Hari kita melanjutkan ke perumpamaan di Injil Lukas, di Lukas 12:13-21. Bagian ini sering disebut sebagai perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh:
Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: “Guru, katakanlah kepada saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku.” Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Saudara, siapakah yang telah mengangkat aku menjadi hakim atau pengantara atas kamu?” Katanya lagi kepada mereka: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.”
Kemudian ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, katanya: “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat;
Mari kita, di bawah bimbingan Roh Kudus, mempertimbangkan lima prinsip penting yang akan membantu kita memahami karakter Allah yang kudus dan juga mengasihi; ini akan membantu kita melihat bagaimana Ia berhubungan dengan umat-Nya.PRINSIP PERTAMA: ALLAH ADALAH PENYELAMAT, TETAPI JUGA “PAHLAWAN PERANG”Perjanjian Lama menggambarkan Allah sebagai Juru Selamat, tetapi juga sebagai “Pahlawan Perang”. Sebenarnya, justru dengan menjadi “Pahlawan Perang” yang memusnahkan kuasa si jahat, Ia menjadi Penyelamat umat-Nya. Ini dinyatakan dengan jelas dalam Nyanyian Musa:“Yahweh itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Ia Allahku, Kupuji Dia, Ia Allah bapaku, kuluhurkan Dia. Yahweh itu pahlawan perang; Yahweh itulah nama-Nya.” (Kel 15:2-3).Ya, Perjanjian Lama menggambarkan Allah sebagai pahlawan perang. Hal ini disebut berul
Sekarang kita memiliki gambaran yang lebih jelas tentang “pekerjaan-pekerjaan” penyelamatan yang dikerjakan oleh Yesus di dunia. Dapatkah kita menggambarkan pelayanan Kristus dengan cara yang sesederhana mungkin sehingga dapat dipahami bahkan oleh anak kecil?Perjanjian Lama menyediakan kepada kita suatu gambaran yang hidup: Tentang kota Yerusalem yang tidak memiliki pertahanan karena ambruknya tembok kota tersebut. Di dalam situasi terdesak seperti itu, muncul orang–orang pemberani dan rela berkorban datang berdiri di celah tembok untuk memperbaikinya. Secara historis, memang itulah yang terjadi dan dilakukan oleh Nehemia. Oleh karena itu, Nehemia menjadi gambaran atau lukisan dari Kristus. Jika dilihat dari sisi ini, kitab Nehemia tentunya tidak lagi sebatas kitab catatan penggalan periode sejarah tertentu yang tidak memiliki keistimewaan, sebab kitab ini menjelaskan apa artinya “berdiri di celah”.
Apa tujuan akhir dari pembaruan? Tidak diragukan lagi, tujuannya adalah kesempurnaan dalam pengertian biblika, yaitu menjadi serupa dengan Kristus. Dalam pengertian ini, kesempurnaan merupakan suatu demonstrasi kuasa Allah yang dahsyat dalam hidup kita oleh mana dosa secara konsisten dikalahkan dan kita diubah oleh Roh menjadi makin serupa dengan gambarannya.Dosa harus ditakuti karena ia menghancurkan hubungan kita dengan Allah, yang merupakan sumber dari hidup dan segala yang baik (Yak 1:17). Dosa memutuskan hubungan kita dengan Allah, menciptakan celah lebar antara Dia dan kita. Terpisah dari Dia, kita terputus dari hidup dan setiap berkat yang berasal dari-Nya. Itu sebabnya hanya jika celah itu diperbaiki, celah itu ditutup, dan kita diperdamaikan dengan Allah dan memiliki hubungan yang baru dengan-Nya, kita dapat memiliki hidup kekal. Tentu saja h
“Tinggallah di dalam aku dan aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting–rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam aku dan aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar aku kamu tidak dapat berbuat apa–apa. Barangsiapa tidak tinggal di dalam aku, ia dibuang keluar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal di dalam aku dan firmanku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya.” (Yohanes 15.4-7)Di dalam empat ayat yang kita kutip dari Yohanes 15 di atas, kata “tinggal” muncul sebanyak tujuh kali. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya “tinggal di dalam Kristus” bagi kita. Apa artiny
APAKAH KITA TIDAK DAPAT BERBUAT DOSA LAGI?Persoalan serius dari dosa–dosa yang terjadi sesudah kelahiran kembali perlu disikapi dengan hati–hati: Mengapa orang Kristen masih melakukan dosa sesudah mereka lahir baru? Pertanyaan ini pasti pernah muncul dalam benak Anda dari waktu ke waktu. Mungkin Anda mengenal seseorang yang sudah dibaptis dan berkata bahwa ia sudah dilahirkan kembali. Anda tentunya tidak ingin meragukan pernyataan orang itu, tetapi yang Anda lihat di dalam kehidupannya adalah ketidaksempurnaan yang mencolok, bahkan dalam hal yang jelas–jelas melanggar firman Tuhan. Atau, Anda menemui hal ini bahkan dalam hidup Anda sendiri, lalu Anda bertanya, “Jika saya sudah dilahirkan kembali, mengapa saya masih melakukan hal yang tidak menyenangkan hati Tuhan? Mengapa saya masih melakukan dosa padahal saya sudah dilahirkan kembali?Saya ingin membahas permasalahan ini di bawah terang 1
Dalam proses pembaruan menuju keserupaan dengan Kristus, sasaran yang telah ditetapkan Yesus bagi kita dengan jelas dinyatakan berikut ini:Karena itu, kamu harus menjadi sempurna, seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna. (Mat 5:48)Di sini Yesus berbicara khusus mengenai kesempurnaan, suatu konsep yang problematis bagi kebanyakan orang Kristen. Apa yang harus kita perbuat dengan ayat ini? Bagaimana menerapkannya? Dapatkah kita secara diam-diam mengabaikan kesempurnaan? Kita tak dapat melakukan itu kecuali kita memang tidak ingin mematuhi panggilan Yesus yang sangat jelas ini.Panggilan di Matius 5:48 menyuruh kita supaya menjadi seperti Bapa kita. Kata “Bapa” di antara lain, membawa gambaran kedewasaan dan, beserta dengannya, hikmat yang dalam, kejernihan pikiran, kebijaksanaan serta kemampuan memilah perkara. Dalam kehidupan manusia, hal-hal tersebut merupakan hal-hal yang dipelajari mela
Pembaruan merupakan konsep penting di dalam Perjanjian Baru. Sebagai contoh, di Kolose 3:9-10 kita membaca,“9 Jangan saling membohongi karena kamu telah menanggalkan manusia lamamu bersama dengan perbuatan-perbuatannya. 10 Kenakanlah manusia baru, yang terus-menerus diperbarui dalam pengetahuan sesuai dengan gambar dari Penciptanya.”“Jangan saling membohongi”. Bagi orang dunia, berbohong adalah hal yang sudah umum dan menjadi kebiasaan mereka. Orang berdusta kalau ada keuntungan yang bisa diraih dengan dusta itu. Apabila kita menjadi manusia baru di dalam Kristus, berbohong merupakan salah satu kebiasaan jahat yang harus dihapuskan dalam proses pembaruan. Orang Kristen kadang–kadang tergoda untuk berdusta karena mereka ingin orang lain memandang mereka lebih baik daripada keadaan mereka yang sesungguhnya.Di mata Allah, dusta bukanlah kesalahan kecil atau perbuatan jahat yang
Dalam pesan sebelumnya kita membahas hanya satu tanda kelahiran kembali, yaitu kemenangan. Tanda ini adalah kelanjutan dari, atau akibat dari, ketujuh tanda yang akan kita bahas sekarang. Orang yang dilahirkan kembali selalu hidup dalam kemenangan. 1 Yohanes 5:4 mengatakan,“sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.”Hal ini sudah kita bahas secara terperinci, dan kita tidak akan mengulanginya lagi. Setiap orang yang dilahirkan kembali hidup dalam kemenangan. Jika kehidupan Kekristenan Anda diisi oleh kekalahan dan ketidakbahagiaan, jelas ada sesuatu yang kurang beres. Anda mungkin perlu dilahirkan kembali.Mari kita lihat tujuh tanda kelahiran kembali dalam tulisan Yohanes. Tulisan Yohanes mencakup Injil Yohanes, ketiga surat Yohanes, dan kitab Wahyu.TANDA PERTAMA: KUASA SUPAYA MENJADI ANAK-