kencang ketika mendekati rumah Pak Tuo. Rumah orang terpandang di kampung itu menjulang bagaikan raksasa angkuh yang siap menelannya bulat-bulat.

Gonjong Rumah dengan balutan seng runcing lancip menantang langit. Hujan deras yang mendera tidak membuat nyali Abdul ciut.

Setelah mengumpulkan segala keberaniannya dia menaiki tangga rumah. Dari bawah tadi dia sudah melihat cahaya terang lampu, pertanda penghuni rumah masih terjaga.

Begitu berada di depan pintu, tangannya menggedor keras dan mulutnya meneriakkan kata-kata kebencian.

“Anwar! Keluar wa’ang. Anwar … aku datang mau buat perhitungan dengan wa’ang, Bangsat!”

Berkali-kali Abdul menggedor pintu, tetapi tidak kunjung terbuka. Ketika dia berniat menghantam daun pintu dengan kakinya, saat itulah pintu berderit.

Di depannya seorang lelaki tua beraura dingin berdiri sambil menatapnya tajam.

“Benar-benar sudah tidak ada lagi adab sopan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status