Saat adik-adikku suksesPart 68Bisnis yang dijalankan Lukman Setelah mendapat intruksi dari Pak Andri, Lukman langsung mencari informasi tentang supplier beras, Lukman menghubungi Bu Lela yang nomornya sudah dia catat sebelumnya, saat akan pergi ke kota menyusul Hilda, dia sengaja menulis beberapa nomor ponsel orang yang dia kenal di Desa untuk memudahkannya berkomunikasi."Hallo, assalamualaikum Bu Lela," Lukman mengucap salam saat panggilan mulai tersambung."Iya, waalaikumussalam.""Bu, apa kabar?""Baik Man, kamu sendiri gimana? kabar anak Istrimy juga gimana?"Nomornya sudah tersimpan di kontak Bu Lela, karena beberapa waktu lalu, Lukman pernah menelpon bosnya itu untuk memberi kabar dan pamit karena dia akan berhenti bekerja dan menetap di tempat Istrinya."Alhamdulilah Baik juga Bu.""Syukur kalau gitu.""Bu, Lukman mau nanya sesuatu boleh?""Nanya apa Man?"Lukman pun menceritakan tentang rencananya yang akan memulai usaha membuka toko beras, dia langsung bertanya apakah Bu
Saat adik-adikku suksesPart 69Farman dan Yuyun memulai kehidupan baru.Setelah kejadian itu, mereka akhirnya berdamai dan saling memaafkan kesalahan masing-masing.Yuyun sudah bisa menerima kehadiran Sofia, anak kandung Farman dari wanita lain, begitu pun Farman, dia tidak pernah mengungkit Yuyun yang sedang hamil akan tetapi entah siapa ayah dari janin itu.Kehidupan mereka mulai membaik, usaha pangkas rambut keliling Farman mulai banyak diminati, terkadang dia menerima panggilan langsung dari ke rumah.Meskipun penghasilannya tidak banyak seperti dulu saat dia menipu banyak perempuan dengan iming-iming akan dinikahi, Farman tetap bersyukur setidaknya uang yang dia dapatkan sekarang halal."Ini hasil hari ini," ucap Farman sambil menyerahkan penghasilan yang dia peroleh.Yuyun menerima uang yang diberikan oleh suaminya, setelah dihitung jumlahnya cukup banyak seratus dua puluh ribu rupiah."Banyak banget, emang dapat berapa pelanggan?""Alhamdulilah, tadi dapat anak-anak 3, dewasa
Hendi pergi.Hendi memilih meninggalkan Bu Ratri, Dewi dan juga Mala, dan saat itu juga dia sudah menceraikan Dewi agar terbebas dari tanggung jawabnya.Dia sangat ingin menemui Tedi, akan tetapi penghasilannya selalu terkuras habis karena harus membiayai Bu Ratri, Dewi dan juga Mala, menurutnya satu-satunya cara yang harus dia lakukan adalah meninggalkan mereka agar bisa mengumpulkan uang dengan mudah.Meskipun tidak tahu harus pergi ke mana, Hendi tetap teguh pada pendiriannya, dia tidak mempedulikan teriakan Bu Ratri yang memanggilnya untuk kembali.Saat malam dia mencari Masjid untuk tempatnya berisitirahat, dia biasa tidur di tempat parkir atau pelataran, karena Masjid selalu di kunci, dan tidak diperkenankan untuk tidur di dalam.Dia mengencangkan ikat pinggang, rela menahan lapar agar uangnya cepat terkumpul dan bisa menemui Tedi secepatnya.Setelah tabungannya di rasa cukup, Hendi pun berangkat ke kota tempatnya dulu merantau.Sampai di kota tujuan Hendi harus menelan pil pahi
Saat adik-adikku sukses"Anak Teteh gak pernah makan enak ya, kayak orang kelaparan gitu," ucap Mala pada Nurma, kakaknya."Heh, Tedi. Gak boleh, kamu udah ngambil sepotong ayam goreng tadi, Ibumu ke sini gak bawa makanan apa-apa, cuma bawa perut," tegur Ratri pada cucunya sambil menangkis tangan Tedi yang hampir menyentuh piring berisi ayam goreng yang begitu banyak, rasanya tidak akan habis jika Tedi mengambilnya sepotong lagi."Teh, mending bawa anaknya makan di dapur, dari pada bikin recok di sini," Mala kembali berbicara.Tanpa berkata apa-apa, Nurma langsung membawa Tedi ke dapur, meninggalkan Ibu, dan saudara-saudarnya yang sedang menikmati buka puasa terakhir di tahun ini. Nurma sadar, dari banyaknya makanan, tidak ada satupun yang bisa dia akui. Semua makanan ini di beli oleh ketiga adiknya yang sedang kembali ke kampung halaman untuk merayakan hari raya idul fitri esok hari.Mereka tidak sadar, jika bukan karena tangan Nurma, bahan mentah yang mereka bawa tidak akan menjad
Saat adik-adikku suksesPart 2"Maaf Bu, Nurma gak bisa ke sana, Tedi sedang rewel.""Emang si Hendi ke mana? suruh si Hendi jagain si Tedi!""Kang Hendi lagi ke mesjid Bu.""Ya sudah, kalau si Hendi sudah pulang kamu langsung ke sana!""Gak bisa Bu, badan Nurma cape tadi seharian masak, lagian kan Nurma gak ikut makan bareng, emang gak bisa Mala sama Dewi yang beresin?""Kamu ini, adik-adikmu itu baru datang, pulang ke rumah buat istirahat dan liburan bukan buat beres-beres.""Beresin bekas makan dan cuci piring bukan pekerjaan yang berat Bu, Nurma rasa jika mereka mengerjakan itu tidak akan membuat tubuh mereka sakit.""Nurma, kamu gak dengar suara takbiran? ingat, besok itu hari lebaran, bukannya minta maaf sama Ibu malah bikin Ibu kesal."Hendi yang tadi pamit berangkat untuk melaksanakan shalat isya berjamaah akhirnya pulang."Ibu," sapa Hendi pada Ibu mertuanya itu sambil mengulurkan tangannya untuk bersalaman."Ibu kenapa gak di ajak masuk ke dalam Neng, masa ngobrol di luar gi
Saat adik-adikku suksesPart 3"Neng, maafin Akang ya!" lirih Hendi dengan keringat yang masih bercucuran.Hendi langsung menurunkan ransel lusuh dari pundaknya, ransel yang hanya berisi pakaian-pakaian butut milik Hendi, bukan baju lebaran seperti yang di harapkan.Nurma menatap mata Hendi yang memerah seperti menahan tangis."Akang minta maaf kenapa?""Akang pulang gak bawa uang sepeserpun Neng, mandornya kabur, Akang bisa pulang juga nebeng-nebeng sama truk." Hendi mengusap wajahnya kasar.Impian Hendi untuk membahagiakan Tedi dan Nurma pupus sudah, Hendi bahkan rela tidak mengambil libur selama satu bulan penuh agar bayaran yang di terima cukup besar."Akang sabar ya, mungkin belum rezekinya keluarga kita," Nurma berusaha membesarkan hati suaminya, meskipun hatinya pun sama kecewanya seperti Hendi.Nurma tahu suaminya itu sudah berusaha keras. Dan untuk saat ini keluarga kecilnya mungkin harus sedikit bersabar lagi."Maafin Akang ya Neng, Akang gak bisa beliin Neng sama Tedi baju
Saat adik-adikku suksesPart 4"Pintunya di kunci Kang, kayaknya gak ada siapa-siapa di dalam," ucap Nurma pada Hendi."Terus gimana? kita pulang lagi?""Pulang lagi aja, buat apa di sini juga, kita juga kan gak tahu kapan mereka pulang."Hanya Ratri orang tua yang di miliki Nurma dan Hendi saat ini, karena Hendi sudah menjadi yatim piatu sejak masih bujang, untuk berkunjung ke rumah saudara-saudara Hendi pun jaraknya sangat jauh karena berada di luar kabupaten."Loh, kamu kok ada di sini Nur? gak ikut sama Ibu dan adik-adikmu?" tanya Mbak Ria, tetangga samping rumah Ibunya.Nurma langsung bangkit dari tempat duduknya, dia lmengulurkan tangannya sambil mengucapkan minal aidzin.Mbak Ria memang biasa memanggul Nurma dengan panggilan Nur."Iya Mbak, Mbak tahu Ibu dan adik-adikku pergi ke mana?""Oalah, masa kamu gak tahu sih? emang gak di ajak?""Engga Mbak, aku nggak tahu.""Ibu sama adik-adikmu udah berangkat dari subuh, mereka mau ke rumah calon mertuanya Mala yang ada di luar kota,
Saat adik-adikku suksesPart 5Nurma mempercepat langkahnya agar segera sampai di rumah Ibunya, dia tidak sabar ingin mengetahui kebenaran tentang tanah yang di jual.Nurma masih ingat saat Ibunya meminta di kirim uang untuk membeli tanah itu, saat itu Nurma baru saja mengirim semua gajinya, namun beberapa hari kemudian Ibunya kembali menghubungi Nurma."Kamu gak bisa ngusahain Nurma? ini tanahnya bagus loh, posisinya sangat strategis, yang punyanya lagi kepepet makanya di jual murah, sekarang mana dapat tanah pinggir jalan harga segitu di sampingnya lagi di bangun buat bikin Indo April, itu loh toko yang kalau belanja pake alat yang bunyinya nit nit," ucap Ratri."Gimana ya Bu? kan Ibu tahu semua gaji Nurma sudah di kirim, emang gak ada tabungan sama sekali?""Ya gak ada lah, gajimu itu cuma pas-pasan, biaya kuliah Mala sama Dewi mahal, belum lagi Lukman sekarang udah SMK, dia juga lagi ngerengek minta di beliin motor gede, ayo kamu coba ngomong sama majikan kamu, cuma 25 juta masa g