Home / Romansa / Pelakor itu Adikku / Bab 129. Korban Kecelakaan

Share

Bab 129. Korban Kecelakaan

Author: Rina Novita
last update Last Updated: 2025-08-08 23:43:18

Ferika berdiri tegak, matanya menatap Nadine seperti seekor kucing yang baru saja berhasil menjebak tikus di sudut ruangan. Bibirnya melengkung, membentuk senyum penuh kemenangan.

“Kamu udah ketahuan, Nadine. Mau bukti apalagi? Aku tahu rahasiamu sekarang,” ucapnya pelan, tapi penuh penekanan.

Nadine bisa merasakan jantungnya berdegup kencang sampai telinganya berdenging. Wajahnya memucat, tapi ia berusaha mati-matian menutupi kepanikannya.

“Awas, ya! Tante jangan coba-coba sampaikan ini semua sama Mas Arhan. Tante akan tahu akibatnya,” desisnya tajam, matanya menyipit.

Namun Ferika malah tersenyum lebar, seolah menikmati ketakutan di wajah Nadine. “Jadi benar, kan? Janin di perutmu itu bukan anak Arhan. Aku nggak sudi Arhan menikah denganmu. Nggak sudi! Dasar perempuan murahan!”

Kata-kata itu seakan menamparnya. Nadine terlonjak sedikit, matanya langsung menyala karena emosi yang memuncak. “Mulut Tante itu ...!” ia hampir berteriak, tapi buru-buru menahan suaranya agar Rafael di
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
au nom de lalun
kok jahat bgt sih Nadine? btw seneng deh Felix Alma ngobrol gini Alma gercep cere in si Arhan hehe...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pelakor itu Adikku   Bab 129. Korban Kecelakaan

    Ferika berdiri tegak, matanya menatap Nadine seperti seekor kucing yang baru saja berhasil menjebak tikus di sudut ruangan. Bibirnya melengkung, membentuk senyum penuh kemenangan. “Kamu udah ketahuan, Nadine. Mau bukti apalagi? Aku tahu rahasiamu sekarang,” ucapnya pelan, tapi penuh penekanan. Nadine bisa merasakan jantungnya berdegup kencang sampai telinganya berdenging. Wajahnya memucat, tapi ia berusaha mati-matian menutupi kepanikannya. “Awas, ya! Tante jangan coba-coba sampaikan ini semua sama Mas Arhan. Tante akan tahu akibatnya,” desisnya tajam, matanya menyipit. Namun Ferika malah tersenyum lebar, seolah menikmati ketakutan di wajah Nadine. “Jadi benar, kan? Janin di perutmu itu bukan anak Arhan. Aku nggak sudi Arhan menikah denganmu. Nggak sudi! Dasar perempuan murahan!” Kata-kata itu seakan menamparnya. Nadine terlonjak sedikit, matanya langsung menyala karena emosi yang memuncak. “Mulut Tante itu ...!” ia hampir berteriak, tapi buru-buru menahan suaranya agar Rafael di

  • Pelakor itu Adikku   Bab 128. Ketahuan

    Alma memepetkan mobilnya ke sisi jalan, lalu turun, berharap penglihatannya salah. Tapi ketika jarak hanya tinggal beberapa meter, harapan itu sirna. Itu memang Ferika. Ia berjalan lebih cepat. Heels-nya beradu dengan lantai, menimbulkan bunyi yang menarik perhatian para penghuni yang lewat. “Ibu?” panggil Alma dengan nada tak percaya. Ferika, yang sejak tadi beradu argumen dengan petugas keamanan, langsung berbalik. Senyumnya mengembang lebar, senyum yang Alma tahu tidak pernah tulus. “Nah, ini dia menantuku yang dokter itu!” seru Ferika dengan suara yang sengaja dikeraskan. “Alma, bapak-bapak ini nggak percaya kalau ibu punya menantu dokter tinggal di sini.” Alma menarik napas. “Ada apa ini?” Petugas keamanan, yang tampak sudah lelah meladeni, melangkah mendekat. “Maaf, Dokter Alma, kami bukannya tidak percaya. Ibu ini memaksa masuk tanpa mau menyebutkan tujuannya ke unit berapa. Kami tidak bisa menerima tamu dengan tujuan yang tidak jelas, Bu.” Alma menatap Ferika, nada suar

  • Pelakor itu Adikku   Bab 127. Dia Masih Istriku

    “Mas masih mengharapkan Kak Alma, ya?” Pertanyaan Nadine meluncur pelan namun penuh maksud. Ia memperhatikan wajah Arhan yang sedari tadi menatap tajam ke arah Alma dan Leonard yang berdiri berdampingan di dekat pintu keluar Novomedica. Ada sorot cemburu yang tidak bisa disembunyikan dari mata pria itu. Arhan tidak segera menjawab. Rahangnya mengeras, pandangannya masih tertuju pada Alma yang kini sudah berjalan ke arah lobi bersama Septiana. “Dia masih istriku,” jawabnya akhirnya, datar tapi dingin. Suaranya sangat pelan nyaris seperti bisikan, tapi penuh penekanan, membuat Nadine terdiam sejenak. Nadine menahan emosi. Ia tahu, bayang-bayang Alma masih begitu kuat dalam diri Arhan. Tapi ia sadar, kalau terus menekan, Arhan akan menjauh. Maka ia terpaksa menelan rasa sesak itu dan memasang wajah manis. “Mas mau langsung ke rumah sakit, kan? Aku nebeng ya. Pulang ke kost juga lewat sana,” ucap Nadine sambil tersenyum, mencoba membuat nada suaranya seramah mungkin. Arhan sempat r

  • Pelakor itu Adikku   Bab 126. Tanda tangan Kontrak

    Setelah memperlihatkan laboratorium utama kepada Arhan dan Nadine, Leonard membawa mereka kembali ke ruang meeting yang sudah disiapkan untuk penandatanganan kontrak resmi. Di dalam ruangan, dua berkas tebal sudah tergeletak di atas meja kaca. Masing-masing bertuliskan “Kerja Sama Proyek Pengembangan Obat Neuroaktif – PT Novomedica dan Mitra Medis.” Leonard duduk di depan mereka dengan sikap tenang, matanya menyipit sedikit saat memandangi Arhan. “Silakan dibaca dulu. Ini kontrak yang akan mengikat kita dalam kerja sama proyek selama enam bulan ke depan,” ucap Leonard sambil menunjuk berkas. Arhan langsung membuka halaman-halaman pertama, membaca sekilas. Isinya tampak seperti kontrak biasa: rincian proyek, tanggung jawab umum, dana riset, sistem pelaporan. Leonard tahu apa yang tertulis di halaman-halaman tengah dan belakang. Arhan hanya membaca sebagian. Ia terlalu percaya diri, dan lebih sibuk membayangkan bagaimana namanya akan muncul di jurnal ilmiah, diundang sebagai pembi

  • Pelakor itu Adikku   Bab 125. Hari pertama di Novomedica

    Arhan belum ingin pulang malam itu. Setelah pertemuan dengan Leonard, ia memutar arah mobil dan kembali berhenti di depan apartemen mewah yang tadi malam sempat ia datangi. Ia memarkirkan mobil di sisi jalan yang sama, tepat di seberang gerbang apartemen. Pandangannya terpaku pada pintu gerbang yang dijaga ketat oleh dua petugas keamanan. Ia melirik jam tangan. Hampir pukul sepuluh malam. Sama seperti malam sebelumnya. Beberapa menit kemudian, sebuah mobil hitam melaju pelan, lalu masuk melewati gerbang. Plat nomornya sama. Itu mobil Alma. "Benar kan ... dia tinggal di sini sekarang," gumam Arhan, menyandarkan kepala ke sandaran kursi. Kali ini ia tidak terburu-buru. Ia tahu petugas keamanan tidak akan membiarkannya masuk tanpa informasi lengkap. Yang perlu ia lakukan sekarang adalah mencari tahu unit tempat tinggal Alma. Setelah mobil Alma menghilang di balik gedung apartemen, Arhan menghela napas panjang, menyalakan mesin mobil, dan memutuskan untuk pulang. Tapi pikirannya terus

  • Pelakor itu Adikku   Bab. 124. Proyek Baru

    Malam semakin larut, tapi Arhan belum juga pulang. Mobilnya terparkir di sisi jalan, tepat di seberang apartemen mewah yang baru saja mobil Alma masuk ke gerbangnya. “Alma tinggal di sini sekarang?” gumamnya, tak percaya. Ia mengamati dari balik kaca mobil, memperhatikan gerbang apartemen yang dijaga ketat oleh dua satpam berseragam lengkap. Gedung tinggi menjulang dengan pencahayaan hangat itu terlihat eksklusif. Tak mungkin orang biasa bisa tinggal di sini. Tanpa pikir panjang, Arhan membuka pintu mobil dan melangkah keluar. Kemeja kerjanya masih rapi, meski sudah mulai kusut karena aktivitas seharian. Ia berjalan dengan percaya diri menuju pos keamanan. Dua petugas berdiri tegak, menatapnya curiga. “Selamat malam, Pak. Ada yang bisa kami bantu?” tanya salah satu petugas. “Saya dokter. Ada pasien yang memanggil saya ke sini. Penting,” jawab Arhan, berusaha terdengar yakin sambil menyodorkan kartu identitas rumah sakit. Petugas menatapnya lekat-lekat. “Nama penghuni dan nomor u

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status