Share

Bab 18

Ketukan di pintu kamar memaksaku bangun dari tempat tidur. Terdengar suara Wak Acih dan Mas Faisal memanggil namaku. Kubuka pintu perlahan. Tampak mereka berdua berdiri di ambang pintu dengan raut wajah khawatir. Sejak bertengkar dengan Ibu, aku memang memilih diam di kamar. 

    “Ada apa, Wak? Mas?” 

    Mas Faisal dan Wak Acih saling pandang. “Kamu nggak apa-apa?” tanya Wak Acih. Seingatku, Wak Acih adalah salah satu kerabat Ibu yang selalu bersikap baik padaku. Entah karena kami jarang bertemu atau memang aslinya baik. Tetapi, memang sejak dulu, wanita yang suka mengunyah daun sirih itu selalu ramah padaku. 

   

Dwi Mei Rahayu

Terimakasih udah mampir ke cerita ini. Jangan lupa kasih bintang lima ya. Terimakasih 😘😘

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status