Beranda / Young Adult / "* Kehormatan Ku Hilang Di Bangku SMA.*" / **Bab 4: Kepanikan dan Kegelapan**

Share

**Bab 4: Kepanikan dan Kegelapan**

Penulis: Aaiyuu_195
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-17 12:45:30

**Bab 4: Kepanikan dan Kegelapan**

Malam telah jatuh ketika Rina akhirnya tiba di rumah. Nafasnya terengah-engah, kakinya bergetar, dan seluruh tubuhnya basah oleh keringat dingin. Pikirannya kacau, dan hatinya hancur berkeping-keping. Dengan tangan gemetar, ia membuka pintu depan dan berjalan masuk, berharap tidak ada yang melihatnya dalam kondisi seperti ini.

Namun, langkahnya terhenti saat melihat ibunya sedang menunggu di ruang tamu. Wajah sang ibu tampak penuh kekhawatiran, dan begitu melihat Rina, ia segera bangkit dari kursinya.

"Rina, dari mana saja kamu? Kenapa baru pulang sekarang?" tanya ibunya dengan nada cemas. Rina menunduk, mencoba menyembunyikan air mata yang mulai mengalir lagi.

"Aku... Aku habis belajar kelompok, Bu. Maaf pulangnya telat," jawab Rina dengan suara serak, berusaha agar ibunya tidak curiga.

Ibunya memeriksa wajah Rina dengan tatapan penuh tanya. "Kamu baik-baik saja, kan? Wajahmu pucat sekali."

Rina hanya mengangguk pelan. "Aku cuma capek, Bu. Aku mau langsung ke kamar, ya?"

Tanpa menunggu jawaban, Rina segera berlari menuju kamarnya, menutup pintu di belakangnya dengan cepat. Begitu pintu terkunci, ia tidak bisa menahan diri lagi. Tangisnya pecah, memenuhi ruangan dengan suara sesenggukan yang menyakitkan. Ia merasa begitu kotor, begitu tak berdaya, dan begitu sendirian.

Rina merosot di samping tempat tidurnya, memeluk lututnya erat-erat. Di dalam pikirannya, kenangan tentang apa yang terjadi di rumah kosong itu mulai kembali seperti kilatan petir yang menyambar. Ia tidak bisa mengingat semua detailnya, tetapi ia tahu bahwa sesuatu yang mengerikan telah terjadi padanya. Setiap kali ia mencoba mengingat, rasa takut dan jijik melandanya.

Dalam kepanikan, Rina segera mencari ponselnya. Ia ingin menghubungi seseorang—siapa saja yang bisa ia percayai—tapi tangannya begitu gemetar hingga ponsel itu jatuh dari genggamannya. Akhirnya, ia berhasil membuka layar dan menelusuri daftar kontaknya, tetapi ia tidak tahu siapa yang harus dihubungi. Semuanya terasa terlalu rumit, terlalu sulit untuk diungkapkan.

Rina berusaha keras mengendalikan diri, meskipun ketakutan itu terus mencengkeramnya. Ia mencoba memikirkan jalan keluar, tetapi setiap kali ia mengingat senyum palsu Siska dan tatapan Ardi yang mengancam, ia merasa seperti terperangkap dalam mimpi buruk yang tak berujung. Rina merasa begitu putus asa, hingga ia mulai menyalahkan dirinya sendiri. “Kenapa aku begitu bodoh? Kenapa aku ikut dengan mereka?”

Ketika pagi datang, Rina merasa seolah-olah tidak tidur semalaman. Matanya bengkak, dan seluruh tubuhnya terasa lelah. Namun, ia tahu ia harus pergi ke sekolah. Bagaimanapun, ia tidak bisa menunjukkan bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi. Dengan langkah berat, ia bersiap-siap dan turun untuk sarapan, meskipun tidak ada selera makan sama sekali.

Ibunya menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres, tetapi Rina tetap tersenyum dan mengatakan bahwa ia hanya kurang tidur. "Aku baik-baik saja, Bu. Mungkin nanti sepulang sekolah aku akan tidur siang."

Rina kemudian berangkat ke sekolah dengan hati yang berat. Di perjalanan, pikirannya terus dipenuhi dengan kecemasan. Bagaimana jika Siska dan yang lainnya membicarakan apa yang terjadi? Bagaimana jika semua orang tahu? Rina tidak bisa membayangkan betapa hancurnya dirinya jika itu terjadi.

Ketika ia sampai di sekolah, semuanya tampak berjalan normal. Siswa-siswa lain bercanda dan tertawa seperti biasa, tidak ada yang memperhatikan bahwa ada sesuatu yang salah dengan Rina. Namun, saat ia berjalan melewati lorong, pandangannya langsung bertemu dengan Siska yang berdiri bersama teman-temannya. Tatapan mereka bertemu sejenak, dan dalam sekejap itu, Rina melihat sesuatu yang membuatnya merinding—senyum Siska tidak lagi tampak ramah. Itu adalah senyum penuh kemenangan, seolah-olah dia tahu rahasia kelam yang sekarang membebani Rina.

Rina menunduk dan mempercepat langkahnya, mencoba menghindari mereka. Namun, ia tidak bisa menahan perasaan bahwa semua mata tertuju padanya, menilai dan mencemooh dalam diam. Ketika ia akhirnya sampai di kelas, ia merasa lega meskipun hanya sementara.

Selama pelajaran berlangsung, Rina merasa seperti berada di dunia lain. Kata-kata guru terdengar jauh dan tidak jelas, dan ia tidak bisa berkonsentrasi pada apa yang diajarkan. Pikirannya terus melayang-layang, kembali ke malam itu, dan setiap kali ia mencoba fokus, ingatan-ingatan itu menyerangnya lagi.

Ketika bel istirahat berbunyi, Rina merasa takut untuk keluar kelas. Ia duduk di mejanya, berpura-pura membaca buku, tetapi pikirannya berkecamuk. Tiba-tiba, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Dengan tangan gemetar, ia membuka pesan itu.

Pesan itu dari Siska.

"Jangan khawatir, Rina. Semua aman. Asal kamu tetap tutup mulut, kita bisa jadi teman baik."

Rina merasa mual membaca pesan itu. Ancaman halus itu jelas membuatnya merasa semakin terpojok. Ia tahu bahwa kehidupannya di sekolah kini berada di bawah bayang-bayang Siska dan gengnya. Mereka bukan hanya mengendalikan rahasianya, tetapi juga mengendalikan dirinya.

Rina mengunci ponselnya dan menatap ke luar jendela. Matahari bersinar cerah, tetapi hatinya dipenuhi dengan kegelapan yang tak tertembus. Ia tahu ia harus melakukan sesuatu untuk keluar dari situasi ini, tetapi apa? Bagaimana caranya? Di dalam hati, Rina berharap ada seseorang yang akan datang dan menyelamatkannya dari neraka ini, tetapi ia tahu bahwa harapan itu mungkin hanya angan-angan belaka.

Dengan perasaan putus asa, Rina mencoba menarik napas dalam-dalam dan mencari ketenangan. Namun, ia sadar bahwa ini baru permulaan dari perjalanan yang penuh dengan penderitaan dan ujian. Sementara dunia di sekitarnya terus berputar, Rina terperangkap dalam lingkaran ketakutan dan rasa bersalah yang terus mencekik.

---

Jika Anda ingin melanjutkan ke **Bab 5**, saya siap untuk melanjutkannya!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • "* Kehormatan Ku Hilang Di Bangku SMA.*"    **Bab 32: Awal yang Baru**

    ---**Bab 32: Awal yang Baru**Setelah setahun penuh tantangan dan pencapaian, Rina menikmati sejenak kehidupan yang lebih tenang. Kariernya telah mapan, dan ia merasa nyaman dengan perannya di perusahaan. Namun, di tengah rasa puas dan nyaman ini, ada dorongan baru yang tumbuh di dalam dirinya—dorongan untuk memberikan dampak yang lebih besar, melampaui batasan pekerjaannya di perusahaan multinasional tersebut.Rina mulai merenungkan bagaimana ia bisa menggabungkan passion-nya dalam komunikasi dengan keinginannya untuk berkontribusi lebih banyak kepada masyarakat. Ia teringat akan teman-teman lamanya yang telah memilih jalan karier berbeda, ada yang menjadi dokter, pengacara, pengusaha, dan bahkan aktivis. Mereka semua memiliki cara masing-masing untuk memberikan dampak positif, dan Rina mulai berpikir bahwa ia juga bisa melakukan lebih dari sekadar menjalankan peran profesionalnya.Suatu hari, saat sedang menghadiri sebuah acara sosial, Rina bertemu dengan seorang wanita muda bernam

  • "* Kehormatan Ku Hilang Di Bangku SMA.*"   **Bab Terakhir: Perjalanan yang Tak Pernah Berakhir**

    **Bab Terakhir: Perjalanan yang Tak Pernah Berakhir**Setahun berlalu sejak Rina kembali ke Indonesia dan memulai kariernya sebagai Manajer Komunikasi Strategis di perusahaan multinasional tersebut. Sepanjang tahun ini, Rina telah menorehkan banyak prestasi, memimpin berbagai kampanye yang berhasil dan memenangkan beberapa penghargaan di industri komunikasi. Namun, bagi Rina, penghargaan terbesar adalah melihat dampak positif dari kerja kerasnya terhadap masyarakat.Dalam perjalanan kariernya, Rina menemukan bahwa kesuksesan bukan hanya tentang pencapaian profesional, tetapi juga tentang bagaimana ia bisa membawa perubahan yang berarti bagi orang lain. Ia terlibat dalam berbagai inisiatif sosial, menggunakan keahlian komunikasinya untuk mendukung program-program pemberdayaan masyarakat, terutama di bidang pendidikan dan kesehatan. Rina percaya bahwa pengetahuan dan keterampilan yang ia miliki bisa menjadi alat untuk memperbaiki kehidupan banyak orang.Di t

  • "* Kehormatan Ku Hilang Di Bangku SMA.*"   **Bab 30: Kepulangan yang Dinantikan**

    **Bab 30: Kepulangan yang Dinantikan**Waktu berlalu dengan cepat setelah Rina menyelesaikan sidang tesisnya. Hari-harinya kini dipenuhi dengan persiapan untuk kembali ke Indonesia. Meski masih ada beberapa minggu tersisa sebelum kepulangan, Rina mulai merasa nostalgik terhadap negara yang telah menjadi rumah keduanya selama dua tahun ini. Ia memiliki kenangan manis dari perjalanan akademis dan kehidupan sehari-hari yang penuh tantangan namun juga penuh kebahagiaan.Sebelum meninggalkan kampus, Rina memutuskan untuk mengunjungi tempat-tempat yang memiliki arti khusus baginya. Ia berjalan menyusuri taman kampus, di mana ia sering duduk dan merenung tentang masa depannya. Ia juga mengunjungi perpustakaan besar tempat ia menghabiskan begitu banyak waktu, tenggelam dalam lautan buku dan jurnal. Di sana, ia bertemu dengan beberapa teman sekelas yang juga sedang bersiap-siap untuk pulang ke negara asal mereka. Percakapan penuh kehangatan dan ucapan selamat pun mengalir,

  • "* Kehormatan Ku Hilang Di Bangku SMA.*"   **Bab 29: Puncak Tantangan dan Kesadaran Diri**

    **Bab 29: Puncak Tantangan dan Kesadaran Diri**Tahun kedua program pascasarjana Rina dimulai dengan intensitas yang lebih tinggi. Jika tahun pertama adalah tentang adaptasi dan pembelajaran dasar, tahun kedua ini menuntut lebih banyak dedikasi, kerja keras, dan fokus yang mendalam. Mata kuliah yang diambil Rina semakin spesifik, menantang pemikirannya dengan teori-teori yang kompleks dan studi kasus yang rumit.Sejak awal semester, Rina dihadapkan pada tugas akhir besar yang akan menjadi puncak dari seluruh perjalanan akademisnya: tesis. Tesis ini bukan hanya sekadar tugas penulisan, tetapi juga sebuah penelitian mendalam yang harus memberikan kontribusi baru bagi bidang komunikasi strategis. Rina menyadari betapa pentingnya tugas ini, dan ia ingin memastikan bahwa hasil akhirnya tidak hanya memenuhi persyaratan akademis, tetapi juga menjadi karya yang bisa dibanggakan.Rina memilih topik yang sangat relevan dengan dunia modern: "Strategi Komunikasi dalam

  • "* Kehormatan Ku Hilang Di Bangku SMA.*"   **Bab 28: Mengejar Ilmu di Negeri Orang**

    **Bab 28: Mengejar Ilmu di Negeri Orang**Setelah keputusan besar untuk melanjutkan pendidikan ke luar negeri, Rina mulai bersiap-siap menghadapi tantangan yang menantinya. Keberangkatan ke negara asing untuk melanjutkan studi bukanlah hal yang mudah, tetapi Rina merasa antusias dengan kesempatan ini. Selain karena ia berhasil mendapatkan beasiswa penuh, ia juga melihat ini sebagai kesempatan untuk mengembangkan diri dan memperluas wawasan.Hari keberangkatan tiba lebih cepat dari yang ia bayangkan. Bandara dipenuhi oleh keluarga dan teman-teman yang datang untuk mengantarnya. Ibunya, dengan mata berkaca-kaca, memeluk Rina erat sebelum ia melangkah ke ruang tunggu. “Jaga diri baik-baik di sana, ya, Nak. Kami selalu mendoakan yang terbaik untukmu,” kata ibunya dengan suara bergetar. Rina mengangguk, menahan air mata yang mulai membasahi pipinya. Ini adalah perpisahan yang berat, tetapi juga penuh harapan akan masa depan yang cerah.Setibanya di negara tujua

  • "* Kehormatan Ku Hilang Di Bangku SMA.*"   **Bab 27: Awal Perjalanan Baru**

    **Bab 27: Awal Perjalanan Baru**Setelah kelulusan, Rina memasuki babak baru dalam hidupnya dengan perasaan campur aduk antara antusiasme dan ketidakpastian. Dunia kerja yang selama ini hanya ia bayangkan, kini menjadi kenyataan yang harus dihadapinya setiap hari. Dengan menerima tawaran pekerjaan di perusahaan tempat ia magang sebelumnya, Rina resmi memasuki dunia profesional.Hari pertama Rina sebagai karyawan penuh waktu dimulai dengan kehangatan. Tim yang dulu hanya menjadi rekan magang, kini menyambutnya sebagai bagian tetap dari keluarga besar perusahaan. Perasaan nyaman langsung menyelimuti Rina, tetapi ia tahu bahwa ekspektasi terhadapnya kini lebih besar. Tanggung jawab sebagai asisten manajer proyek bukanlah hal yang mudah, dan Rina menyadari bahwa ia harus membuktikan dirinya.Proyek pertama yang ditangani Rina adalah kampanye komunikasi besar untuk sebuah klien perusahaan multinasional. Proyek ini melibatkan banyak pihak dan membutuhkan koordin

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status