Share

Kembalinya Sang Sekretaris Teraniaya
Kembalinya Sang Sekretaris Teraniaya
Author: Lovely Bintang

1-Istri Sah Yang Menggila

“Jalang sialan!”

Suara cairan tertumpah pun terdengar nyaring di ruangan yang sarat bising. Hal itu mengejutkan semua orang di sana.

Kopi hitam dari dalam gelas kertas yang digenggam seorang wanita berwajah angkuh itu, kini sudah berpindah ke atas kepala Shanon.

Si wanita paruh baya tersebut menyeringai.

Rambut ikal milik Shanon, kini terlihat basah dan lengket. Tak butuh waktu lama untuk bahu jas dan punggungnya basah, meninggalkan noda gelap.

Otak Shanon seolah membeku. Menghentikan semua fungsi tubuhnya dan kini ia mematung di tempat ia berdiri.

Shanon baru tersadar ketika wanita tadi mulai mengucapkan kalimat tidak masuk akal.

“Jadi, ini wanita yang sudah mengambil kesempatan merayu dan membuat suami saya menidurinya, hm?!”

Netra Shanon membulat. Semua orang di lantai 25 terkesiap mendengar ucapan Pamella.

‘Ha?! Aku merayu suami—istri Mr.Julian, kah?!’ sadar Shanon dalam hatinya. Ia teringat nama istri sang bos seharusnya adalah Pamella Simons.

Tak perlu menebak lagi, karena Julian turut keluar dari ruangannya.

Pria tersebut menguatkan ucapan sang istri, “Benar, Dear. Wanita ini ular berbisa! Aku sendiri tidak menyangka kalau sekretaris andal yang dibangga-banggakan semua orang ternyata tidak memiliki harga diri!"

“Tidak! Saya tidak melakukan itu!” sangkal Shanon. Ia tidak bisa menerima tuduhan Pamella maupun Julian yang menyudutkannya bagai seorang antagonis.

Gadis berusia 25 tahun tersebut pun mengalihkan pandangannya ke arah sang CEO, lalu berkata, “Mr.Julian, semalam Anda—“

Plak!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri Shanon. Ia terjatuh di lantai sambil memegangi pipinya yang terasa panas.

“Berani sekali kamu menyebut nama suami saya dengan mulut kotormu itu, wanita jalang!” raung Pamella. Tidak sedikitpun istri Julian itu berniat mendengarkan ucapan Shanon.

Tak peduli kalau ia sudah menampar Shanon, Pamella berjongkok sedikit dan meraih rambut lawannya. Pamella menariknya sampai Shanon terseret dari tempatnya terjatuh tadi.

Julian terlihat puas dengan apa yang menimpa Shanon.

“Argh!” Shanon berupaya untuk melepaskan diri dari jenggutan tangan Pamella.

Kepalanya berdenyut karena tarikan paksa Pamella terhadap rambut panjangnya. “Lepaskan saya, Nyonya! Saya tidak bersalah!”

Pamella kembali melayangkan tamparan demi tamparan ke wajah Shanon tanpa ampun. “Perempuan gatal! Jangan harap kamu bisa hidup tenang setelah ini!”

Semua rekan sekretaris di lantai 25 kembali terkesiap dengan apa yang terjadi di depan mata mereka. Namun, tidak ada satupun yang berani bergerak dari tempatnya.

Bahkan salah satu dari mereka diam-diam merekam kejadian memalukan tersebut. Harold, sebagai manajer HRD pun hanya tertunduk tak berdaya.

Semakin menggila, Pamella menarik lagi rambut Shanon ke atas padahal gadis itu belum mendapatkan keseimbangan tubuhnya.

Saat itulah istri Julian tersebut bisa melihat beberapa ruam merah kecil di leher Shanon. Amarahnya semakin meledak-ledak.

Cengkramannya pada rambut Shanon semakin kuat sementara mulutnya menuduh, “Kamu pasti memberi obat perangsang pada suami saya, hm?! Sampai ia meninggalkan jejak seperti ini!”

“Argh! Tolong saya!” teriak Shanon mulai putus asa. Ia merasa tenaganya sudah terkuras habis. Menangis dan berteriak meminta tolong.

Masih tidak puas, Pamella terlihat menggali sesuatu dari dalam tasnya. Di dalam pikirannya sudah ada gambaran, benda apa yang ia cari.

Sebuah gunting kecil dengan pegangan berwarna merah muda dikeluarkan Pamella dari dalam tasnya. Ia langsung mengarahkan benda itu pada Shanon.

“Ha! Untuk ini, kan, kau menata rambut dan berpenampilan menggoda?! Menggoda atasanmu, menutupi bekas dosamu, hm?! Pelakor sialan!” raung Pamella tanpa ampun.

Suara gunting yang memangkas rambut Shanon membuat gadis itu terus meraung sambil memohon ampun pada Pamella.

“Tidak! Jangan Nyonya! Tolong lepaskan saya! Siapapun, tolong saya!”

Isak tangis Shanon tak bisa mengalahkan ketakutan para staf sekretariat itu. Mereka yang tidak tahan melihat kejadian itu pun satu per satu memutuskan beranjak tanpa suara entah ke kamar mandi ataupun ke ruang makan.

Sementara Julian membiarkan saja sang istri bertindak semaunya.

Setelah puas menggunting rambut Shanon, Pamella membanting gunting itu sambil menyentak, “Nah! Kau bisa lihat betapa cantiknya dirimu sekarang. Pelakor terhebat sedunia! Ha! Ha! Ha!”

Pamella bahkan tidak tersentuh dengan tangisan Shanon. Ia justru menatap Shanon dari atas dengan pandangan jijik seraya berkata, “Wanita jalang sialan!”

Wanita angkuh itu kembali masuk ke ruang kerja Julian. Ia meninggalkan Shanon yang masih terduduk menangisi nasibnya dengan terduduk di lantai kantor.

Hati Shanon sangat sakit mendapat perlakuan buruk dari Pamella dan Julian di depan semua rekan kerjanya.

‘Seharusnya aku tidak memaksakan diri untuk datang ke kantor setelah perlakuan Mr.Julian semalam,’ sesalnya dalam hati.

Merasa kasihan dengan Shanon, Harold pun mencoba menolongnya untuk berdiri.

“Shanon, kau tak apa? Sebenarnya, aku sudah mengirim email padamu mengenai pembatalan penerimaanmu bekerja di Regal Corp. Apa kau tidak melihat pesanku?”

Shanon tidak menggubris kata-kata Harold. Ia sibuk mengasihani dirinya yang mendapat perlakuan seperti sampah bahkan difitnah sebagai pelakor.

Harold kembali berujar, “Sebaiknya kau pergi sekarang. Dan segera tinggalkan apartemen dinas yang diberikan perusahaan! Aku yakin, Nyonya Pamella pasti akan menyuruh orang untuk mengecek apartemen itu. Kosongkan segera hari in—“

“Apa yang kau lakukan? Mengapa kau masih berjongkok di sana, Harold?”

Tubuh manajer HRD itu pun menegang. “Mr.Julian!” seru Harold.

Saking kasihan pada Shanon, Harold tak sadar kalau Julian masih ada di sana. “Sa—saya hanya—“

“Segera usir wanita sial ini dari gedungku! Jangan beri dia waktu sedetikpun untuk berada di sini!” perintah Julian tanpa belas kasihan.

Namun, Shanon merasa harus meluruskan sesuatu. Ia pun kembali meneriakkan nama sang CEO itu.

“Mr.Julian!”

Langkah Julian terhenti sesaat, tetapi tidak berbalik.

Shanon melanjutkan, “Mr.Julian, semalam Anda mabuk berat. Anda bahkan meminta sopir untuk pulang lebih awal. Dan—“

“Harold! Cepat panggil satpam dan bawa keluar jalang ini! Saya sudah muak mendengar suaranya!” sentak Julian yang tak berniat menggubris perkataan Shanon.

Julian pun melanjutkan langkah yang sempat terhenti, menuju ke dalam ruang kerjanya.

“Mr.Julian! Tuduhan itu tidak benar!” seru Shanon yang berusaha bangun dari lantai untuk mengejar Julian.

Sekali lagi ia memanggil sang atasan, “Mr.Julian! Anda harus menjelaskan yang sebenarnya!”

Namun punggung dingin sang CEO tak kunjung berbalik. Malah semakin menjauh dan akhirnya hilang ke balik pintu kayu ruang kerjanya.

Harold yang tidak mau terlibat jauh dalam masalah itu pun segera menahan tubuh Shanon untuk tidak lagi mengejar Julian. “Shanon! Sudah cukup! Kau sudah tidak mungkin lagi melawan!”

“Tidak! Mr.Harold! Apa yang dikatakan Mr.Julian tidak benar! Aku tidak melakukan itu! Percayalah padaku! Aku—“

“Shanon! Keputusan Mr.Julian sudah bulat! Tidak ada yang bisa kau lakukan lagi!” sentak Harold, tak lagi sabar.

Tak lama, dua orang satpam tiba di lantai 25 dan langsung memegangi Shanon yang masih berusaha masuk ke ruang CEO.

“Biarkan aku menjelaskannya!” raung Shanon kuat-kuat. “Mr.Julian, Anda tahu, saya tidak melakukan semua itu! Saya tidak seperti yang Anda tuduhkan!”

Raungan Shanon semakin lama semakin samar terdengar oleh para staf sekretaris dan akhirnya lenyap seiring dengan pintu lift yang menutup, menghilangkan jejak gadis malang itu.

Dan sepanjang perjalanan lift menuju ke lantai lobi, Shanon hanya bisa berkata, “Aku tidak salah, Mr.Harold. Aku tidak salah.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status