Pandya berdiri di barisan depan, yang memang ditujukan untuk dirinya. Dia menatap lurus ke arah depan, tanpa menggubris panggilan para pengikutnya yang terlalu bersemangat.Setelah ini akan banyak waktu bagi mereka untuk sekedar bercakap-cakap, tapi pengumuman yang akan disampaikan sebentar lagi sudah dia tunggu-tunggu. Ini waktu terlama sejak ujian tahap 1 sampai 4 dilaksanakan, dan Pandya terlihat sudah tidak sabar untuk mendengar pengaturan ujian kali ini.TEP! TEP! TEP!Suara langkah kaki yang terasa terburu-buru, membuat suasana menjadi sedikit mencekam. Ditambah wajah dari kedua guru, yang memperlihatkan ekspresi tegang dengan rahang yang mengeras. Membuat seluruh murid dapat merasakan jika akan ada hal buruk yang sebentar lagi mereka dengar."Apa kalian siap mendengarkan aturan ujian tahap 4?!" teriak Agha tanpa basa-basi sedikitpun."SAGUH!" jawab para murid serentak.Cukup puas dengan jawaban yang diberikan, Agha menatap Akandra yang berada di sebelahnya. Dia seperti menanyaka
Paginya, semua murid berkumpul di halaman utama dengan wajah tegang yang tidak bisa mereka sembunyikan. Bahkan, saat sarapan pagi yang menjadi penyemangat mereka, kini tidak lagi membuat mereka merasa semangat sedikitpun.Saat ini, yang akan mereka hadapi bukanlah ujian yang hanya menentukan lolos atau tidaknya. Tapi, mereka juga mempertaruhkan nyawa, yang akan masih berada di tubuh mereka atau melayang saat ujian berlangsung.Sebenarnya, tidak ada satupun murid yang mengetahui dengan pasti, ujian apa saja yang akan mereka hadapi di dalam makam Raja Iblis itu. Tapi, hanya mendengar nama dan rumor yang selama ini beredar di masyarakat, mereka yakin jika memang nyawalah taruhannya.Semua guru dan penjaga yang selama tiga bulan terakhir jarang terlihat, kini mereka berkumpul secara berkelompok. Terlihat jelas pula di mata para murid, jika sebagian dari mereka juga merasakan ketakutan dan kekhawatiran yang tidak kalah besarnya.PHUUUU!Suara terompet kembali berbunyi, dan terdengar lebih
GREETTT!Suara pintu utama makam Raja Iblis dibuka, yang terdengar cukup memekakkan telinga. Bahkan, aura yang keluar dari dalam melalui celah kecil saja mampu membuat tubuh semua murid merinding.Dari 18 kelompok sebelumnya yang tersisa, kini setelah saling bergabung hanya menjadi 5 kelompok yang terdaftar. Sebelumnya, perwakilan dari setiap kelompok sudah mengambil undian, untuk masuk ke dalam makam sesuai urutan undian yang didapatkan.Pandya sengaja tidak memisahkan 6 kelompok di bawah naungannya, jadi mereka akan menjalani ujian dalam jumlah 36 orang. Terlalu banyak, jika mengingat sebuah makam bawah tanah akan memiliki jalur yang sempit. Tapi, kelompok mereka terlihat lebih percaya diri dibanding kelompok lainnya.Apalagi, Pandya mendapatkan nomor urut 3, yang cukup menguntungkan menurutnya. Mereka tidak perlu menunggu terlalu lama karena bukan urutan terakhir, dan juga bisa mempelajari kesalahan dari kelompok yang sebelumnya karena bukan yang pertama.Setiap kelompok memiliki j
"Apa Pangeran bercanda?! Ratusan anak panah terus keluar, bagaimana kita bisa melewatinya dengan mudah?" tanya Dipta sambil menunjuk ratusan anak panah yang menancap pada tanah dihadapan mereka.Tidak hanya Dipta, yang lain pun ikut mengatakan hal serupa dengan tatapan mereka. Bukannya marah karena ucapannya dianggap candaan, Pandya malah terkekeh kecil."Ini bukan saat yang tepat untukku bercanda, kita memang akan melewatinya dengan mudah," jawab Pandya dengan nada santai."Apa Pangeran yakin? Kalau kita salah melangkah saja, bisa-bisa nyawa kita yang menjadi taruhannya!" sahut Raka meragukan ucapan Pandya."Benar, Pangeran! Kita tidak mungkin gugur di rintangan pertama bukan?" timpal Rajendra mendukung ucapan Raka.Tanpa memberi penjelasan kepada semua pengikut yang menatapnya keheranan, Pandya langsung berlari dengan jurus meringankan tubuh miliknya, dan bergerak dengan sangat cepat.TEP TEP TEPPara pengikut melihatnya dengan mata melotot dan mulut terbuka, mereka tidak menyangka
BRAAAK!BRAAAK!BRAAAK!Suara bongkahan batu besar yang jatuh beruntun, membuat getaran dan hempasan angin yang cukup membuat benda maupun orang disekitarnya terbang dan tertimpa batu besar yang lain. Pandya dan semua pengikutnya masih berlari, entah seberapa jauh batu-batu itu terus mengejar mereka. Tapi, jika mereka terkena sedikit saja hempasan batu itu, maka mereka akan tamat saat itu juga.Mau kekuatan sebesar apapun, akan sangat sulit untuk menahan bongkahan-bongkahan batu yang sangat besar dan banyak itu. Dengan kekuatan Pandya saat ini pun, hanya bisa menahan sekitar sepuluh bongkahan.Dan saat ini entah sudah berapa bongkahan batu yang terjatuh, karena sudah cukup lama mereka berlari tapi belum tampak batu itu akan berhenti berjatuhan. Pandya melihat atap untuk mengamati seberapa lama lagi mereka harus berlari, karena beberapa detik lagi kecepatan mereka akan tersusul.Dengan perhitungannya, Pandya menggunakan kekuatannya untuk mendorong semua pengikutnya ke tempat aman, sebe
Pandya dan seluruh pengikutnya terus menyusuri lorong di dalam makam itu. Hingga mereka berhenti di depan sebuah bongkahan batu besar yang menutupi jalan, dengan ukiran tulisan dan lambang Raja Iblis di atasnya.Tidak ada jalan lain yang terlihat oleh mereka. Bahkan, Pandya juga tidak menemukan celah dengan penglihatan tajamnya.'Tidak mungkin jika ini jalan buntu bukan?' tanya Pandya pada Sakra untuk menyanggah pikirannya itu.'Sepertinya kemungkinan itu sangat kecil. Sejak awal kita sudah diberikan 3 pilihan jalan, jadi seharusnya semua lorong akan sampai di ujung dan hanya rintangannya saja yang berbeda!' jawab Sakra mengutarakan pemikirannya.'Jika begitu, pasti ada jalan tersembunyi di tempat ini!' sahut Pandya yakin.Pandya kembali menajamkan pengamatannya, untuk mencari apa saja yang terasa berbeda. Semua pengikutnya juga tidak kalah sibuk, untuk mengecek setiap sudut di sekitar mereka.ZHIIIING!Pandya merasakan tenaga dalam dari arah belakang bongkahan batu, saat dirinya tida
Tanpa Pandya sadari, dari arah atas ada seekor ular dengan taring yang mencuat siap menerkamnya. Namun, dengan refleks cepatnya dia berhasil menghunuskan tenaga dalam pada ular itu.CRAAASST!BHUUM!Pandya terdorong beberapa langkah ke belakang, karena ledakan tenaga dalam dari tubuh ular itu. Merasakan adanya aura yang berbeda dari yang dia rasakan saat menyerang ular tadi, membuat Pandya mulai merasakan sedikit kekhawatiran.Pedang dan tenaga dalam tidak bisa digunakan untuk membunuh ular-ular, membuatnya harus memikirkan cara untuk dapat menyelesaikan rintangan itu. Para pengikut Pandya mulai merasakan kekhawatiran yang sama, namun mereka semua percaya jika sang pangeran dapat menemukan cara.Jalur yang akan mereka lewati kini sudah penuh dengan ular, dan kini mereka terkepung di antara ribuan ular itu. Pandya langsung membuat strategi untuk dapat melanjutkan perjalanan mereka, dengan mempertimbangkan tiap kemampuan dari para pengikutnya.“Kalian ingat dengan apa yang kita latih se
“Ramuan apa yang sebenarnya kau buat? Bagaimana bisa kondisi Rajendra menjadi seperti itu?!” tanya Raka dengan suara meninggi.Chandra tidak bisa menjawabnya, tangan dan dahinya kini dipenuhi dengan keringat dingin. Dia memikirkan apa yang salah dengan ramuan yang telah dibuatnya, karena dia yakin racikannya sudah sesuai dengan kitab yang dia pelajari.Pandya mencoba melakukan segala cara yang dia bisa, agar tubuh Rajendra berhenti bergetar. Walaupun, usahanya sia-sia karena tubuh Rajendra Malah semakin bergetar lebih hebat, dengan aura tubuh yang semakin menggelap.ZHIIIING!Pandya mencoba menyalurkan tenaga dalam miliknya, ke dalam tubuh Raja Indra berkali-kali. Tapi, seperti ada penghalang yang menolak tenaga dalam yang masuk, tangan Pandya terus terpental yang membuatnya semakin frustasi karena tidak bisa melakukan apa-apa.‘Apa tidak ada lagi yang bisa aku lakukan?’ tanya Pandya dalam hati dengan penuh kekesalan.‘Lupakan tenaga dalam, coba kau amati fisik dari murid itu! Aku yak