Share

Bab 1003

Penulis: Imgnmln
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-21 21:48:04

Pria itu, meski tercengang oleh pemandangan tersebut, segera melaksanakan perintahnya dan mengumpulkan seluruh awak kapal. Di bawah kendali Sentinel yang kini tampak hancur, semua orang diarahkan untuk berlutut di depan kamar Nathan. Sementara beberapa di antara mereka masih kebingungan dan terdiam.

Suara Sentinel menggema dengan otoritas yang mencekam. “Dasar bajingan, berlutut kalian semua! Tidak ada yang boleh mengeluarkan sepatah kata pun. Kalau ada yang berani mengganggu tidur Tuan Nathan, aku akan mencabut nyawa kalian satu per satu!”

Bruk!

Ketakutan melanda, dan tanpa ragu, semua segera berlutut, meninggalkan keheningan yang mengerikan di koridor kapal.

"Bagus! Lakukan hingga kita bertemu dengan Tuan Nathan!" serunya ikut berlutut di hadapan pintu kamar.

Dua jam lebih berlalu, hingga akhirnya fajar menyingsing. Suara peluit kapal pesiar menggema perlahan, mengisyaratkan bahwa mereka mendekati pelabuhan.

Zayn dan Kevin, yang terbangun lebih dulu, melangkah keluar dan terkejut me
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1144

    Zechar muncul, memimpin sekelompok elit pasukan Matilda. Cahaya aura merah di sekeliling tubuhnya menyala terang, membuat bayangannya memanjang mengerikan.“Lepaskan mereka!”Nadanya datar, tapi mata Zechar mengandung badai. Aura yang ia pancarkan memecahkan batu kecil di sekitar. Tanah mulai bergetar pelan, Kaidar sempat terdiam.“Aku tidak menyangka, Matilda akan bertaruh sebesar ini hanya demi bocah bernama Nathan,” gumamnya. “Apa hubungan kalian dengan anak itu?”Zechar tidak menjawab, dia hanya memajukan satu langkah, tanah retak di bawah kakinya. Angin mengamuk dam para ahli keluarga Winaya mulai gugup.“Menyerah sekarang, atau kepala Famrik akan kuangkat tinggi-tinggi sebagai panji kemenangan!” Kaidar menghunus pedangnya, mata pisau diarahkan ke leher Famrik yang tak lagi sanggup berdiri.“Zechar,” bisik Famrik dengan darah di tenggorokan. “Ingat tugasmu. Jangan pedulikan kami… meski harus mati.”“Sialan!” teriak Zechar.Jleb!Namun, sebelum dia bisa bergerak, pedang Kaidar men

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1143

    Di dalam markas organisasi Matilda, suasana duka dan luka menggantung seperti kabut pekat.Famrik duduk bersila di ruang kultivasi, wajahnya pucat, napasnya berat. Dia tengah mencoba mengumpulkan energi untuk menyembuhkan luka dalam yang sangat parah.Sementara itu, Ariel—dengan tubuh yang juga penuh luka—memimpin sisa pasukan untuk membersihkan area pertempuran dan memperkuat pertahanan seadanya.Fernand kini hanya bisa terbaring di kamarnya. Kakinya dibalut kain perban tebal, tak bisa bergerak.Organisasi Matilda telah runtuh separuh.Dari puluhan ahli, kini hanya tinggal beberapa—dan hanya Zechar yang masih bisa berdiri gagah di Menara Kegelapan.Di saat Famrik mulai menenangkan pikirannya untuk berkultivasi, sebuah aura membara dan penuh pembunuhan menyapu masuk ke dalam lembah.Merasakan aura itu, nata Famrik yang sedang berkultivasi langsung terbuka.Di depan gerbang utama organisasi Matilda, Ariel berdiri dengan langkah mantap, menghadapi Kaidar, yang tiba membawa puluhan ahli

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1142

    Sementara itu, di luar Kota Moniyan.“Sialan! Bajingan tak berguna!” maki Soyir meledak di atas kuda perang, tubuhnya masih membara karena dendam. “Mereka lari di saat kemenangan tinggal sejengkal!”Luka di tubuhnya terus mengalirkan darah, tapi api dalam hatinya lebih panas dari penderitaan fisik. “Jika Lasso keluar dari pengasingan, hanya butuh satu langkah untuk melumat Matilda!” desisnya, menyebut nama kepala keluarga Wilford seperti mantra.Dua bawahannya di samping menunduk dengan wajah pucat. “Tuan Kedua, kita terlalu gegabah. Kalau sekarang komunitas bela diri kota Moniyan menyerang, kita …. kita tidak bisa melawan!”Soyir mendengus. “Unta kurus pun masih lebih besar dari kuda. Mereka tidak akan berani menyentuh kita.”Langit mendung menekan dari atas, dan tanah tempat mereka melintas mulai berkabut. Angin berhenti, suasana tiba-tiba sunyi dan mencekam.Tap …. Tap …. Tap ….Lalu tiba-tiba terdengar suara langkah.Bayangan hitam muncul perlahan dari balik kabut. Belasan pria be

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1141

    Di sekelilingnya, para ahli keluarga Wilford bergelimpangan. Sebagian besar tak sadar. Beberapa menangis pelan.Dan di tengah semua itu, seorang pria berjubah putih dan berjanggut panjang maju dengan tenang. Suaranya berat, namun penuh kedalaman. “Tuan Soyir,” katanya. "Pertempuran ini tidak bisa kita menangkan hari ini. Lihat sekelilingmu. Kita sudah membayar terlalu mahal.”Soyir menggertakkan gigi, darah menetes dari sudut bibirnya. “Zechar belum muncul. Kalau dia di dalam, kita harus menyerbu. Kita bisa—”“Bisa apa?” Pria itu menyela dengan sinis. “Mati seperti tikus? Anak buah kita sudah kehilangan semangat. Bahkan Sacko—yang penuh ambisi itu—melarikan diri bersama bawahannya. Kau tahu ini berarti apa.”Tanah di bawah kaki mereka bergetar perlahan, namun samar, seperti peringatan dari bumi sendiri bahwa pertarungan ini telah melebihi batas wajar.Di kejauhan, guntur menggelegar, meski langit tak memperlihatkan awan. Suara itu menggema seperti ancaman.“Kita tidak akan bisa menemb

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1140

    Sementara itu.Famrik berdiri sendirian menghadapi lima ahli tahap setengah Villain. Tangannya membentuk sebuah segel formasi, dan api ungu menyelubungi seluruh tubuhnya.Swooshh~Angin panas menyebar dari tubuhnya, membakar rerumputan dan membuat bebatuan mencair. Tapi lawannya juga tak kalah kuat, masing-masing mengeluarkan teknik pamungkas.Langit dipenuhi sinar cahaya, kabut spiritual, dan ledakan energi.BAAM! BAAM BAAM!Langit seolah runtuh.Di depan gerbang organisasi Matilda, medan perang berubah menjadi lubang neraka, tanahnya retak, dipenuhi darah dan tulang remuk. Darah tergenang, jeritan bersahutan, mayat-mayat menumpuk di bawah langit kelam. Mereka bertarung bukan untuk kejayaan, melainkan untuk melindungi. Melindungi satu nama, Nathan Sykes.Sedangkan di dalam menara kegelapa.Zechar berdiri di balik jendela sempit, mendengarkan pertempuran yang mengguncang dunia di luar.“Tuan Zechar, bagaimana kalau kita bantu yang lain?” tanya salah satu penjaga dengan suara gemetar.

  • Kembalinya sang Dewa Perang   Bab 1139

    Soyir terbelalak. "Teknik kultivasi jahat!" raungnya. "Akhirnya kalian menunjukkan wajah aslimu, Ariel! Matilda memang kumpulan iblis!"Ariel menukas kasar. “Persetan denganmu, bajingan tua! Ini bukan teknik iblis. Ini adalah puncak dari kerja keras puluhan tahun! Serangan ini akan mencabut jiwamu dari tubuhmu!”Sorak-sorai di sekitar berubah menjadi sunyi. Bahkan yang paling kasar dari para prajurit mundur dengan mulut terbuka.Tapak Budha Revolusioner, teknik rahasia yang hanya dikenal dalam bisik-bisik. Konon, tangan penggunanya harus direndam dalam racun selama bertahun-tahun, memperkuat saraf, menyatu dengan toksin. Bukan sekadar kekuatan fisik, tapi serangan ke jiwa.“Ini adalah keadilan, bukan iblis!” Ariel meraung.Soyir menyiapkan serangan balasan, tapi napasnya tercekat.Aura hitam itu menembus pertahanan spiritualnya. Untuk pertama kalinya, rasa dingin menjalar dari tulang belakangnya.Serangan itu tiba.Swoosshh~Waktu seperti melambat.Kabut hitam membungkus arena. Tanah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status