MENIKahi ARJUNA

MENIKahi ARJUNA

Oleh:  Bu Dhe  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
12Bab
559Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

MENIK Kembang desa yang punya impian memiliki banyak uang. Karena lelah selalu dituntut untuk hidup sederhana sebagai anak pegawai bergaji rendah, Menik memilih bekerja sebagai buruh pabrik rokok. Namun menjadi buruh pabrik tidak seberapa penghasilannya. Dia ingin menikah dengan orang kaya agar bisa foya-foya. ARJUNA Namanya saja sudah terlihat tampan. Tanpa tebar pesona pun dia sudah digandrungi banyak perempuan, dari remaja sampai yang sudah beruban. Pembawaannya tenang, tidak banyak bicara dan sopan. Bekerja sebagai akuntan publik dengan kehidupan yang cukup mapan. NARYO Teman sekampung Menik. Gayanya agak lain dari yang lain alias nyentrik. Jatuh cinta setengah hidup pada Menik. Terkenal sebagai anak juragan yang kaya raya di kampungnya. Tidak bekerja karena mengandalkan harta warisan orang tua. Ketiganya dipertemukan dalam situasi penuh salah paham. Menik yang sehari-hari bersama Naryo, mulai jatuh cinta pada Arjuna karena ketampanannya. Namun hatinya berat melepaskan Naryo yang selama ini selalu menyokong kehidupannya. Pada siapakah hati Menik akan berlabuh pada akhirnya? Apakah Arjuna juga memiliki perasaan yang sama pada Menik? Bagaimana dengan Naryo jika ditinggalkan Menik? Ikuti kisah mereka dalam MENIKahi ARJUNA.

Lihat lebih banyak
MENIKahi ARJUNA Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
12 Bab
1 Ngebet Kawin
Tahun 1980an"Buk, aku arep kawin (aku mau nikah)," perkataan Menik yang tengah membantu ibunya menyiapkan makan malam saat itu mengejutkan Bu Tina yang tengah meniup api di pawon."Ngopo tho nduk? Kawin opo? Kok kesusu?" (Ada apa Nak, nikah apa? kok terburu-buru?) Bu Tina berdiri menghampiri Menik yang sedang memotong sayuran."Kalau aku nggak nikah, mau ngapain, Buk? Sepantaran aku di desa ini udah pada nikah dan punya anak semua. Memangnya Ibuk mau anaknya dibilang perawan tua?" balas Menik sambil mengerucutkan bibirnya"Ya kamu bisa sekolah lagi. Masuk perguruan tinggi sana. Atau ambil kursus jahit atau rias pengantin. Biayanya nanti bisa kita usahakan. Kamu kan baru 20, Nduk. Apa ndak sayang kalau mau cepet nikah?" Bu Tina membujuk Menik dengan lembut."Emoh aku Buk (tidak mau aku Buk). Aku mau cari duit aja. Atau nikah sama orang kaya biar nggak perlu kerja. Capek aku Bu, bantuin ibu tandur (menggarap sawah/ladang)," Menik bersikukuh."Kalau mau dapat duit ya kerja aja nduk. Ke
Baca selengkapnya
2 5T
"Yaa, siapa aja. Pokoknya dia punya duit dan pangkat tinggi. Jadi nggak bikin aku susah, aku mau hidup di kota, Buk. Nggak mau terus-terusan di dusun kayak gini," jawab Menik. “Lho jadi niat kamu nikah itu berarti buat dapat kekayaan?” tanya Bu Tina sedikit tidak senang. “Yaa, bukan begitu, Buk. Tapi yaa realistis saja tho bu, kan nikah itu butuh banyak biaya. Dan aku kan juga mau hidup yang lebih baik, lebih enak gitu lho, Buk. Pokoknya cari suami yang bisa bayar pembantu buat bantuin kerjaan rumah, biar nggak begini,” jawab Menik sambil membuka kedua telapak tangannya menunjukan dirinya yang sedang sibuk membersihkan bumbu dapur. “Walah, modelmu, Nik. Mau pakai pembantu segala. Nikah itu harusnya niatnya ibadah. Bukan karena cari kaya. Kaya tapi kalau nggak bahagia yaa buat apa?” nasihat bu Tina. “Kalau gitu yaa cari yang kaya, dan bikin bahagia yaa, Buk.” Ujarku. “Sekarepmu, Nik,” (terserah kamu, Nik) ujar bu Tina pasrah. “Jadi calon suami aku itu, hmm.. harus 5T, Buk?” ujar
Baca selengkapnya
3 Juragan Akik
Pagi-pagi sekali di rumah Bu Tina"Assalamualaikum..," terdengar ketukan pintu disusul seseorang uluk salam dari luar rumah.“Waalaikumsalam..,” jawab bu Tina sambil membuka pintu dan mendapati Naryo ada di depan rumahnya.Naryo anak juragan tebu di desa itu bertamu ke rumah Bu Tina pagi-pagi sekali dengan penampilan rambut gondrongnya yang diminyaki sampai licin dan disisir rapi ke belakang. Di depannya dua poni lurus di kanan kiri sudah seperti sungut ikan lele.Baju bunga-bunga berwarna coklat merah dan kuning dipadu dengan jaket jeans yang luntur warnanya. Memakai celana jeans gombrang di bagian bawah dengan benang yang keluar-keluar.Seuntai kalung hitam menghiasi lehernya, disertai dengan bandul dari kulit berbentuk segi empat. ‘Sudah kayak pakai jimat aja,' batin Bu Tina.Pergelangan tangannya penuh dengan aksesoris dari tali kulit, rantai, batu-batuan yang berwarna warni, dan entah apa lagi. Beragam cincin berbatu akik tersemat di jari-jarinya, sudah seperti penjual akik saja
Baca selengkapnya
4 Teori Teh Asin
"Bukannya kalau perempuan memasak terlalu terlalu banyak garam tandanya ingin segera kawin, Nik? Ini tehnya asin banget, Nik," berusaha tersenyum Naryo menjawab pertanyaan Menik. Menik terkejut tapi juga ingin tertawa. "Ah, masa sih yo? teh manis kok ini," ujar Menik menahan tawa. "Sumpah Nik, ini assuin buanget kok. Tandanya kamu itu bener-bener ngebet kawin sama aku," kata Naryo "Siapa yang bilang begitu? Aku belum ngebet kawin kok, apalagi sama kamu," "Lho saya yang barusan bilang, kamu yang bikin teh ini asin. Aku yang menikmati. Berarti kamu ngebet kawinnya sama aku," jelas Naryo penuh percaya diri. "Teori dari mana?! Lagian itu yang bikin ibuku bukan aku. Udah ah aku mau ganti baju dulu," masih menahan tawanya ditinggalkannya Naryo sendirian. Mendengar perkataan Menik, Naryo terlihat bingung. Tak perlu waktu lama Menik sudah berdandan dengan sapuan bedak tipis dan sedikit lipstik di bibirnya agar tidak pucat. Menik sudah cantik dan siap berangkat kerja. Karena ini hari p
Baca selengkapnya
5 Pandangan Pertama
"Menik, nanti kamu pulang jam berapa? Biar aku jemput," tanya Naryo pada Menik yang baru turun dari boncengan motornya yang masih baru. Motor warna hitam merah keluaran merek Kak Wasaki itu sudah beberapa kali mengantarkan Menik ke pusat kota. Menik menyerahkan helm yang dipakainya pada Naryo.Menik cuek dan memilih untuk merapikan rambutnya di depan spion."Cantikku, Menik.. Pujaan hatiku.. aku tanya kamu mau dijemput jam berapa nanti?" Tanya Naryo lagi masih dengan senyum sumringah sambil memainkan alisnya naik turun."Aku juga nggak tahu, Yo. Paling jam 3an sudah pulang. Nggak apa-apa aku bisa pulang sendiri nanti," jawab Menik"Lho, tidak bisa begitu Menik. Kamu adalah calon istriku, dan aku adalah calon suamimu. Mana mungkin aku biarkan kamu pulang sendirian, sedangkan aku ada di sini. Bagaimana jika nanti ada laki-laki lain yang menculikmu, apa ndak blaen? Melayani kamu dengan antar jemput adalah tugasku, Menik yang cantik," kata Naryo sambil melipat tangannya di depan dada, sa
Baca selengkapnya
6 Siapa Dia?
"Menik!" Tepukan keras di bahu Menik mengagetkan dirinya. Sejenak perhatiannya teralihkan pada pemilik tangan itu. Salah satu peserta orientasi menarik tangannya agar tidak tertinggal dari rombonganMenik berniat menyapa sosok laki-laki yang sudah mencuri hatinya itu, tapi lelaki tampan itu dia sudah menghilang entah kemana. Menik mencari-cari dengan pandangan matanya, tapi tak dijumpainya.'Duh ganteng, gagah banget. Mana belum sempat kenalan lagi, eh udah hilang entah kemana. Bagian apa yaa kok seragamnya lain. Moga-moga bisa ketemu lagi,' batin Menik penuh harap. Menik menoleh lagi ke belakang berharap menemukan lagi sosok itu. Nihil."Nyari siapa?" tanya perempuan yang tadi menarik tangannya. "Nggak nyari siapa-siapa kok. Eh nama kamu siapa tadi?" tanya Menik pada sosok perempuan di sebelahnya itu. "Puji." jawabnya sambil menunjuk nama yang tertara di kertas yang berpeniti di dada kirinya. kertas yang sama juga tersemat di dada kiri Menik. "Oh iya, Puji. Maaf suka lupa," jawab
Baca selengkapnya
7 Pak Arjuna
Kehidupan Menik sebagai buruh pabrik baru berjalan selama tiga Minggu. Menik masih belajar bagaimana melinting rokok dengan baik dan cepat. Alat sederhana di depannya bergerak lebih lambat jika dibandingkan dengan buruh yang lain.Dia hanya berani mengambil target 1500 saja. Tidak sebanding memang dengan buruh lainnya yang bisa sampai dua atau empat kali lipat dari targetnya.Menik juga mengambil shift pagi. Dari pukul enam pagi sampai pukul tiga sore. Dua Minggu pertama Menik mendapat tugas menggunting lintingan rokok. Kadang dia juga membantu tim pengepakan. Yaa berpindah-pindah tergantung bagian mana yang dibutuhkan, alias mengikuti apa kata mandor.Selama training, istilahnya, Menik juga belajar melinting rokok sampai mendapat tanda 'Ok' dari mandor. Pekerjaan yang monoton dan melelahkan dengan gaji yang lumayan untuk ukuran orang kampung seperti Menik.Minggu ini Menik sudah ditempatkan di bagian linting rokok. Suasana pabrik yang berisi dominan ibu-ibu ini tidak pernah sepi. Sua
Baca selengkapnya
8 Orang Dalam
"Wanita aneh," gumam laki-laki bernama Arjuna itu."Siapa yang aneh pak?" Tanya seorang Bapak yang tadi memanggilnya "Oh nggak, Pak. Nggak apa-apa. Ada apa yaa, Pak?" Arjuna berusaha menfokuskan perhatiannya pada penjelasan bapak tadi. Namun Arjuna begitu sulit mengabaikan sosok Menik yang sentuhan tangannya tadi telah meninggalkan desir halus di sekujur tubuhnya.'Ada apa ini? Kenapa rasanya badanku jadi panas dingin?' batin Arjuna.Tiba-tiba sebuah kesadaran terlintas dalam pikiran Arjuna. Ia mulai sadar mengapa tubuhnya mendadak terasa dingin. Tangannya menggosok-gosok lengannya."Pak Arjuna, kenapa? Sakit?" Tanya Bapak itu menghentikan penjelasannya. "Nggak tahu, Pak. Sejak ketemu sama perempuan tadi, badan saya rasanya jadi nggak enak, kayak meriang gitu, Pak," jawab Arjuna.Tangan Arjuna mengusap-usap kasar tengkuknya lalu memeluk tubuhnya sendiri. Badannya tiba-tiba terasa panas dingin.'Ini pasti gara-gara perempuan tadi. Apa yang sudah dilakukannya padaku, sampai aku jadi
Baca selengkapnya
9 Pesona Naryo
"Menik!" Sebuah suara menghentikan percakapan antara Menik dan Puji.Menik mengarahkan pandangannya pada sumber suara. Seorang lelaki tengah melambaikan tangannya ke arah Menik dengan senyum lebarnya."Oh, jadi itu pacar kamu, Nik?" Goda Puji.Entah mengapa seolah ada nada geli dan merendahkan yang sontak membuat Menik tidak senang dengan cara bicara Puji."Bukan, temen," jawab Menik cuek."Ah, jangan bohong gitu. Dapet darimana cowok antik kayak begitu, Nik?" ledek Puji."Dia orang baik, Pu. Jangan kamu ledek begitu," sergah Menik."Nggak aku nggak ngeledek dia kok, Nik. Cuman yaa kamu tahu sendiri, siapa pun akan berpikiran sama kayak aku, kecuali dia suka sama 'temen' kamu itu. Baru dia nggak masalah cowoknya dandan model begitu," elak Puji."Kok kamu ngomongnya begitu sih, Pu. Aku nggak pernah Mandang rendah dia. Dia punya style sendiri tentang penampilannya." Bela Menik. Wajahnya nampak gusar."Iya, maaf deh kalau aku nyinggung kamu. Tapi temen kamu itu Orang kaya rupanya, motorn
Baca selengkapnya
10 Patuh
Menik melepas jaket yang dipakainya dan memberikannya kepada Naryo."Nih, makasih. Tapi sorry, jadi bau mbako," ucap Menik."Lho, kenapa dilepas, Nik. Aku tidak mengapa jika kamu memakai pakaianku, Nik. Aku ikhlas, suatu kehormatan bagiku saat pakaianku menyentuh kulitmu," jawab Naryo."Walah nggak usah nggombal. Dah keburu Maghrib nih. Mau sholat di sini atau pulang?" "Ehehe, aku pulang aja yaa, Nik. Salam buat Bapakmu," pamit Naryo sambil naik ke atas motornya."Kok cuman Bapakku? Nggak nitip salam sama ibuku juga?" Goda Menik."Ah, kamu jangan bilang gitu, Nik. Nanti terjadi hal-hal yang tidak diinginkan lho," balas Naryo."Maksudmu?" "Kalau ibumu beneran jatuh cinta sama aku gimana, kan blaen jadinya?""Bocah edyan. Dah balik sana!"Naryo tertawa memamerkan barisan giginya yang rapi. Menik menepuk punggung Naryo sebelum lelaki itu melesat pulang. 'Sebenarnya dia ini ganteng juga. Tapi gayanya, yaa ampuun,' batin Menik."Baru pulang, Nik?" Sebuah suara membuyarkan lamunan Menik
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status