Shizi, seorang pemuda yang selalu mendapatkan perundungan, penyiksaan dan perlakuan tidak menyenangkan dari klan nya, terutama dari keluarga inti Klan Song yang merupakan klan besar dan termasyur di kerajaan Awan. Status Shizi yang tidak memiliki ayah dan ibunya yang berasal dari kasta terendah dalam klan membuat dirinya mendapatkan perlakuan seperti itu terutama dari Song Ong, sang tuan muda klan Song. Hal itu didasari oleh iri dengki Song Ong atas kecerdasan Shizi juga kedekatannya dengan seorang gadis cantik yang berasal dari klan Wang, Wang Suyi. Puncaknya, Shizi difitnah dan dirinya akan dibunuh oleh Song Ong sehingga membuatnya harus melarikan diri dari klan untuk menyelamatkan hidupnya. Dari sana Shizi berusaha bangkit untuk memulai hidup baru untuk menaikan status dirinya, mencari tahu kebenaran tentang ayahnya, menyelamatkan ibunya yang masih berada di klan Song, dan tentunya untuk membalaskan dendam pada Song Ong dan klannya. Akankah Shizi berhasil mencapai tujuannya ditengah banyaknya masalah yang menghampirinya?
View More“Anak haram!”
“Pecundang!” “Sampah!” Sorot mata meremehkan dan kata-kata hinaan mengiringi langkah Shizi yang sedang berjalan sambil menanggung dua ember air di pundaknya dengan sebuah tongkat. Meski tubuhnya kurus, Shizi terus melangkah melewati jalan kecil di halaman belakang klan Song, mengabaikan cemoohan dari orang-orang di sekelilingnya. "Ternyata dia juga tuli, anak haram memang bodoh!" teriak seorang pemuda, disambut tawa rekan-rekannya. Shizi hanya melirik sekilas ke arah Song Ong, sang tuan muda klan Song, yang menjadi sumber suara itu. Shizi hanya mengepalkan tangannya dengan keras. Tapi ia tahu, melawan pun tak ada gunanya. Mengingat status Song Ong sebagai tuan muda klan Song dan anak emas klan, siapapun yang melawannya pasti akan menderita. "Seperti kata ibu, lebih baik diam dan abaikan saja perkataan mereka." Shizi merenung, "Song Ong semakin agresif semenjak ia melihat aku berjalan bersama nona Wang Suyi. Mungkin benar kata ibu, aku harus menjaga jarak untuk menghindari terus ditindasnya." Shizi yang mendengar segala hinaan itu memilih untuk tetap diam dan fokus mengangkut dua ember kayu setinggi setengah badannya. Ia berusaha keras menjaga agar air di dalam ember tidak tumpah dan membasahi jalan. Wajah dan tubuhnya yang dipenuhi keringat menunjukkan kelelahan yang ia rasakan, namun baginya itu masih lebih baik daripada kelelahan di hatinya. Dengan langkah perlahan, Shizi berusaha menjaga keseimbangan beban yang dibawanya. Tiba-tiba, dari arah belakang, Song Ong mendekat dengan senyum jahat dan menendang kaki Shizi, membuatnya kehilangan keseimbangan dan jatuh. Duaaakk…. Byuuur! “Arrggghh.” Shizi terjatuh dan terhempas ke tanah dengan keras, ember air yang dibawanya tumpah, membasahi tubuhnya sementara satu ember menindih tubuh kurusnya. Dari posisi terjatuhnya, ia menatap ke arah sumber suara teriakan. Matanya membulat saat melihat Song Ong juga terjatuh tak jauh dari tempatnya, yang membuatnya terkejut adalah melihat ember lain yang pecah dan pecahan kayunya menggores lengan kanan Song Ong, sehingga membuka luka di lengan tersebut. "Bajingan, dasar sampah! Kau melukaiku!" teriak Song Ong sambil mengerang kesakitan. Teriakan Song Ong sontak menarik perhatian. Kini belasan orang yang berada di kediaman klan langsung bergegas menuju ke arah sumber suara. Mereka semua menjadi gelisah melihat tuan muda kebanggaan klan mereka terluka dan segera menolong Song Ong yang memegangi lengannya yang berdarah. "Dia sengaja melukaiku, hajar dia!" teriak Song Ong dengan penuh emosi. Mendengar perintahnya, sekelompok pemuda yang bersamanya langsung bergerak. Mereka mengerubungi Shizi, melontarkan pukulan dan tendangan ke arahnya. Secara refleks, Shizi meringkuk, melindungi kepalanya dengan kedua tangannya—sebuah tindakan yang ia lakukan secara instingtif karena sering mengalami situasi serupa. Darah segar mulai mengalir dari mulutnya, luka dalam yang diterima memburuk, kulitnya memar dan luka terbuka muncul di seluruh tubuhnya akibat serangan bertubi-tubi dari anak buah Song Ong. “Hentikan….Hentikan! Tolong hentikan, putraku bisa mati!” Seorang wanita kurus berpakaian lusuh segera menerobos kerumunan pemuda yang sedang memukuli Shizi. Dengan berani, ia melindungi Shizi menggunakan tubuhnya sendiri. Para pemuda itu pun menghentikan pukulannya, lalu memalingkan pandangan mereka ke arah Song Ong, menunggu instruksi selanjutnya. "Singkirkan wanita itu! Si penjahat itu harus dihukum karena telah melukai saya dengan sengaja!" seru Song Ong dengan keras. Para pengikutnya segera menarik wanita kurus tersebut, yang ternyata adalah ibu Shizi, dengan kasar hingga ia tersungkur dan terlempar hingga menabrak tembok di belakangnya. Rasa terkejut dan ketakutan menguasai Shizi saat ia mendengar teriakan Song Ong. Detak jantungnya meningkat, matanya membulat ketika melihat ibunya terjengkang, kepala yang membentur tembok memuncratkan darah. Kemarahan dan ketakutan bercampur menjadi satu, memberinya kekuatan untuk mendorong orang-orang yang hendak memukulnya dan berusaha meraih ibunya. Baru saja Shizi hendak bangkit, Song Ong sudah tiba di sisi ibunya yang jatuh. Dari kejauhan, ia melihat ibunya, Chan Juan, merangkak perlahan ke arah Song Ong dan sujud di kakinya, memohon belas kasihan. "Tuan muda, tolong ampuni putraku. Ia pasti tidak sengaja," mohon Chan Juan dengan kedua tangan yang gemetar memegang kaki Song Ong. Namun, Song Ong hanya melihat Chan Juan dengan pandangan dingin. Tanpa kata, ia menepis tangan Chan Juan dengan kakinya, membuat ibu Shizi itu kembali tersungkur, kepalanya sekali lagi membentur tembok dengan keras. Song Ong memekik dengan suara yang menyayat telinga, nadanya dipenuhi amarah. "Minggir, wanita murahan! Jangan sentuh aku dengan tangan jijikmu itu!" Katanya sambil menghempaskan kaki kirinya. Ibu Shizi yang sedang mencoba bangkit dengan susah payah itu tak kuasa menahan tendangan ganas di perutnya, seketika tubuhnya terhempas ke tembok yang dingin. Shizi menatap dengan mata berkaca-kaca sambil melihat ibunya merintih kesakitan. Tepat saat itu, Chan Juan, terkapar dengan darah segar yang membasahi bibir dan keningnya, merembes akibat benturan keras ke tembok untuk ketiga kalinya. "Ibu!" teriaknya dalam keputusasaan, merentangkan tangannya mencoba meraih sang ibu. Para pengikut Song Ong segera menghampiri, mencegah Shizi dengan menerjang kakinya hingga ia jatuh ke tanah, terhimpit oleh tekanan berat pada punggungnya. Matanya terpejam karena sakit, tetapi terbuka kembali saat mendengar teriakan pilu sang ibu yang jatuh dan tergeletak tak bergerak. Kepanikan bercampur amarah terpancar dari wajah Shizi saat ia menatap Song Ong. "Keterlaluan kau, Song Ong! Jangan sakiti ibuku!" teriaknya, setiap kata terucap dengan kebencian yang membara. Song Ong hanya tersenyum jahat, menampilkan seringai keji yang membuat Shizi memuncak rasa sakitnya. Matanya yang tajam menatap Shizi, seolah-olah menikmati setiap detik penderitaannya. "Kau berani menyebut namaku?" cemooh Song Ong dengan nada merendahkan. Dia kemudian meludahi wajah ibu Shizi, sebuah tindakan yang memunculkan penghinaan mendalam. "Aku akan balas ini, Song Ong! Ini sumpahku!" Shizi berteriak, tatapannya tajam dan penuh tekad, meski tubuhnya masih terjepit dan terluka.Bab. 220. Air terjun api. Shizi tiba di suatu tempat yang ada di kedalaman hutan gelap, tampak sebuah air terjun dengan ketinggian dua puluh meter berada di depannya. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan lalu ke arah belakang, tampak banyak beast kegelapan telah tumbang olehnya. “Semakin masuk ke dalam hutan semakin kuat Beast Kegelapan yang kuhadapi. Tampaknya memang tempat ini dibuat dengan mekanisme seperti itu untuk melindungi tempat ini!” ujarnya bermonolog. Shizi kembali menoleh ke arah depan, memperhatikan air terjun yang menjadi tujuannya. “Semuanya sama seperti yang ada di ingatan sang Raja Kegelapan, hanya satu yang berbeda. Warna air terjunnya!” “Warna air terjun ini putih, normal seperti air terjun pada umumnya. Sedangkan dalam ingatan yang kudapat air terjunnya terlihat seperti api yang jatuh.” “Apa aku salah tempat?” ujar Shizi penuh tanya. Shizi kembali memperhatikan area tersebut dengan seksama, setelah melihat selama beberapa waktu ia yakin jika tempat tersebut
Bab. 219.Perlahan…Shizi membuka matanya, rabun yang menghiasi matanya perlahan memudar berganti dengan sebuah kejelasan atas apa yang dilihatnya.Tampak luka-luka di tubuhnya telah pulih dengan sempurna, tidak ada bekas, tidak ada cacat yang tertinggal. Hanya luka cakaran sang naga saja yang tersisa di mana pada tengah luka cakaran itu terdapat satu jaringan hitam kecil yang tertinggal.“Apa ini, sebelumnya ini tak ada di lukaku?” ujar Shizi sambil menyentuh bagian hitam yang seperti jaringan kulit tersebut.Ia terkejut saat ujung jarinya menyentuh gumpalan tersebut, ia merasakan benda asing tersebut seperti hidup dan menempel di kulitnya.Ia mencoba menarik paksa gumpalan jaringan berwarna itu. Namun, sekeras apapun ia mencoba ia tidak dapat menarik paksa gumpalan tersebut.“Sial, apalagi ini! Kenapa benda ini tidak bisa kulepaskan!” ujarnya dengan geram.Ia akan mencoba kembali, namun instingnya tiba-tiba merasakan sesuatu yang muncul dari arah hutan.Shizi menghiraukan gumpalan h
Bab. 218.Pecahan jiwa sosok hitam yang menyebut dirinya sendiri sebagai Raja Kegelapan itu terhimpit oleh dua diagram magis yang dibuat Shizi.Tampak dua diagram magis itu kemudian bersatu dan membentuk sebuah bola cahaya biru yang mengekang jiwa sosok hitam itu dan memaksanya berubah bentuk seperti bola diagram magis.“Beruntung sekali, jika dulu Master tidak mengajarkan teknik segel jiwa dan membantu memasang segel tersebut maka aku pastinya akan mendapat masalah besar.” “Tapi situasi ini benar-benar rumit karena Master Xiao Tan belum mengajarkan cara membuang atau menghancurkan jiwa seperti ini.” “Menyimpannya di sini jelas tidak mungkin karena itu beresiko. Jadi apa yang harus kulakukan sekarang?” pikirnya.Belum sempat ia berpikir lebih jauh, sesuatu terjadi di alam bawah sadarnya.Shizi menoleh ke arah belakangnya, tampak sebuah diagram lingkaran magis berwarna merah muncul tiba-tiba entah dari mana.Diagram lingkaran magis merah tersebut kemudian memunculkan sebuah mata bes
Bab. 217.Shizi mengerang kesakitan karena aura hitam yang menyelimuti tubuhnya mulai merangsek masuk melalui pori-porinya. Aura hitam itu kemudian memasuki jalur energinya, menuju meridian dan terakhir menuju dantian juga api jiwanya.Shizi tak bisa berbuat banyak karena aura hitam itu memberikan tekanan paksa yang sulit ia lawan.“Sebenarnya aura hitam ini apa? Kenapa aku tidak bisa menahannya untuk memasuki tubuhku?” “Apa yang harus kulakukan sekarang?” pikir Shizi sambil menahan sakit dan gejolak di tubuhnya.Wajahnya menegang, rasa sakit yang mendera membuat ia tak bisa berpikir jernih. Ia pun mengalami kebuntuan dan semakin bingung harus melakukan apa.Tiba-tiba ia tersadar dengan sesuatu.“Benar! Aku tidak boleh cemas, aku harus tenang!” “Jika aku tidak bisa melawan energi aneh ini maka aku hanya bisa menerimanya dan mencoba mengendalikannya!” batinnya.Shizi merubah posisinya menjadi duduk lotus, ia bersila lalu memejamkan matanya dan mencoba masuk ke dalam alam bawah sada
Bab. 216.Setelah beristirahat sejenak Shizi mulai menyembuhkan luka yang dideritanya, setelah selesai ia kemudian menghampiri cakar naga yang masih menancap di dinding celah.Setelah berupaya dengan susah payah akhirnya ia berhasil mencabut cakar naga tersebut, bukan tanpa sebab ia mengambil bagian tubuh naga hitam tersebut. Ini dikarenakan dirinya berniat menggunakan tiga cakar itu sebagai senjatanya.“Cakar naga memang berbeda baik dalam hal kekerasan dan kekuatannya. Bahkan pedang pria bertopeng ini saja patah oleh cakar naga ini!” ucap Shizi sambil melihat patahan pedang dan patahan cakar di tangannya.Tanpa berlama-lama ia pun memulai tindakannya. Ia melepaskan bilah pedang yang telah patah dan menjadikan cakar naga tersebut sebagai gantinya.“Untuk sementara waktu kukira ini cukup, nanti setelah aku memiliki waktu senggang aku akan menjadikan cakar ini sebagai senjataku,” ujarnya sambil menatap pedang dengan bilah cakar naga tersebut.Shizi berjalan keluar celah, ia menatap k
Bab. 215.Shizi membuka matanya perlahan, pandangannya kabur, ia merasakan rasa sakit di sekujur tubuhnya,tampak banyak luka yang tersemat di tubuhnya.“Sialan, tubuhku terasa sakit semua! Tali pengekang jiwa ini benar-benar menguras energi Qi dan menghalangi proses penyembuhan lukaku!” ujarnya sambil memperhatikan keadaan dirinya.“Arrgh!” Suara teriakan menggema dari arah luar. Teriakan kesakitan itu membuat Shizi penasaran dibuatnya.Ia pun mencoba bangkit dari posisinya, setelahnya ia menyeret tubuhnya untuk bisa bergerak ke celah yang tercipta akibat hantaman sebelumnya.Dalam posisi merayap ia tiba di mulut celah, pandangannya langsung tertuju ke atas di mana sumber suara berasal.Matanya membulat, tubuhnya menegang saat melihat apa yang terjadi. Tampak satu kepala dan serpihan tubuh manusia berhamburan dan terlempar ke arah celah tempat dirinya berada.Hal itu membuat tubuhnya bersimbah darah dan daging dari tubuh manusia tersebut.Seonggok kepala menggelinding tepat ke depan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments