Home / Lainnya / Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko / Bab 7 : Mendengar Obrolan Depan Gang Rumah

Share

Bab 7 : Mendengar Obrolan Depan Gang Rumah

Author: Ahmalia T
last update Last Updated: 2023-11-03 08:21:20

Dengan lahap Malik menyantap nasi goreng Wak Yong yang gerobaknya mangkal di depan pagar rumahnya. Menyelip di sisi gang yang sempit. Nasi goreng plus bakso isi telur puyuh dengan kerupuk udang memenuhi seperempat piringnya.

Ia duduk sambil menyilakan sebelah kaki dan dengan celana ponggol berwarna dongker yang pudar, Malik terlihat seperti kuli yang mengambil istirahat makan.

Beberapa tetangga sebelah juga duduk di bangku-bangku plastik yang ditata berjejer di sisi pagar rumah agar tak menghalangi jalur pejalan kaki maupun pengendara motor.

Selain Malik, ada dua orang lagi yang ikut memesan makanan dan mereka berdua duduk berdampingan tepat di seberang dekat dengan pagar milik tetangga.

Dua orang bapak umur lima puluhan. Pak Ibnu dan Pak Sutar. Mereka ribut dan gemar bergosip tentang politik. Seperti umumnya babyboomer yang merasa tahu segalanya bermodal mengeklik tautan berita dengan sumber tak legit.

Tipe bapak-bapak yang hanya peduli pada opini sendiri dan gampang membodohkan orang lain yang tak sesuai dengan jalan pikirannya. Tapi kali ini pembahasan mereka tidak berkaitan dengan pemilu 2024.

Topik yang mereka bahas membuat Malik ikut mendengarkan dengan sikap pura-pura tak menyimak. Sebenarnya Malik pun takkan ketinggalan akan obrolan mereka meski ia makan di loteng kamarnya. Suara kedua lelaki paruh baya itu sudah cukup menggelegar.

“Kau lihat berita pembunuhan di Stabat? Dua laki-laki, satu umur empat puluhan dan akhir dua puluhan minum bandrek yang dikasih racun. Mereka mati di depan umum di dalam posko banjir yang ironisnya posko itu diinisiasi oleh si korban usia empat puluhan.” Pak Ibnu memulai percakapan.

“Yah, aku baca. Gila! Yang meninggal ini ternyata punya hubungan macam cerita sinetron. Mantan istri si korban yang lebih tua kawin sama si korban yang muda, mantan cewek si korban yang muda jadi istri si korban yang tua.” Pak Sutar menimpali.

Wak Yong yang sedang mengiris daun bawang melirik kedua pelanggannya. Merasa ini pertama kalinya kedua orang itu membahas kasus berkaitan dengan skandal rumah tangga.

“Bahasa yang mudah dipahami yaitu tukar guling! Sepasang muda mudi dan sepasang bapak ibu, tukaran pasangan, hehehe..” Pak Sutar terkekeh lalu lanjut berkata,

“Masing-masing istri mereka sedang membantu di posko. Yang meninggal adalah kedua suami mereka yang duduk bersebelahan karena minum bandrek yang beracun. Istri si korban muda memasak bubur dan istri si korban tua mengaduk bandrek.

“Keduanya pasti punya rasa sakit hati terhadap korban-korban. Istri si korban tua ketahuan menyimpan potas di gudang, tapi polisi belum menjadikan dia tersangka. Sulit dibayangkan karena mereka cantik-cantik. Istri si korban muda yang lebih tua sama cantiknya dengan istri si korban tua.

“Sayang sekali kalau salah satu dari mereka benar-benar membunuh. Bayangkan kampung itu, langsung punya dua janda kembang!” Keduanya kini terkekeh bersama dan Wak Yong tersenyum tipis dari balik gerobak.

Salah satu ibu pembeli Wak Yong yang dari tadi berdiri menunggu pesanannya untuk dibungkus, mengamati percakapan penuh semangat itu dan nimbrung. “Dasar ni bapak-bapak! Ada orang mati yang dipikirin malah istrinya jadi janda kembang,” sungutnya.

“Halah Bu Imah, aku yakin dua laki-laki yang mati itu bukan orang baik. Dan malah menurutku sangat mungkin kalau sebenarnya dua perempuan ini kerja sama untuk meracun suami mereka.

“Kita tak tahu motif mereka apa. Yang jelas kadang-kadang laki-laki itu tak pandai bersyukur. Dapat istri cantik mau cari yang lain. Salah satu korban yang tewas itu agen pengepul sawit. Tuan tanah juga,” sahut Pak Ibnu.

“Wah, banyak dong warisannya.” Mata Bu Imah membulat.

Pak Sutar balas bersungut. “Dasar ibu-ibu! Ada orang mati yang dipikirin malah warisannya!”

Ketiganya tertawa serempak. Wak Yong tersenyum sambil geleng-geleng kepala. Malik masih pura-pura tak peduli.

Ia tak berminat menginterupsi percakapan dan mengoreksi asumsi serta informasi tak lengkap yang mereka punya. Ia tak merasa perlu ikut dalam obrolan sambil mengungkapkan bahwa dirinya terlibat langsung dalam kasus yang mereka bahas.

Lagi pula apa yang akan dikatakanny? Polisi belum mengungkapkan apa pun selain kronologi singkat dari Wakapolsek yang sempat Malik lihat di acara berita TV kriminal lokal, yang bahkan tidak selengkap keterangan Jumali pada wawancara pagi tadi.

Penyidikan masih berlangsung. Yang bisa diketahui dengan cukup yakin yaitu target si pembunuh adalah Saba. Untuk sementara. Karena tumbler itu miliknya.

“Bisa saja kan, ada yang dengki menaruh racun ke tempat istri si korban tua. Dan, oh, si korban tua itu kan pengusaha. Pasti banyak musuhnya. Kenapa istri si korban tua membunuh suaminya saat dialah yang mengaduk bandrek? Itu terlalu terang-terangan.

“Polisi akan langsung curiga. Kenyataannya ia belum juga dijadikan tersangka, pasti polisi juga punya dugaan istri si korban tua dicurangi,” kata Pak Sutar yang tak sengotot Pak Ibnu. Sedikit.

“Istri si korban tua itu masih muda. Bisa saja dia punya selingkuhan. Jika suaminya mati, dia bisa mendapat warisan dan hidup bersama pacarnya. Begitulah teoriku,” kata Pak Ibnu.

Malik menahan diri untuk tidak berujar, ‘racun potas itu tak cuma ditemukan di kediaman Nurah namun juga ditemukan di rumah dua saksi lain yang berada di posko. Bagaimana? Bapak masih punya teori yang sama?’

“Menurutku yang bunuh mereka berdua adalah musuh si agen pengepul sawit. Mungkin beberapa orang dari yang berada di posko. Karena tidak ada kesaksian yang menyatakan melihat racun dimasukkan. Beberapa saksi pasti berbohong,” ujar Pak Sutar.

‘Targetnya bukan agen pengepul sawit! Targetnya Saba! Racunnya berasal dari tumblernya! Sebenarnya apa yang kalian baca?’ Mulut Malik terasa gatal.

“Bagaimana dengan istri si korban muda pemasak bubur kacang? Meski tidak ditemukan potas di rumahnya, itu tidak membuktikan apa-apa. Aku cukup yakin wanita itu benci dengan mantan suaminya si agen kaya yang memilih si wanita muda dan mungkin juga kepada suaminya sekarang.” Kali ini Bu Imah yang menebak. Sepertinya ia juga mengikuti berita ini.

Malik membatin lagi, ‘Tentu itu juga menjadi kecurigaan kami tim advokat perwakilan Nurah. Sasmita dua kali memiliki kesempatan mendekati tumbler itu. Sayangnya para saksi tak melihat Sasmita memasukkan sesuatu yang mencurigakan. Termasuk Nurah sendiri.’

Jam sudah menunjukkan angka 20.30 ketika Malik menerima pesan Ilbi.

Mereka akan pergi ke kediaman Nurah besok pagi. Ilbi berpesan bahwa kampung itu masih berair dan becek meski banjir telah surut cukup signifikan. Ilbi juga akan membonceng Pak Hito.

Pak Hito sendiri akan menyampaikan langsung kepada keluarga yang ditinggalkan almarhum Adil tentang penundaan pembacaan surat wasiat dan pembagian warisan sampai kasus ini terang benderang.

Malik kemudian membayar makanannya dan masuk ke rumah tanpa menoleh ke orang-orang masih yang saling silang pendapat itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 54 : Adian

    Kemudian saat mereka memarkirkan motor masing-masing di halaman, tampaklah sebuah mobil suv melaju memasuki halaman seberang. Haida keluar dari kursi penumpang dan memasuki rumah. Tak berapa lama kemudian Adian juga muncul dan melihat-lihat ke arah mereka. Pandangannya tertumbuk pada mereka berdua. Sersan Feri melambaikan tangan dibalas juga dengan gerakan yang sama oleh Adian.“Mari kita ke sana sebentar,” ajaknya. Malik serta merta mengikuti langkah Sersan Feri menyeberang.“Anda dari mana Pak Adian?”“Saya dan Ibu baru saja menjenguk Nizam dan Sasmita. Sebenarnya Ibu berencana untuk ikut mendampingi mereka berdua sampai besok. Tapi kondisi kesehatannya sendiri tidak terlalu baik. Jadi beliau minta dijemput saja.” Adian lalu melirik Sersan Feri dan Malik bergantian. Tatapannya memancarkan keheranan melihat mereka berdua layaknya rekan kerja yang berdampingan.“Sebenarnya kami juga akan segera mengirim seorang petugas untuk berjaga di sana. Tapi, apakah tidak apa-apa tidak ada yang

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 53 : Selesai Dari Warung Nurah

    Sasmita tak tahu harus berkata apa. Meski ia menutup tirai di sebelah kiri harusnya omelan Haida bisa tercuri dengar pasien sebelahnya. “Maaf karena merepotkan kalian. Aku sungguh menyesal karena kecerobohanku.”Haida tak menanggapinya. Kerutan mukanya bertambah-bertambah. Diyuntaskannya sendokan terakhir ke mulut Nizam. Nizam hanya sanggup menghabiskan separuh nasinya dan Haida memilih tak memaksa Nizam menghabiskan makanannya.“Kalau begitu cepatlah makan. Kau harus segera pulih,” katanya menoleh pada Sasmita.Sasmita menurut dan membuka paket makan siangnya. Ia teringat kunjungan Sersan Feri dan Malik sebelum Haida tiba.“Kira-kira jam 10.00 tadi kami dikunjungi seorang petugas dan satu dari tim pengacara Nurah. Apakah mereka juga mendatangi Ibu?”“Tidak tahu. Seingatku yang terus datang dan menanyai adalah para wartawan. Sebenarnya aku tak keberatan jika satu atau dua wartawan yang menanyai. Tapi mereka membentuk kerumunan dan berkeliaran. "Sesekali mereka mengungkapkan simpati

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 52 : Ocehan Haida

    Adil melihat kesempatan atas kebangkrutan ayah Nurah sebagai peluang untuk mendapatkan si anak gadis? Sasmita merana karena kebutaan dan kebodohannya. Jika ia bisa curiga lebih awal, bisakah hubungan Adil dan Nurah tidak berlanjut? Ia tahu ia bisa menjadi tegas dan bertekad bulat tanpa berpikir tentang risiko. Ia tahu potensi dirinya. Tapi segalanya terlalu mengagetkan. Waktu itu Sasmita memilih menjauh sementara dan mengabaikan toko. Selang seminggu kepergian Sasmita, bukannya menyadari kekhilafan, Adil malah tampak tak terganggu akan sikap berontak istri sahnya. Yang ada Adil benar-benar menikahi Nurah secara siri dan memboyong Nurah ke rumah utama. Dan informasi ini lagi-lagi didapat dari salah satu petani langganan pupuk saat Sasmita kembali lagi membuka toko. Saat itu hanya Nizam seorang yang menguatkannya. Demi menghargai ibunya, ia bahkan juga tak menginjakkan kaki pada beberapa hari jadwal liburnya semenjak Nurah menjadi penghuni rumah. Namun Sasmita tak ingin sang anak i

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 51 : Masa Lalu

    Jika diingat lagi masa bagaimana ia dan Adil berjuang setelah Nizam lahir dan mertua lelakinya meninggal, Sasmita diam-diam kagum pada diri sendiri, atas kemampuannya turut menaikkan taraf hidup perekonomian mereka. Usaha pupuk yang laris, lalu mulai membuka pabrik pengepulan sawit, juga berhasil membeli beberapa petak tanah. Pada masa itu Sasmita hanya suka bekerja keras dan berbisnis. Ia sebenarnya tak terlalu mengharapkan lebih dan selalu memikirkan risiko terburuk. Sasmita melarang Adil untuk pergi ke dukun jika hendak memulai suatu usaha seperti lazimnya yang dilakukan beberapa kenalan wiraswastanya. Baginya pergi ke cenayang sekedar meminta wejangan atau pelaris usaha merupakan hal konyol. Mengapa dukun tersebut tidak duduk-duduk saja dan menggunakan pelarisnya sendiri untuk memperkaya dirinya. Sasmita bukanlah orang yang religius, tapi ia tak percaya dengan hal begituan. Dan Adil mendengar nasihatnya. Juga selalu mendengar pendapatnya jika hendak memulai sesuatu.Lalu Haida

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 50 : Haida Yang Cerewet

    Nurah terlihat ragu dan tak langsung menjawab. Petugas ini bisa saja berkata tak ada penggeledahan namun jika ada sesuatu yang menarik perhatiannya tentuIah ia takkan segan membawanya. Namun tentu Nurah tak perlu terlalu memikirkannya. Memangnya apa yang bisa ditemukan dari benda-bendanya? Nurah agak berdebar lalu melirik sekilas pada Malik dan Malik mengangguk pelan. Nurah bangkit dan menuntun keduanya masuk ke kamarnya. Kamar Nurah cukup sempit dan sederhana berukuran empat kali tiga meter. Ranjang singlebednya berupa kasur berisi kapuk yang mulai kehilangan kepadatannya. Di sudut terdapat nakas tempat kosmetik disusun lalu kaca petak sedang bingkai kayu bercat oranye di sangkutkan pada paku pinggir yang sekaligus sebagai tempat gorden jendela dikaitkan. Terdapat lemari portabel dengan tutup resleting. Masing-masing benda tampak dikumpul bersesakan namun cukup harmonis dan efisien. Sungguh kontras dengan kamar lamanya bersama Adil yang lima kali luasnya dari kamar ini. Sersan

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 49 : Berkunjung Ke Tempat Nurah

    Suara knalpot berdegum dari motor Sersan Feri membuat penghuni di dalam rumah memancing pandangan lewat jendela nako. Menyadari siapa yang tiba, Nurah buru-buru menuju pintu dan menyambut keduanya. Warung ibunya sedang kehadiran beberapa orang yang membeli mi sop untuk dibawa pulang. Jadi tidak terlalu sesak untuk Malik dan Sersan Feri makan di tempat. Nurah ikut membantu menyiapkan makan siang mereka. Ibu Nurah terlihat sesekali melirik kedua tamunya. Tersirat rasa takut, sungkan, dan penuh pertanyaan dari kelopak matanya yang turun. Sersan Feri juga minta sepiring nasi putih yang walau tak disediakan sebagai menu di warung. Jadi Nurah pergi ke dapur dan kembali dengan semangkok besar nasi. Ia bermaksud menyediakan tambahan ekstra untuk Malik. Malik sendiri tidak menyentuh nasi tersebut lantaran sulit baginya saat ini mengunyah lebih banyak dari semangkok mi. Ada yang lebih penting dari sekedar mengenyangkan perut. Nurah tidak bertanya tentang siapa satu tamunya lagi. Namun ia b

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 48 : Motif Itu

    “Dua bulan lalu ada kasus seorang istri yang membakar rumah selingkuhannya. Kemarin ada berita seorang anak yang meminta orang tuanya membelikan ponsel mahal dan karena ditolak, si anak membakar rumah. Dan juga seminggu lalu, ada seorang mantan pekerja di pabrik roti yang membakar pabriknya lantaran sakit hati dipecat sepihak. "Ke semuanya didorong oleh rasa marah dan sakit hati. Apakah orang yang membakar ruko merupakan pihak yang memiliki sakit hati pada Sasmita? Anda mendengar sendiri dia seperti menujukan tuduhan tak langsung dengan menyebut-nyebut Nurah. Bagaimana menurut Anda?”Malik mengedikkan bahu. “Saya akan berusaha tidak bias. Menurut keyakinan saya sementara, saya kira Nurah takkan melakukannya. Lagi pula Sasmita hanya mengatakannya secara tersirat. Dia juga tak yakin Nurah melakukannya. "Kenapa Nurah akan melakukan hal nekat yang makin mengarahkan perhatian polisi padanya? Dia sudah dicurigai sebagai tersangka pembunuhan Saba dan Adil. Saya yakin dia takkan malah menam

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 47 : Mencari Motif Pembakaran Ruko

    Sersan Feri lalu tersenyum kecut. “Saya akui. Kali ini saya cukup gugup dan kewalahan dalam menghadapi yang terjadi pada keluarga ini. Anda tahu betapa menyebalkannya pemberitaan di televisi meskipun saat kasus bandrek beracun tidak terlalu gencar diberitakan. "Dan sekarang orang-orang jadi menaruh perhatian lagi dan pasti akan mengarang-ngarang menurut versi mereka sendiri. Siapa lagi yang akan menjadi sasaran tumpuan? "Tentunya kami-kami ini yang harus lompat ke sana kemari. Sementara orang-orang pers pencari berita itu, kau lihat sendiri dibanding membantu mereka lebih suka membuat sesak TKP,” ujar Sersan Feri lalu mendengus kencang. Malik diam saja mendengarnya. Sersan Feri lanjut bicara.“Saya rasa sebentar lagi penyidik dari Polda akan mengambil alih kasus beruntun ini. Bahkan sebelum peristiwa ini terjadi sudah amat sulit kami para penyidik melacak jejak yang tepat. Bukannya tak ada titik terang, tapi segala sesuatunya harus ditindaki secara menyeluruh. Saya sendiri pasti

  • Kasus Kematian Ganda Di Tenda Posko   Bab 46 : Pembicaraan Di Pondok

    Sersan Feri menepuk pundak Firmansyah sebelum berbalik kembali lagi ke arah tempat tong.“Kita akan melihat apakah pelaku itu lewat belakang atau tidak,” ujarnya pada Malik yang saksama memperhatikan lingkar dalam tong tersebut. Sersan Feri melirik Malik.“Sudah tidak ada yang bisa di dapat di dalamnya. Salah satu anggota tim subuh tadi telah membawa beberapa serpihan yang sekiranya berguna untuk kelengkapan bukti.” Malik mengangguk.“Anda akan melihat rekamannya sekarang? Saya rasa penjaga kasir itu pegawai yang dimaksud Sasmita.” Malik memperhatikan kasir yang berdiri di pinggir bekas pintu.Sersan Feri langsung menuju ke arah kasir yang tempo hari sempat diajak Malik berbincang. Saat melihat Malik, tatapannya mirip dengan cara Sasmita melihat Malik yang muncul di rumah sakit. Si Kasir yang duluan menyapa.“Bu Sasmita bilang saya harus menunjukkan pada petugas rekaman CCTV.” Si Kasir bersama mereka berdua masuk ke ruko melewati bagian depan yang sebagian hancur dan naik ke lantai d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status