Di antara banyaknya bongkahan tanah yang melayang di udara, ada seorang gadis kecil yang meringkuk dengan diselimuti oleh energi. Gadis berambut keemasan dengan daun telinga bagian atas yang runcing, dan 2 helai daun lebar yang menyelimuti dadanya. Di perutnya yang terbuka, ada ranting dengan daun kecil yang melingkari pusarnya. Pada bagian bawah tubuhnya juga ada dua helai daun yang melingkar layaknya rok.
Saat membuka matanya, terlihat mata keemasannya yang begitu jernih. Pandangannya kemudian tertuju pada sekelompok orang di kejauhan, dan beberapa saat kemudian, tubuhnya menghilang. Ia muncul kembali di samping Friss. Karena tidak merasakan ancaman, mereka hanya diam mengamatinya saja.Al lalu menoleh ke arah Serin dan berkata. "Makhluk apa sebenarnya itu?""Pohon Zoe yang berhasil evolusi," jawabnya membuat Kaisar Atla jadi terbelalak dan mendekat ke arah gadis kecil itu."Dewi Zoe?" Ia malah begitu mengaguminya."Aksinya tadi untukSwashh!... Cahaya keemasan bak laser besar menerpa ujung dunia Gletser Abadi. Walaupun hanya sekejap, namun membuatnya meleleh hingga membentuk cekungan besar. Dunia yang sudah seperti semangka dibelah dua, kini terkikis seperti ditusuk tongkat di salah satu sisinya. Suara kepanikan terdengar di antara kepulan uap air yang perlahan-lahan mulai pudar disapu angin. Mereka tersiram air panas dari es yang meleleh, bahkan bangunan yang sepenuhnya terbuat dari es mulai mencair.Pasukan Putih langsung bergerak cepat, mereka melesat, melompat di atas bangunan sembari menggendong para warga. Bukan karena serangan susulan, namun hawa dingin dari luar yang menyeruak begitu cepat. Jangankan es yang mencair, uap asap saja segera membeku dan berjatuhan. Akan tetapi, lelehan air yang menggenang mulai bergerak, terus membumbung tinggi dan mulai membeku, hingga akhirnya menutup lubang bekas tembakan laser.Terbanglah di atas dunia Gletser Abadi yang mulai membeku kembali,
Gadis cantik itu seketika terbelakak, terduduk lemas ketika mendapati dunia dan rakyat tercintanya telah tak berupa. Segoro juga sudah tidak ada harapan, ia sangat terpukul karena tidak bisa memenuhi kepercayaan dari gadis yang dicintainya. Ia dengan gemetaran mendekat sembari menjulurkan kedua tangan seakan ingi memeluknya."Maafkan aku nona Friss! Aku tak bec …" Ia seketika terhenti dan terbelalak, gadis yang hanya beberapa jengkal dari pelukannya tertembus laser tepat di bagian punggung hingga dada. Gadis itu lalu menoleh ke arahnya, dengan wajah penuh kesedihan dan berlinang air mata, ditambah darah yang keluar dari kedua sisi mulutnya. Tatapannya begitu sayu dan ingin mengucapkan sesuatu, namun laser kembali menembaknya. Tepat di kepala dan disusul tembakan berkali-kali hingga tak berupa dan tersungkur di udara. "Luceee!!!" Segoro berteriak panjang dengan mata melotot penuh dendam dan kesedihan. Energinya meluap begitu deras, begitu pula air matanya."Kenapa? Tidak perlu teriak
Pada benua yang seluruh permukaannya diselimuti oleh salju putih, ada deretan pegunungan batu yang tinggi menjulang. Deretan pegunungan yang tidak ada ujungnya, seseorang melesat di sampingnya. Sangat cepat, hingga membuat salju yang menyelimuti pegunungan jadi berhamburan, tergulung oleh angin. Gadis berambut putih itu menyapu pandangannya, mengamati hamparan salju putih yang begitu tebal di daratan."Bagaimana Friss?" Jiwa yang mengikutinya memastikan. "Walau tidak ada akar energi di dalam gletser es, namun udara di sini dipenuhi energi dan jauh lebih nyaman," jawabnya."Tenang saja, nanti aku minta buatkan portal teleportasi, agar kalian bisa bepergian dengan mudah ke benua lainnya." Akara tersenyum puas saat mengamati wajah cantiknya, namun gadis itu segera berhenti di udara. Ia mengamati gumpalan jiwa di depannya dengan serius dan berkata."Kenapa membantuku sampai sejauh ini?" "Membantu apa? Aku hanya gumpalan jiwa yang
Kini Al berteleport menjauh, sedangkan Luce tengah berusaha keras menghindari bilah dimensi yang dengan acak mencacah area di sekitarnya. Violet juga seenaknya muncul dari kehampaan, mengayunkan tebasan ke arahnya. Selain menghindar, Ia beberapa kali menembakkan laser ke arah Al yang hanya diam berdiri di angkasa, namun segera lenyap, ditangkis oleh kubah pelindung. "Hanya kalian berdua tidak akan cukup untuk mengalahkanku!" Luce masih bisa menyombongkan diri, bagaimana tidak, aura naga sejatinya berada di tingkatan yang berbeda. Ia kini melesat melebihi cahaya, membuat tubuhnya menghilang menembus dimensi. Al dan Violet segera menyapu pandangannya dengan cepat, namun tiba-tiba Luce muncul di sampingnya. Ia menyeringai puas, mengayunkan pukulan yang meruntuhkan kehampaan, namun masih berhasil ditangkis oleh kubah pelindung di sekitar Al. Violet juga langsung melesat, namun Luce sudah menghilang kembali. Kini gadis itu membelakangi tuannya, dengan kedua cakar naga
Hutan AravesHutan lebat yang sangat luas, dipenuhi pepohonan dengan tinggi lebih dari seratus meter, namun ada satu wilayah yang berbeda. Pepohonan tadi sudah sangat besar, tapi ada yang jauh lebih besar bahkan bisa dibilang raksasa. Puluhan pohon raksasa berkerumun di satu tempat, seakan energi tanah di sana berbeda dengan tempat lainnya. Banyak tanaman mujarab yang tumbuh subur, selain menyebarkan aroma yang harum, juga energi yang menenangkan. Zoe, leluhur kecil yang merupakan makhluk evolusi dari tanaman pelindung dunia Atla melayang di pusat hutan. Ia sangatlah kecil dibandingkan pepohonan yang memiliki lingkar batang puluhan meter, namun ia menyebabkan seluruh area bergetar. Ia menyerap seluruh energi yang ada di sana, mengalir begitu deras memasuki tubuh kecilnya. …Di wilayah lain. Wilayah yang dipenuhi pepohonan raksasa, namun ada satu pohon yang berbeda. Pohon yang miring hingga hampir ambruk sempurna, namun ujungnya mendongak lurus ke ata
Friss lalu membuat segel tangan dan cahaya merah menyala di bawah kakinya saat lingkaran ritual mulai terbentuk."Tunggu dulu!" Al yang dipapah oleh Violet mendekat, lalu meminta gadisnya melepaskannya dan mendekat sendiri. "Tolong berikan portal ini untuk Rani, setelah itu akan kami bantu membuka portal untuknya!" Al terlihat memelas, sangat berbeda dengannya yang sebelumnya tegas dan berwibawa. Friss hanya menoleh sekilas dengan tatapan datar, lalu melanjutkan ritualnya. "Aku mohon!" Al seperti kehilangan harapan, membuat wanita bertubuh mungil menggelengkan kepalanya."Perkataan Luce berhasil mengenainya!" gumamnya, lalu pria berpakaian putih biru yang compang-camping mendekat dengan lemas. "Tidak membantunya?" ucapnya membuat wanita itu tersenyum sekilas lalu berteriak ke arah kekasihnya."Sudahlah Al!"Akan tetapi pria itu semakin mendekat ke arah Friss. "Aku mohon padamu!" Karena mulai kesal,
Beberapa ratus tahun kemudian. Hamparan rumput yang dikelilingi pegunungan telah menjadi sebuah kota yang ramai penduduknya. Bangunannya sudah terbuat dari beton, dengan 3 sampai 4 lantai. Hanya ada pejalan kaki di atas jalanan kota yang terbuat dari konblok, namun ada altar teleportasi di pusat kota. Altar batu yang terukir pola rumit dan akan menyala jika ada seorang yang menggunakannya. Setengah bagian kota lainnya menjadi sebuah akademi, yang dibatasi oleh sungai dari pemukiman. Halaman yang luas dengan lantai konblok, tempat berlatih ribuan siswa dengan umur yang berbeda-beda. Mulai dari bocah, remaja hingga menjelang dewasa. Mereka semua dapat menggunakan aura ranah, aura keemasan yang ada di belakang pundaknya. Di usia bocah, aura yang mereka miliki hanya beberapa bintang kecil hingga memiliki sebuah bola energi. Di usia remaja, satu bola energi bergerak mengitari beberapa bintang, jika bintang mencapai 10, akan membentuk bola energi baru. Rata-rata di usia menjelang dewasa
Para jiwa yang bergerak dengan bebas tiba-tiba tertahan, ada pusaran angin yang bahkan menarik mereka. Seseorang berdiri di atas genteng rumah, tepat di samping tornado yang terus bergerak. Dia Arun, angin membuat jubah hijau daun dengan aksen keemasannya melambai, juga membuat capingnya miring ke depan, menutupi wajahnya. Memperlihatkan gambar pusaran angin, dengan latar belakang gambar bulan purnama di bagian depan caping. Tangannya diselimuti kain tebal, namun terlihat berotot saat membenarkan posisi capingnya. Nampaklah wajah tegas pemuda berumur akhir 20 tahunan. Sebuah aura ranah tingkat Asmaradana telah menyala di belakang pundaknya, aura keemasan dengan 5 bola energi yang bergerak memutar."Terima kasih anak muda!" Butu Besiah, seorang pria tua bertubuh pendek melesat dengan cepat di udara, ia terbang dengan sayap perinya, sayap yang terbuat dari energi saat seseorang telah mencapai ranah Asmaradana. "Jangan nekat pak tua!" Jito Jati, pria tua dengan uban yang samar-samar, b