"Antar aku kembali. Aku ada urusan yang harus dilakukan besok." Nancy tidak bermaksud demikian.Aku berkata sambil tersenyum, "Kak Nancy, di mana kamu tinggal sekarang?""Rumah Lina.""Pftt ...."Aku tersedak air liurku sendiri.Nancy tinggal bersama Lina?Aku menatap Nancy dengan tatapan tidak percaya. "Kenapa kamu tinggal bersama Kak Lina?""Kenapa aku nggak bisa tinggal bersama temanku? Sekarang, dia kembali ke rumah dan tinggal bersama orang tuanya. Rumah juga kosong, kenapa aku nggak memanfaatkannya?""Aku masih dalam tahap awal memulai bisnis. Aku perlu mengeluarkan banyak uang. Aku akan menabung sebisaku."Saat pertama kali mendengar dia mengatakannya, aku terkejut. Aku terkejut ternyata dia tinggal bersebelahan dengan Nia, tetapi aku tidak tahu sama sekali.Namun, jika dipikir-pikir lagi, tidak ada yang salah dengan hal ini. Jarak kami sangat. Aku bisa ke sana kapan saja aku mau di masa depan, bukan?Terlebih lagi, aku memiliki kunci rumah Lina. Hal ini membuatku lebih bebas.A
"Bisakah kita menandatangani kontraknya?" tanya Nancy langsung.Tanu mulai berpura-pura lagi. "Kalau aku ingin menandatangani kontrak, aku harus membawanya kembali dan mendiskusikannya dengan tim. Aku kira itu akan memakan waktu beberapa hari.""Lupakan saja." Nancy langsung mengambil kembali rencana itu.Tanu bingung. "Bu Nancy, apa maksudmu?""Menurutku, Pak Tanu sama sekali nggak tulus. Jangan bicara soal kerja sama malam ini!" kata Nancy sambil berdiri.Tanu langsung murka. "Bu Nancy, kamu mengabaikanku."Nancy sama sekali tidak takut pada masalah. Dia langsung menghadapinya. "Aku mengabaikanmu atau kamu hanya ingin memanfaatkanku?""Sekalipun kamu ingin memanfaatkanku, seenggaknya tunjukkan ketulusanmu. Kamu hanya memanfaatkanku tanpa membicarakan kerja sama. Apa kamu pikir aku seorang gadis?"Saat ini, aura Nancy sangat kuat. Dia memiliki aura seorang kakak perempuan.Tanu langsung mengalah. "Aku nggak bilang aku nggak ingin membahas kerja sama. Aku hanya bilang aku akan membawan
Aku dan Nancy berjalan ke bar sambil bergandengan tangan. Di sebuah bilik, ada seorang pria paruh baya yang mengenakan jas dan dasi. Namun, penampilannya tampak bukan pria baik-baik.Nancy menyapa pria paruh baya itu sambil tersenyum. "Pak Tanu, aku sudah datang."Tanu Yogono, manajer periklanan Perusahaan Bolimi.Perusahaan Bolimi adalah merek yang sangat khusus. Namun, perusahaan itu sangat terkenal di Kota Jimba.Begitu dia mendirikan perusahaannya, Nancy dapat membahas kerja sama dengan Perusahaan Bolimi. Harus aku akui, dia sangat cakap!Tanu juga menyapa Nancy dengan senyuman. Tentu saja, dia sengaja melirik ke arahku."Bu Nancy, dia ...."Nancy merangkul lenganku dan memperkenalkanku sambil tersenyum, "Dia adikku. Aku takut aku mabuk dan nggak bisa menyetir, jadi aku mengajaknya."Tanu berkata dengan licik, "Kalau Bu Nancy mabuk, aku akan mengatur seseorang untuk mengantarmu ke sana. Kamu nggak perlu merepotkan adikmu. Biarkan adikmu kembali.""Oh, mungkin nggak bisa. Adikku tin
"Atau karena kamu punya terlalu banyak wanita sekarang. Kamu sama sekali nggak mengingatku?"Aku segera menjawab, "Nggak, aku baru saja kembali tadi malam. Aku sibuk seharian, jadi aku belum sempat.""Kenapa kamu punya waktu untuk menghubungi Lina?"Pertanyaan ini sungguh membingungkanku.Namun, aku tidak bisa mengatakan kebenarannya. Terkadang, aku hanya perlu membujuknya.Aku berkata tanpa malu, "Kak Lina yang menghubungiku dulu. Kalau kamu nggak percaya, lihat saja obrolan kami."Aku mengeluarkan ponselku untuk membuktikan ketidakbersalahanku.Nancy merampas ponselku, lalu melemparkannya ke samping. "Nggak, aku nggak tertarik. Lagi pula, aku benar-benar nggak punya waktu malam ini.""Kalau kamu memang nggak tega meninggalkanku, bagaimana kalau kamu ikut denganku menemui klien?""Setelah kita bertemu klien, aku akan menemanimu dengan perlahan."Aku langsung berkata dengan serius, "Nggak masalah sama sekali. Jadi, apa yang kamu lakukan sekarang?""Aku membuka perusahaan desain perikla
Aku memeluk Lina dengan erat. Aku ingin berbicara baik-baik dengannya.Lina tampak linglung. Dia terus melihat waktu. "Nggak bisa, sudah hampir jam sembilan. Aku harus pergi."Lina segera mengenakan pakaiannya, lalu menciumku dan pergi.Awalnya, aku ingin bertanya padanya tentang Johan. Namun, dia bahkan tidak memberiku kesempatan.Aku berbaring sendirian di ranjang besar di hotel. Aku merasa hatiku hampa.Aku hanya ingin berbicara dengannya. Kenapa begitu sulit?Tepat ketika aku sedang bosan, ponselku berdering. Dia adalah Nancy."Bagaimana rasanya?"Nancy melancarkan serangan dahsyat.Aku begitu terkejut hingga langsung duduk. "Bagaimana kamu tahu aku sendirian?""Aku juga tahu kamu masuk ke hotel bersama Lina tadi, tapi Lina pergi begitu saja. Dia meninggalkanmu sendirian di hotel."Hebat sekali, Nancy pasti punya indra keenam.Tidak, bukan karena dia memiliki indra keenam. Namun, dia pasti melihat aku dan Lina.Aku segera bertanya, "Di mana kamu? Maukah kamu datang menemuiku?"Nanc
Segalanya telah berbeda!Segalanya benar-benar telah berbeda!Saat aku tengah mendesah, sebuah tangan besar mendarat di bahuku.Aku berbalik, lalu melihat Larto sedang menyeringai padaku. "Edo, lama nggak bertemu."Selain Larto, ada juga Luis yang menunjukkan ekspresi masam.Kedua orang ini benar-benar seperti iblis. Hanya berdiri di sana saja, dia membuatku merasakan penindasan yang kuat.Namun, aku bukanlah seorang pengecut.Aku bertanya dengan nada dingin, "Ada apa?""Nggak apa-apa, kami hanya datang untuk menyapamu. Aku datang ke Kota Jimba lagi."Saat berkata, Larto mengangkat tangan yang dilumpuhkan oleh Tiano. "Aku nggak pernah lupa tanganku lumpuh karenamu. Edo, menurutmu bagaimana aku harus membalas dendam padamu?"Aku mencibir sambil berdiri diam, "Kamu yang menyebabkan semua ini. Kalau kamu nggak punya perasaan pada Helena, apa Tiano akan memperlakukanmu seperti itu?""Apa katamu? Diam kamu!" Larto sangat marah hingga ekspresinya berubah.Aku melanjutkan dengan nada tidak se